10|The Sleepover

3.3K 428 37
                                    

"You could be the one that I love,
I could be the one that you dream of.
A message in a bottle is all I can do,
Standin' here, hopin' it gets to you."

Message in a Bottle - Taylor Swift

Message in a Bottle - Taylor Swift

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ ATTENTION ⚠️

Di bab ini ada penjelasan tentang keyakinan pribadi karakter.

Tidak ada kaitannya denganku, apalagi dengan kalian. Bagi yang gak nyaman bisa skip mulai di tengah sampai keempat paragraf terakhir. Tanpa prior warning, jika ada komentar judgy di bagian itu akan dihapus.

Terima kasih atas perhatian kalian dan selamat membaca.

***

"Besok, Bu?"

"Besok siang," jawab Lola.

Mereka berdua duduk di ruang tengah apartemen Mika, dengan kaki Lola yang dibalut perban naik ke atas meja kaca. Lola baru saja menelepon pemilik apartemen, meminta kunci cadangan. Namun, pemilik apartemen sedang berada di Jakarta untuk urusan bisnis dan baru pulang ke Bali besok siang. Beruntungnya mereka tidak harus ke kantor karena hari Minggu, tetapi Lola sama sekali tidak membawa apa pun selain dompet dan ponsel. Pakaian ganti pun Lola tidak bawa. "Mau saya pesankan--"

Mika menelan kembali kalimatnya. Selain tidak membawa baju ganti, yang masih memungkinkan untuk dibeli, keadaan kaki Lola tidak memungkinkan untuk ditinggalkan sendiri. Tidak mungkin Mika tega meninggalkan Lola sendirian di hotel ketika wanita itu harus loncat jika ingin ke mana pun menggunakan satu kaki. Kemudian sebuah ide tercetus di kepala Mika. "Ibu tidur di sini aja."

"Lola," ujar Lola mengingatkan, lalu bertanya, "Tidur di kursi, maksud kamu?"

"Di kamar saya," jelas Mika. Lola menatap Mika untuk beberapa saat tanpa mengatakan apa pun, tidak jelas apa yang dipikirkan oleh Lola karena tidak bisa dibaca lewat ekspresi wajahnya. Mika yang takut Lola salah paham melanjutkan, "Ib-Lola tidur di kamar, saya di kursi."

Lola mengetuk kursi panjang yang sedang dia dan duduki, suaranya seperti orang mengetuk pintu. "Keras."

Mengembuskan napas, Mika bertanya pada Lola jika wanita itu memiliki ide lain, karena Mika tidak setuju jika harus meninggalkan Lola sendiri dengan keadaan kaki yang luka. Menyembunyikan kekhawatirannya di balik embel-embel kewajiban sekretaris pribadi.

"Kamu bisa tidur satu ranjang sama saya. Tempat tidurnya besar, kan?" tanya Lola dengan entengnya seakan mereka hanya berbagi meja makan di kafetaria.

Gila. Bos gue udah gila.

"Saya laki-laki, loh, Bu." Sepertinya tidak perlu diingatkan, tapi Mika merasa lagi-lagi Lola lupa bahwa ia manusia dengan jenis kelamin berbeda. Namun, Lola menatap Mika sembari menaikkan salah satu alisnya. "Memang kamu mau ngapain saya?"

The Man ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang