"You called me up again tonight,
But this time, I'm telling you, I'm telling you,
We are never ever, ever getting back together."We Are Never Ever Getting Back Together - Taylor Swift
Ketika Mika keluar restoran setelah membuka payung, bosnya itu masih berdiri di trotoar. Selain membasahi balutan gaun kerja serta jas yang Mika kisar lebih mahal dari gajinya sebulan, ia bertanya-tanya apa ada air mata Lola di antara puluhan tetesan air hujan di wajah wanita itu. Mata coklat terang milik Lola tak berkedip memandang sang pacar yang tengah mengobrol asik dengan selingkuhannya. Separuh bibir Mika membentuk senyum miris, melihat pria yang menjalin hubungannya berselingkuh, Lola tidak menunjukkan ekspresi apa pun.
Orang lain yang diselingkuhin, kenapa gue yang sakit hati?
Mika menghampiri Lola dan berdiri di sampingnya, tangan yang memegang payung ia julurkan sehingga melindungi Lola dari hujan. Punggungnya merasakan air hujan mulai menetes menembus kemeja perlahan, tetapi, melihat keadaannya, seluruh payung dipakai untuk menaungi Lola pun Mika rela.
"Bu Lola, hujan," komentar Mika seperti orang bodoh, tetapi tidak digubris oleh Lola. Rambut hazel Lola yang biasanya dirapikan sedemikian rupa, mulai tak keruan karena basah di sana-sini dan membuat Mika memiliki ide untuk bergurau, "Poni Ibu rusak, tuh."
Lola sepertinya tidak memedulikan ucapan maupun keberadaan Mika karena kalimat pertama yang diucapkannya adalah, "Sapu tangan kamu, sama pulpen."
Tanpa membantah dan tanpa menanyakan untuk apa, Mika merogoh saku dan meletakkan sapu tangan di atas tangan Lola yang sudah menadah. Entah apa yang ditulis oleh Lola sebelum bos Mika itu masuk ke dalam. Mika sendiri hanya memperhatikan Lola dari luar, wanita itu tidak mengatakan apa pun selain menaruh sapu tangan milik Mika di atas piring milik pacar yang kemungkinan sudah menjadi mantan di kepala Lola.
Rama terlihat terlalu terkejut untuk bereaksi, pria di dalam restoran itu hanya bisa menatap Lola keluar dengan mulut yang sedikit menganga. Lola sendiri kembali ke dalam mobil yang terparkir tanpa mengatakan apa pun dan membiarkan pintunya terbuka.
"Mikael, masuk," perintah Lola tiba-tiba. Mika menutup payungnya dan masuk ke dalam mobil.
Ketika diperhatikan lagi, Lola yang sedang mengelap rambut, wajah dan tubuhnya menggunakan tisu, ternyata tidak menangis. Wanita yang duduk di samping Mikael itu hanya lanjut mengeluarkan ponsel dan melihat surel dan pesan singkat yang masuk. "Kamu ikut saya ke tempat meeting buat jelasin kenapa saya telat."
"Motor saya parkir di—" Mika menghentikan kata-katanya saat Lola memberinya tatapan tajam di ujung mata, kemudian mengiakan dengan terpaksa, "Baik, Bu."
Mobil melesat, diiringi oleh suara deru hujan di luar yang seperti memaksa ingin memasuki mobil, membanjiri, lalu membasuh pergi kenangan akan hal yang baru saja terjadi. Bagaimanapun galaknya Lola, dia tetap wanita dan Mika diajarkan mamanya untuk peka terhadap hal seperti itu setelah beliau tahu Mika sering gonta-ganti gandengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man ✔
Literatura FemininaHampir tiga tahun menjadi sekretaris direktur muda di perusahaannya, Mikael tidak sengaja menyaksikan sang bos, yang selama ini dikenalnya galak dan tidak berperasaan, patah hati. Mengambil hal itu sebagai kesempatan untuk mengubah sifat Lola sang d...