Part 15

3.1K 118 2
                                    

Happy Reading

Tangan Revan bergerak ragu hendak menekan bel rumah di depannya. Saat ini ia sudah berdiri tegak di depan pintu rumah Auryn.

Bagaimanapun ia masih mengingat jelas bagaimana semalam ia diusir dari rumah ini, ia resah kejadian tersebut akan terulang lagi. Namun bayang-bayang wajah Auryn seakan memberinya kekuatan tersendiri, ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri dan langsung menekan bel tersebut.

Revan menunggu sebentar dan tak berapa lama pintu di depannya itu sedikit demi sedikit terbuka, tubuhnya sedikit menegang hingga sosok ibu Anggika muncul. Revan langsung tersenyum lega, setidaknya ibu Anggika lebih baik dibanding suaminya.

"Nak Revan?" Wanita paruh baya itu terkejut melihat kedatangan Revan.

Ibu Anggika menengok ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya menarik Revan untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Masuklah, papanya Auryn baru aja berangkat ke kantor." Revan yang awalnya ragu untuk masuk akhirnya merasa lega mengetahui pak Aldy tidak ada di rumah.

"Aku hanya mengantar barang-barang Auryn, tante." Kata Revan.

"Ohh, ya udah biar tante yang bawa ke kamarnya. Kamu tunggu sebentar ya, tante sekalian panggilin Auryn." Ibu Anggika mengambil alih tas dan beberapa barang Auryn kemudian membawanya masuk.

Revan mendudukkan dirinya di sofa. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Auryn. Matanya tak bosan-bosannya melirik masuk lebih dalam rumah tersebut. Baru sebentar ia menunggu namun baginya rasanya sudah begitu lama. Kenapa Auryn tidak muncul juga? Revan mengusap wajahnya hingga kepalanya tertunduk dan memejamkan matanya membayangkan bagaimana sebentar lagi ia akan bertemu Auryn.

"Revan," Suara itu,

Revan dengan cepat mendongak dan tatapannya bertemu dengan mata Auryn. Ya tuhan, inilah yang Revan inginkan. Ia tak dapat menyembunyikan senyum bahagianya. Revan beranjak dan hendak memeluk tubuh Auryn, ia merasa begitu rindu. Namun sungguh diluar dugaannya, Auryn justru mundur dan menolak pelukan Revan.

"Lo kenapa Ryn?" Tanya Revan heran.

"Pergi dan jangan temui gue lagi."

Dan jawaban itu adalah kalimat yang tidak pernah terbayangkan oleh Revan sebelumnya, kata-kata yang terasa langsung menusuk ke hatinya. Auryn memalingkan wajahnya menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Jangan bercanda Ryn. Gue benar-benar kangen sama lo."

Revan berharap Auryn tidak serius dan mengerti bagaimana perasaannya sekarang.

Revan meraih kedua lengan Auryn mengarahkannya agar menatap ke atas tepat di wajahnya. Hingga air mata Auryn tumpah menatap penuh kesedihan bola mata Revan. Auryn menurunkan tangan Revan dari lengannya membuat Revan semakin bingung dan heran. Ada apa dengan wanitanya itu?

"Gue akan dijodohkan,"

Air mata itu semakin membanjir. Begitu menyakitkan mengatakan kalimat tersebut. Revan pun seketika mematung mendengarnya, lidahnya ikut kelu tak tau harus mengatakan apa. Tubuhnya melemas, tatapan kesedihan bercampur kecewa terpancar dari matanya.

"Lebih baik lo pergi, gue nggak mau lihat lo lagi. Lo bilang akan tanggung jawab tapi kenyataannya gue akan menikah dengan laki-laki lain kan?"

Auryn menangis tersedu-sedu membayangkan bagaimana ia akan berakhir dengan pria asing yang tak dikenalnya.

Revan menjambak rambutnya merasa frustasi. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Bagaimana masalah ini seperti tidak ada habisnya. Ia melangkah maju mengikis jaraknya dengan Auryn, menundukkan kepalanya menatap Auryn di bawah wajahnya yang juga terlihat tak kalah sedih.

(NOT) FAKE LOVE [END] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang