24. Bakti Sosial

108 48 3
                                    

⚠️ Plagiat dilarang mendekat!
.
.
Udah makan?
.
.
•Happy Reading•

***

Seperti biasa, pesantren Mualimin membuka bakti sosial untuk umum. Sudah menjadi tradisi sejak awal berdirinya pesantren.

Mengingat sebentar lagi akan menjelang bulan puasa, sehingga harus mempersiapkan dan merenovasi bagian yang sudah tidak layak.

Seluruh warga pesantren melakukan kegiatan masing-masing. Beberapa pejabat juga masyarakat sekitar ikut andil dalam bakti sosial ini.

Ada pula yang memberi sumbangan. Berupa uang, maupun makanan. Juga, beberapa orang tua dari santri pun ikut datang.

Termasuk orang tua Iky dan kedua sahabatnya. Tetapi sampai saat ini belum juga datang. Padahal sekarang sudah siang.

Ketika semuanya sibuk, tidak dengan Iky, Adit, dan Alam. Mereka hanya berjongkok melingkar sembari memperhatikan sekitar yang terlihat ramai.

Jika ada orang lewat, mereka akan berpura-pura mencabuti rumput. Burik emang.

"gabut banget sih"celetuk Iky.

"Bilangnya gabut, padahal kerjaan numpuk"Saut Adit.

"Siapa lagi kalo bukan yang baca"lanjut Alam.

Tak sengaja, Iky melihat ustadz Maul yang sedang memukul paku di atap.

Adit mengikuti arah pandangnya. Begitu juga Alam. Mereka pun saling tatap kemudian menaikkan sebelah alisnya sembari tersenyum penuh arti.

***

Ketiganya berjalan mengendap-endap menuju tangga yang terpasang di dinding.

Sekitar terlihat sepi. Hal itu mendukung  melancarkan aksi mereka.

Iky menatap ustadz Maul yang sibuk dengan pekerjaannya di atas sana. Ketika di rasa aman, ia mengkode ke arah Adit dan Alam.

Adit mengacungkan jempolnya. Kemudian membawa tangga itu perlahan bersama Alam.

Mereka tidak membawa tangga kemana-mana, melainkan hanya di tidurkan saja.

Mereka bertos ria kemudian menampilkan wajah konyolnya kearah ustadz Maul yang memunggunginya.

Mereka pun buru-buru pergi dari sana agar tidak ketahuan.

***

BRUM

BRUM

BRUM

Suara motor sport terdengar memasuki area pesantren. Membuat orang-orang yang sedang mengerjakan kerjaan masing-masing mengalihkan fokusnya.

Tiga motor sport berbeda warna berhenti di halaman utama pesantren.

Ustadz Maul yang melihat kedatangan mereka bersorak senang. Ia ingin turun tetapi---tunggu---.

Ia menengok ke kanan dan ke kiri. "Loh?tangganya kok ndak ada to?"ucapnya bingung.

"Ini gimana turunnya ya Allah"lanjutnya panik.

Hijrah Is My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang