25|The Departure

2K 248 17
                                    

"And wonder about the only soul,
Who can tell which smiles I'm fakin'.
And the heart I know I'm breakin' is my own,
To leave the warmest bed I've ever known.

We could call it even,
Even though I'm leavin'."

'tis the damn season - Taylor Swift

Ketukan di pintu kamar menghentikan tangan Yūya yang baru saja akan menutup ritsleting koper

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketukan di pintu kamar menghentikan tangan Yūya yang baru saja akan menutup ritsleting koper. "Yūya, tolong bukain pintu."

Dari Yūya mengerut mendengar permintaan Lola karena tidak merasa mengunci pintu. Namun, ketika Yūya membukanya, ternyata bukan itu alasan permintaan Lola, kedua tangan wanita itu sibuk memegang nampan. Sepiring omurice bergambarkan wajah tersenyum berbahan saus dan segelas air ditaruh Lola di atas meja di kamar Yūya. "Asin?"

Lola terlihat sebal dengan pertanyaan Yūya. "Aku coba dulu kali ini."

Entah apa yang dipikirkan oleh Lola ketika wanita itu tiba-tiba ingin memasakkan sesuatu untuk Yūya sebelum Yūya pergi. Lola bilang itu adalah bentuk terima kasih setelah Yūya menjaga Lola beberapa minggu ini, meski setelah mencicipi masakan Lola yang rasanya lebih seperti hukuman daripada hadiah.

Yūya menghampiri Lola dan piring yang ditaruhnya di meja. Menyendokkan omurice ke mulutnya dan mengunyah pelan, agak terlalu manis untuk selera Yūya.

"Lezat," komentar Yūya sambil tersenyum pada Lola. Ia menghabiskan satu piring itu dan segelas air yang Lola siapkan sebelum berterima kasih dan kembali merapikan kopernya yang masih harus Yūya kunci. Di ujung matanya, Lola tampak duduk di tempat tidur, memperhatikan Yūya. "Di Brisbane, kamu yang membereskan koper dan pergi."

"Nostalgia?" tanya Lola. Alis Yūya menyatu karena tak paham, kemudian Lola mengartikannya dalam bahasa ibu Yūya. "Kyōshū."

Yūya tertawa kecil dan duduk di atas kopernya, menatap Lola yang masih memeluk nampan. "Maaf, hanya itu yang terpikir oleh saya."

Lola tersenyum pada Yūya, tangannya merogoh saku celana dan mengeluarkan kunci rumah mereka di Brisbane. Tangan kirinya terulur pada Yūya dengan kunci itu berada di telapak tangan Lola. "Kamu bohong sama aku, untuk pertama kalinya. Kamu bilang rumah itu udah dijual beberapa bulan setelah kamu pindah ke US."

"Saya punya banyak alasan untuk itu, Lola." Yūya menutup telapak tangan Lola agar kunci itu kembali digenggamnya, tetapi cincin pemberian Yūya malah tersentuh beberapa saat lamanya. Ia sempat tidak bernapas ketika menggenggam tangan itu lebih erat dan melepaskannya. "Bagaimana dengan Mikael? Dia akan berkunjung ke sini, kan?"

Wanita di hadapan Yūya tidak menjawab dengan kata-kata, hanya mengangguk pelan dan tersenyum kecil. Perasaan tidak mengenakkan muncul di benak Yūya, Membuatnya bertanya, "Kamu dan Mikael baik-baik saja?"

The Man ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang