Part 16

2.7K 114 0
                                    

Happy Reading

Revan memasuki sebuah kafe, kafe yang beberapa waktu lalu ia kunjungi. Ia kembali mengambil duduk di tempat biasa dan langsung menelungkupkan kepalanya di atas meja. Beberapa pelayan yang melihatnya seolah mengerti dengan keadaan Revan, Revan selalu menghabiskan waktunya di tempat ini jika sedang ada masalah.

Seorang pria keluar dari sebuah ruangan dan melihat keberadaan Revan, pria itu tersenyum kecil lalu mendekati posisi Revan.

"Lama nggak ketemu," Tegur pria itu, dan langsung duduk di depan Revan. Revan mengangkat kepalanya lalu menatap pria di depannya itu.

"Dua hari yang lalu gue ke sini tapi Lo nggak ada." Kata Revan.

"Serius? Lo lagi ada masalah? Maaf ya, gue sibuk banget kemarin kemarin. Jadi sekarang cerita sama gue lo lagi ada masalah apa?" Pria itu bertanya dengan akrabnya seolah ia telah mengerti dengan semua yang ada di diri Revan.

Pria itu adalah sahabat Revan sejak kecil hingga SMA dan mereka terpisah saat memasuki universitas yang berbeda. Haikal, pria yang seumuran dengan Revan itu adalah pemilik kafe tersebut.

Revan tertunduk dengan tatapan kosong, apa ia harus menceritakan semuanya pada sahabatnya itu. Haikal tidak mengetahui apa-apa tentang hubungannya dengan Auryn dan bahkan tak mengenal siapa Auryn.

"Gue hamilin cewek," Revan pasrah, tanpa menatap lawan bicaranya itu ia mulai menceritakan masalahnya.

"Lo lagi bercanda ya?" Haikal tersenyum samar menanggapinya, ia menganggap kalimat Revan tersebut hanyalah lelucon.

"Gue lagi berusaha buat dapetin dia lagi. Keluarganya nggak mau maafin gue walaupun gue udah bilang akan bertanggung jawab..."

Revan tidak mempedulikan Haikal yang menganggapnya bercanda. Ia mengerti dengan keterkejutan sahabatnya itu. Sementara Haikal kini tengah tertegun mendengar cerita Revan tersebut.

"Dan gue bingung harus gimana sekarang, apa yang harus gue lakuin? Kalau sampai gue terlambat sedikit aja, gue takut dia akan dinikahkan sama laki laki lain." Tatapan Revan terlihat frustasi, Haikal semakin terkejut.

"Lo serius? Cewek yang mana? Cewek lo? kok lo gak pernah cerita sebelumnya?" Secercah pertanyaan dari Haikal menghujani Revan. Haikal merasa sedikit kecewa.

"Awalnya tuh gue nggak serius sama dia, cuma pengen mainin dia aja terus gue perkosa dia karena tawaran dari teman-teman gue di kampus. Dia cuma jadi bahan taruhan dan gue gak nyangka dia bakal sampai hamil. Gue nyesel sumpah."

Kedua bola mata Haikal melebar begitu saja setelah mendengar cerita Revan tersebut. Ia tidak menyangka sahabatnya itu begitu jahat pada wanita itu. Ia pikir Revan menghamilinya atas dasar cinta namun ternyata Revan hanya mempermainkannya. Haikal jelas semakin kecewa, ingin rasanya ia memukul Revan namun melihat raut wajah Revan yang begitu menyesal ia tidak tau lagi harus bagaimana menghadapinya.

"Kayaknya lo bergaul dengan orang-orang yang nggak benar di kampus lo." Sindir Haikal tajam.

Revan mengarahkan pandangannya keluar melalui dinding kaca kafe tersebut, pikirannya menerawang jauh. Haikal benar dirinya telah salah bergaul di kampusnya.

"Terus gimana sama cewek itu? Udah maafin Lo belum?" Tanya Haikal.

"Dia mau maafin dan menerima gue kembali asalkan gue nggak nyakitin dia lagi. Tapi bokap dia udah benci banget sama gue, gue takut banget dia nikah sama orang lain. Padahal dia pengennya juga nikah sama gue." Ungkap Revan.

"Tentu saja, itu penting untuk anak kalian nantinya."

Revan tertegun mendengar ucapan Haikal. Anak? Revan kemudian tersenyum kecil membayangkan ia akan menjadi seorang ayah.

(NOT) FAKE LOVE [END] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang