Part 5

4.5K 226 5
                                    

Happy Reading

"Revan kamu dimana? cepat pulang, Mama khawatir sama Reyna, sejak tadi dia gak mau buka pintu kamarnya."

Raut wajah Revan terkejut mendengar suar ibunya di seberang sana.

"Ya udah mah, aku segera pulang."

Revan langsung menutup teleponnya.

***

Revan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak, kekhawatirannya begitu besar kepada adiknya. Tak berapa lama ia akhirnya sampai, memarkirkan motornya dan langsung berlari ke dalam rumahnya. Langsung menuju kamar Reyna mendapati di depan pintu Ibu Eva telah menunggu kedatangannya.

"Syukurlah kamu udah datang." wajah Ibu Eva tampak sangat khawatir.

"Kenapa sama Reyna, Mah?" tanya Revan ikut khawatir.

"Reyna gak mau buka pintu kamarnya, Mama udah panggil dia berkali-kali tapi dia gak menyahut, gak ada suara juga dari
dalam, Mama takut terjadi sesuatu sama Reyna"

"Mama Minggir, biar aku dobrak aja pintunya" ujar Revan.

mengangguk setuju, Ibu Eva menggeser posisinya menjauhi pintu

Revan mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar tersebut. Butuh usaha beberapa kali untuk membuat pintu berhasil terbuka.

Brak!

Tubuh Revan ikut terhempas masuk ke dalam ruang kamar Reyna, pandangannya langsung ia edarkan mencari-cari sosok adiknya itu dan betapa terkejutnya ia saat mendapati tubuh Reyna terbaring tak sadarkan diri di lantai dengan bersimbah darah di sekitar kakinya.

"Ya Tuhan! Reyna!" Pekik Ibu Eva ikut terkejut melihat keadaan putrinya itu, ia dan Revan langsung berlari menuju posisi Reyna.

Ibu Eva mengangkat kepala Reyna ke pangkuannya. "Reyna, bangun! apa yang terjadi denganmu?" racaunya.

Revan ikut mengguncang-guncangkan tubuh adiknya itu mencoba membangunkannya namun mata kedua Reyna tetap tertutup rapat dengan kulit wajah yang sangat pucat serta suhu tubuhnya yang begitu dingin, menambah kepanikan di wajah Revan dan Ibunya.

"Lebih baik sekarang kita membawa Reyna ke rumah sakit Mah." ujar Revan dalam kepanikannya.

"Iya." sahut ibunya setuju.

Revan mengambil alih tubuh Reyna, mengangkat tubuh kurus adiknya itu ke dalam gendongannya dan membawanya menuju mobil untuk membawa mereka ke rumah sakit, ia tidak peduli lagi dengan darah yang menodai pakaiannya yang terpenting sekarang adalah Reyna harus segera sampai di rumah sakit.

***

Sesampainya di rumah sakit, para perawat yang melihat kedatangan pasien langsung mengambil alih Reyna dan membaringkannya di atas brankar pasien yang sudah tersedia lalu membawanya menuju ruang gawat darurat.

"Ibu, silahkan menunggu di luar." ujar salah satu perawat memperingatkan Ibu Eva dan Revan yang hendak ikut masuk ke ruangan tersebut.

Revan dan Ibu Eva berjalan lemas menjauhi pintu yang kini sudah ditutup rapat oleh perawat tersebut, Ibu Eva mendudukkan tubuhnya pada kursi panjang di depan ruangan, ia merasakan tubuhnya melemas bahkan rasanya seperti kehilangan sebagian
tenaganya. Begitupun dengan Revan yang hanya bisa menyandarkan punggungnya pada tembok.

"Revan, cepat hubungi Papamu dan Raihan."

"Baik Mah." sahut Revan, ia mengeluarkan ponselnya. terlebih dahulu ia menghubungi ayahnya.

(NOT) FAKE LOVE [END] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang