25. Om Kyai?

116 49 0
                                    

⚠️Plagiat dilarang mendekat!
.
.
Udah punya ayang?
.
.
•Happy Reading•

***

Ustadz Maul menyembulkan kepalanya di pintu ruang kepala yayasan yang kebetulan terbuka lebar. Tak lama kepala Ubay juga ikut menyembul. Terakhir, kepala Dzul.

"Permisi, assalamualaikum pak kyai"ucap Ustadz Maul sembari berdiri membuat Ubay dan Dzul terjungkal ke belakang.

Waalaikumsalam

"Masuk Maul, Dzul, Ubay"ucap kyai Abdullah.

Mereka bertiga memasuki ruangan sembari berjalan dengan lutut. Kemudian menyalami pak kyai.

"Mbak Lala, udah lama ndak kesini makin cantik aja"goda Ubay sembari menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Ekhem, gausah genit"sindir Bams sembari melotot garang.

Qenzi menahan tawanya. "Muka lo biasa aja Bambang, kek nahan berak tau ga"bisik nya membuat Bams menoleh cepat kearahnya.

"Udah gue bilang, nama gue itu Bams, bukan Bambang"ucapnya ngegas membuat semuanya terlonjak.

"Sudah, ada perlu apa Maul?"ucap kyai membuat mereka kicep.

Ustadz Maul terkekeh canggung. "Ndak pak kyai. Saya cuma mau nemuin  mbak Lala"ucapnya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Kyai Abdullah mengangguk paham. "Kita perlu bicara privat"ucapnya membuat ketiganya menunduk.

"M-maaf, Pak kyai ngusir saya?"ucap ustadz Maul takut-takut.

"nggak gitu konsepnya, kita itu butuh privasi"ucap Qenzi tak santai.

"Bang"peringat Lala.

"Qenzi"peringat kyai Abdullah.

Qenzi yang di tatap keduanya hanya nyengir tanpa dosa. "Maaf"

"Ndak papa pak kyai, kalo gitu saya permisi"ucap ustadz Maul kemudian menundukkan kepala dan keluar di ikuti Ubay dan Dzul.

Sepergian mereka, kyai Abdullah menatap ketiganya penuh kerinduan.

"Bagaimana kabar kalian?"

"Baik om Kyai"jawab Qenzi senang.

Lala menahan tawanya. "Kok om sih bang, gue jadi ngakak dengernya"

Qenzi menggaruk kepalanya. "Ya gimana?masa pak sih, kan dia om kita"ucapnya ada benarnya juga.

Lala ikut menggaruk kepalanya. "Ya--gimana ya?"

"Ndak papa"ucap kyai Abdullah menahan tawanya.

Hening beberapa saat.

"Lala?"ucap kyai Abdullah serius.

Lala menoleh cepat kearah kyai Abdullah. "Iya om"

"Kapan kamu akan tinggal di sini?"ucap kyai Abdullah penuh harap.

Lala menatap kedua abangnya. "Nanti Lala akan kesini sendiri jika sudah mantap"

"Karena Lala masih ragu. Lala takut melakukan kesalahan"lanjutnya sembari menunduk.

"Apa salahnya mencoba, Lama-lama akan terbiasa seperti anak-anak sahabat om"ucap kyai Abdullah meyakinkan.

Hijrah Is My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang