26|The Hurtle

2.4K 270 20
                                    

"Life was a willow and it bent right to your wind,
They count me out time and time again.
Life was a willow and it bent right to your wind,
But I come back stronger than a 90's trend."

willow - Taylor Swift

Perjalanan dari bandara menggunakan taksi terasa begitu panjang bagi Mika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan dari bandara menggunakan taksi terasa begitu panjang bagi Mika. Setelah memesan tiket yang tersisa hari itu, Mika tidak membawa banyak barang dan langsung menuju ke bandara Ngurah Rai pukul sepuluh pagi untuk mengejar penerbangan dalam satu setengah jam. Siang belum mulai terik, bahkan ketika Mika masih mengudara, ia tidak menutup jendela untuk menghalau sinar matahari. Matanya terus mengarah ke daratan, berharap pesawat segera mendarat.

Ia tidak membutuhkan waktu lama untuk menyadari bahwa Yūya akan melakukan hal yang sama, mereka akan kembali pada Lola. Setelah tiga tahun bertindak semaunya, Mika hampir tidak percaya justru hal ini dapat membuat Lola berhenti bersikap egois.

"Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi—"

Mika memutus sambungan dengan kesal saat Lola tidak mengangkat teleponnya. Mika tidak tahu Yūya saat pria itu meneleponnya, tapi Mika harap Yūya sudah pergi sejauh mungkin sehingga Mika bisa menemui Lola terlebih dulu.

Perjalanan dari bandara ke kantornya dulu tidak memakan waktu lama, jika macet pun hanya satu jam yang diperlukan hingga mencapai gerbang kantor dan Mika langsung turun dari taksi. Satpam yang mengenal Mika langsung menyapanya dan Mika meminta tag untuk pengunjung kepada Vega, berkata ada yang ingin dibicarakannya dengan Lola.

Vega memberikan tag meski sepertinya ada yang ingin dikatakan. Namun, Mika memintanya menunggu setelah ia bicara pada Lola.

Sesampainya di lantai tempat kantor Lola, Mika melihat kantor Lola yang kosong. Langkah Mika yang akan mengambil balik kanan untuk mencari Diane, tetapi di hadapannya, Kika sudah berdiri dengan tangan yang baru saja menutup catatan kecil.

"Mika," sapa Kika singkat. "Anda sedang apa di sini?"

"Di mana Lola?" tanya Mika tanpa menghiraukan pertanyaan wanita di depannya. Kika tidak menjawab matanya beralih ke arah tag visitor yang dipakai Mika dan kembali bertanya, "Ada perlu apa Anda dengan Bu Lola?"

Mika mengembuskan napas frustasi dan mengambil kesimpulan bahwa Lola sedang tidak di kantor dan akan mencoba ke rumah mendiang Pak John sebelum ke apartemen Lola.

Lagi-lagi, Mika tidak menjawab pertanyaan Kika dan hanya berjalan melewati wanita itu. Namun, Mika tidak menyangka bahwa lengannya akan ditahan. Ia menatap Kika dengan kesal, Mika pikir raut wajah tak sabar tercetak jelas di mukanya sekarang ini, meski Kika tampak tidak terpengaruh.

"Lola ngelepas kalian berdua pada akhirnya, ya?"

Pertanyaan dan senyum samar milik Kika yang pertama kali Mika lihat menghentikan niatannya untuk pergi segera, senyum Kika terlihat familier. Dengan terbata, Mika menanyakan maksud dari perkataan Kika, tapi Kika hanya mengembuskan napas sebelum meminta Mika mengikutinya.

The Man ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang