Happy Reading
"Oke, gue di NIT Cafe, buruan dateng, gue kasi lo waktu sampai pukul 11, kalau lo gak segera datang, gue bakal pergi."
Auryn menganga terkejut mendengar Revan dengan seenaknya menutup telfon tanpa membiarkan dirinya untuk mengatakan sesuatu.
Berdecak jengkel lalu memeriksa jam di layar ponselnya yang menunjukkan sudah pukul 10:50, matanya membulat, itu artinya ia hanya punya waktu 10 menit untuk sampai di cafe yang Revan maksud, sementara jaraknya terbilang lumayan jauh, bagaimana mungkin ia akan sampai sebelum pukul 11.
Merasa frustasi, setetes air matanya kembali keluar, ia menangis lagi membayang kan betapa kejamnya sikap Revan padanya.
Auryn memutuskan untuk tetap pergi menemui Revan, ia segera menghentikan sebuah taksi dan langsung pergi ke NIT Cafe.
Ia sampai di cafe tersebut dengan menghabiskan waktu 20 menit, ia sadar telah terlambat namun tetap melangkah masuk ke dalam, hanya bisa berdoa semoga Revan masih ada di sana.
mengedarkan pandangannya lalu menghela nafas lega melihat Revan masih di sana, Revan terlihat asik memainkan gadget nya hingga tak menyadari kedatangan Auryn yang sudah berdiri di depannya.
"Revan." Tegur Auryn.
Revan seketika mendongak.
"Lo terlambat." Timpal Revan.
"Gue dari rumah sakit, lo tau sendiri kan jaraknya gak dekat dari sini." Balas Auryn membela diri.
Tanpa dipersilahkan Auryn langsung mengambil duduk di depan Revan.
"Maaf kalau udah bikin lo nunggu." Sesal Auryn.
Revan menanggapinya dengan tersenyum miring.
"Lo pikir gue nungguin lo? Gue cuma lagi ngabisin waktu sambil main game." Jelas Revan.
Sakit. Auryn terdiam menatap Revan, kenapa kata-katanya itu selalu terasa menusuknya.
"Ngomong-ngomong ngapain lo di rumah sakit?" Tanya Revan santai.
Auryn tidak segera menjawab.
"Lo sakit?" Tanya Revan lagi karena tak segera mendapat jawaban dari lawan bicaranya itu.
"Kenapa? Lo khawatir sama gue?"
Revan menaikkan kedua alisnya mendengar pertanyaan itu, kemudian ia tersenyum kecil.
"Kayaknya lo berharap banget gue khawatir sama lo." Revan tertawa remeh.
"Oke, lupain aja pertanyaan gak penting gue barusan. Jadi apa yang pengen lo omongin ke gue? Kalau sampai itu gak penting gue bakal pergi." Revan menatap Auryn.
Auryn meremas ujung amplop yang sedari tadi dipegangnya merasa geram mendengar kalimat Revan, tanpa mengatakan apa-apa Auryn meletakkan amplop itu ke atas meja lalu menggesernya ke arah Revan.
"Apaan nih?" tanya Revan menatapnya heran.
"Baca aja." Ucap Auryn singkat.
Revan mengalihkan pandangannya ke amplop tersebut, ia menjadi penasaran lalu mengambilnya dan mulai membacanya.
Auryn tertunduk tak berani melihat reaksi Revan saat membacanya, ia hanya berharap Revan mengerti dan mau bertanggung jawab.
Namun tak lama kemudian ia merasakan sesuatu menimpa wajahnya, Auryn sungguh terkejut melihat kertas itu melayang dan jatuh ke lantai, ia mendongak menatap Revan seakan tak percaya yang dengan teganya melemparinya dengan kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
(NOT) FAKE LOVE [END] - REVISI
FanficAuryn kira, Revan tulus mencintainya, namun ternyata Revan hanya menjadikan Auryn bahan taruhan dengan teman-temannya. Bagaimana reaksi Revan saat mengetahui Auryn hamil anaknya? Lalu bagaimana pula Revan menghadapi situasi saat wanita yang dulu ia...