Part 10

3.9K 159 0
                                    

Happy Reading

"Auryn, buka pintunya!"

Revan berteriak sambil menggedor kasar pintu kamar itu.

"Buka pintunya, Auryn!!" Teriak Revan semakin emosi.

Revan tau Auryn juga sedang marah padanya tapi apa ia harus sekeras kepala ini dan begitu egois.

"Buka atau gue bakalan dobrak pintunya!"

Revan mulai mengancam, ia diam sejenak apakah akan ada respon, namun lagi-lagi tidak ada. Revan semakin kesal, apa Auryn pikir ia main-main dengan ancamannya. Baiklah, Revan bertekad akan merusak pintu tersebut.

Revan berjalan mundur bersiap mendobrak pintu tersebut, kemudian menendang keras pintu tersebut dengan kaki kanannya mendorongnya dengan sekali coba, pintu sialan bagi Revan itu pun terbuka, ia langsung menerobos masuk dan mendapati Auryn tengah menatapnya terkejut.

"Apa-apaan sih lo?!" Seru Auryn marah.

"Harusnya gue yang nanya. Lo yang apa-apaan? Udah gila ya lo? Lo gak makan seharian kan, lo mau terjadi sesuatu sama kandungan lo, hah?!"

Revan balas berteriak marah membuat Auryn diam menatapnya.

Pria itu berjalan dengan raut wajah menyeramkannya mendekati posisi Auryn, dicengkeramnya kedua lengan wanita itu dan menatapnya seakan ingin menusuk kedua mata Auryn.

"Lo," Ucap Revan tertahan.

Sedangkan bibir Auryn mulai bergetar, air matanya mengalir begitu saja.

"Lo udah gak waras hah?!" Revan melanjutkan kalimatnya, ia masih sangat marah pada wanita di depan matanya itu.

Auryn menutup matanya sejenak, ia tidak kuat mendengar bentakan Revan yang seakan membakar hatinya.

"Lepasin," Ucapnya lemah.

Revan menghembuskan nafasnya kasar lalu melepaskan cengkeramannya.

"Kenapa lo peduli?" Auryn tertunduk lemah. Saat ini ia tak punya banyak tenaga karena seharian ini tak ada asupan makanan kedalam tubuhnya, kepalanya pun terasa pening.

"Apa gue harus jelasin semuanya lagi sama lo? Apa setelah itu Lo akan maafin gue gitu?"

Revan menatap Auryn yang hanya tertunduk.

"Apa sesulit itu buat lo maafin gue? Apa lo nggak bisa rasain ketulusan gue?" lanjut Revan terdengar melemah, namun Auryn tetap diam.

"Liat gue Ryn," Revan mengangkat dagu Auryn agar menatapnya.

"Kalau lo benci sama gue, bilang. Gue sadar kok gue gak pantas dapetin kata maaf lo, jadi bilang sama gue sekarang kalau lo benci sama gue!"

Revan terlalu kalut tak tau lagi harus bagaimana, ia sangat mengharapkan kata maaf dari Auryn tapi disisi lain ia juga sadar begitu sulit bagi Auryn untuk memaafkan kesalahannya.

Ia terus mendesak Auryn untuk mengungkapkan perasaan bencinya padanya, mungkin dengan begitu ia akan merasa lebih baik.

Namun di luar dugaan Auryn justru menggelengkan kepalanya, Revan sedikit tertegun menyadarinya, detik berikutnya ia langsung menarik tubuh Auryn membawanya kedalam dekapannya, memeluk tubuh wanita itu dengan erat.

"Maafin gue ya kalau gue terlalu kasar sama lo, gue mohon jangan kayak gini lagi, lo harus tau gue benar-benar khawatir sama kondisi lo juga kandungan lo." Bisik Revan lembut.

Dengan perlahan Revan melepaskan pelukannya setelah merasakan Auryn sudah lebih tenang.

"Lo makan ya. Gue gak mau lo sampe sakit, gue gak mau kenapa-napa sama kandungan lo." Ujar Revan.

(NOT) FAKE LOVE [END] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang