Happy Reading
Auryn keluar dari kamarnya, berjalan melewati ruang tengah namun tanpa ia duga di sana ada ayahnya yang tengah duduk santai di sofa sedang menonton acara berita di televisi, Auryn sedikit terkejut, ia lupa hari ini adalah hari libur dan ayahnya tidak pergi ke kantor.
"Mau kemana kamu?" Tegur pak Aldy yang menyadari keberadaan Auryn.
Auryn mengatur nafasnya sebelum akhirnya menjawab.
"Mau ke luar sebentar pah."
"Kamu tidak boleh keluar, kamu sudah membuat keluarga ini malu karena kehamilanmu dan sekarang kamu ingin menunjukkan wajahmu itu pada orang-orang di luar, untuk apa lagi kamu keluar? apa kau ingin menemui laki-laki bajingan itu lagi dan mempermalukan harga dirimu lagi hah?!" Bentak pak Aldy.
"Nggak pah." Elak Auryn.
"Kembali ke kamarmu dan jangan pernah berpikir untuk keluar, jangan pernah berniat menemui laki-laki itu lagi, papa akan mencarikanmu laki-laki lain yang mau menikahimu." Tegas pak Aldy.
"Apa?!" Auryn sungguh terkejut mendengar kalimat terakhir ayahnya.
"Karena kamu lagi hamil jadi kamu harus menikah." Lanjut pak Aldy.
"Nggak Pah, aku nggak mau!" Tolak Auryn cepat.
"Kamu mau membantah sama papa?!" Bentak pak Aldy.
Auryn langsung terdiam.
"Kembali ke kamarmu sekarang!" Perintah pak Aldy dengan tegas.
Auryn menghembuskan nafasnya kasar dan dengan perasaan kesal iapun kembali ke kamarnya.
***
Auryn membanting keras pintu kamarnya.
Bagaimana ini? Ayahnya akan menikahkannya dengan laki-laki yang tidak dikenalnya? kenapa semua ini terjadi padanya? semua ini gara-gara Revan! Auryn benar-benar membencinya!
Mungkin lebih baik ia pergi dan menggugurkan kandungannya? Ia tidak mau dijodohkan.
Auryn berjalan mondar-mandir di dekat jendela kamarnya, sesekali ia menggigit kecil kuku jari kelingkingnya, ia masih memantapkan dirinya untuk benar-benar kabur dari rumahnya, kalau ia kabur lalu ia akan tinggal di mana? Tapi kalau ia tidak pergi ia akan dipaksa menikah oleh ayahnya.
Menggaruk kecil kepalanya yang tiba-tiba gatal karena kebingungan, ia akhirnya beranjak membuka laci nakas dekat tempat tidurnya lalu mengeluarkan dompetnya, perlahan ia memeriksa isinya dan akhirnya ia tersenyum lega melihat uangnya yang terbilang cukup banyak, dengan meyakinkan dirinya ia akhirnya memutuskan untuk benar-benar kabur.
Auryn segera mengambil tas besarnya
yang berada di atas lemari kemudian
memasukkan pakaiannya sebanyak mungkin, tak lupa ia mengambil ponselnya yang sudah beberapa hari tak pernah ia aktifkan dan tanpa membuang waktu iapun segera keluar melalui jendela kamarnya.***
Auryn berjalan hingga sampai di jalan raya, dengan susah payah menenteng tasnya yang terasa berat sembari mengelap keringatnya yang terus bercucuran membasahi wajahnya.
Kepalanya yang terasa berat membuatnya memelankan langkahnya, semakin lama kepalanya semakin pusing hingga akhirnya ia tak kuat lagi dan tubuhnya pun
ambruk di trotoar.***
Hari sudah sore. Di dalam sebuah ruangan, Auryn tersadar dari pingsannya, ia membuka matanya dengan perlahan, tangan kanannya terangkat memijat keningnya yang masih terasa berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
(NOT) FAKE LOVE [END] - REVISI
FanficAuryn kira, Revan tulus mencintainya, namun ternyata Revan hanya menjadikan Auryn bahan taruhan dengan teman-temannya. Bagaimana reaksi Revan saat mengetahui Auryn hamil anaknya? Lalu bagaimana pula Revan menghadapi situasi saat wanita yang dulu ia...