Chapter 1

877 44 2
                                    

May the force be with you

***

Langkah kaki ku memang terlihat pelan, bahkan suara tapakan dari sepatu yang kita beli bersama sebagai bentuk apresiasi diri oleh kemenangan pertandingan basket beberapa bulan lalu tak begitu kedengaran.
Kamu masih disana, tepat di ujung pembatas lapangan upacara dan basket sekolah ini.
Kamu tak sendiri, terlihat jelas seseorang sedikit tertunduk malu di depanmu mungkin sedang tersemu lalu harap-harap cemas.
Akupun sama gemetarnya dengan orang itu, atau mungkin lebih? Menunggu dan berdoa untuk kemustahilan yang kesian kalinya aku bersyukur masih terwujud, kali ini apa jawabanmu?

"ah, sepertinya Tuhan mulai bosan dengan permohonanku." Tremor itu kambuh lagi saat melihatmu dipeluk seseorang yang tak ingin ku ingat statusnya.

*/

Pengidap anxiety disorder itu mulai kehilangan keseimbangannya, tangannya gemetar tak lagi jari-jarinya saja. Keringat mulai turun di sekitar kening hingga lehernya, pandangannya sedikit kabur entah terkena keringat yang turun atau genangan air mata yang mulai tak terbendung.
Lari secepat mungkin adalah solusi terbaik, cepatlah paksakan kaki itu berlari setidaknya menampakkan kelemahanmu itu jauh lebih baik di tempat sunyi.

"tidak kali ini, kumohon jangan saat ini. Tu.. Tuhan toll.. lloong jangan sekarang hiks" Dia sedikit tertatih karena tubuh yang mulai kalah akibat rangsangan dari pemicu yang membangkitkan rusaknya mental seseorang (lagi).

"Aku baik-baik saja, iyaa aku baik-baik saja, pasti baik-baik saja. Okay kau kuat Na,.."

"yah aku kuat yaa aku kuat, pasti kuat" Begitulah racuannya saat terduduk memeluk lututnya dalam lorong yang cukup gelap di perpustakaan sekolah tempatnya bersembunyi ke-beberapakalinya.

*/

"Jen, mau berkencan denganku? Sejak 2 tahun lalu aku masih mencoba diam melihat banyak sekali yang mencoba menjadikanmu milik mereka tapi hingga saat ini kamu masih tetap sendiri, bolehkah aku berharap kalau kamu juga menantiku? Maukah kamu mengganti pertemanan ini menjadi sepasang kekasih, aku sangat menyukaimu Jenov.. " Sejak mereka sekelas dua tahun lalu gadis itu sudah melabeli seseorang ini sebagai cinta pada pandangan pertamanya.

"thanks Tik, tapi gua udah punya orang lain yang sedang gua jaga perasaannya. Maaf ya" Tatanan kalimat nya masih terdengar santai, sedikit senyum diujung kalimatnya dia berikan pada teman sekelasnya yang sudah berani mengungkapkan perasaannya itu.

'andai gua seberani lo Tik, hum.. '

"boleh aku tau siapa orang itu Jen?" Penasaran dan kecewa adalah ekspresi pertamanya setelah mendengar kalimat Crajenov Ramananda itu

Senyuman tampak terlihat diwajah Jenov-begitu Tika dan beberapa teman sekelas memanggilnya, kali ini cantika memberanikan diri melihat sosok sempurna yang sudah lama dia kagumi.

"Dia mungkin terlihat biasa saja dimata beberapa orang, tapi kilauannya bagai purnama di tengah para bintang bagi gua" Matanya turut tersenyum saat membayangkan orang itu.

"ooh, pasti dia cantik sekali ya Jen"

"yeah, kind of"

"boleh aku memelukmu, terakhir kalinya. Akan ku latih hatiku untuk menghilangkan perasaan ini setelahnya" Cantika mencoba menahan sesak yang mulai menjalar di dadanya. Apa yang kau harapkan bila seseorang yang amat ingin kau jadikan kekasih malah menyanjung orang lain dengan bahagianya tepat di depanmu.? Sesak, itu lah yang dirasakan Cantika Hyunarika saat ini

"maafin gua Tika" Lalu Ramapun membalas pelukan Cantika yang tanpa seizinnya sudah memeluk dirinya terlebih dahulu.

Adegan itu berakhir begitu saja, Rama berjalan ke kelas mengambil tas yang belum sempat dia bawa saat hampir semua orang di sekolah sudah tak menampakkan batang hidung mereka lagi.
Cantika berlalu pulang seorang diri, tangisannya mulai terdengar saat langkahnya mulai berjarak dari gerbang sekolah menuju jemputan yang sedari tadi ia suruh untuk menunggu.

/*

"Na, hallo. Kamu dimana? Udah balik belom sih? Aku mau nebeng dong hehehe" Rama menelpon Raka saat berjalan di koridor utama setelah mengambil tas nya tadi

"ha...hallo Rama, kamu belom pulang?" jawabnya malah bertanya

"ya makanya ini aku nanya kamu Na dimana.. Astagaaa"

"ah maaf, aku masih diperpus balikin buku bentar. Kamu tunggu aja diparkiran ya. Sebentar lagi aku kesana" Dengan buru-buru dia mulai merapikan pakaiannya yang sedikit kusut, mengelap asal wajahnya yang masih berkeringat mencoba mengembalikan kewarasannya yang sempat hilang entah kemana.

"okedeh, aku tunggu" Panggilan itu dimatikan sepihak oleh Rama.

Bukan hal baru mereka sering pulang bersama, bahkan akan terlihat janggal kalau mereka tidak pulang bersama. Entah Rama yang menumpang kendaraan Raka atau Raka yang menumpang motor sport nya Rama.

Ah iya, tidak banyak yang tau mengapa tapi Jenov dan Raka memanggil diri mereka dengan nama lain.
Raka yang lebih suka memanggilnya Rama dan Jenov yang kadang memanggilnya sebatas "Na" saja atau sehari-harinya dengan nama Raka, nama belakangnya - Aruna Jaemin Caraka

*/

"sorry agak lama" Dengan sedikit berlari Raka menghampiri Rama yang tampak bersandar disamping pintu mobil putih kesayangannya itu

"it's okay, 5 menit doang palingan. Skuylah" Jawab Rama santai

"nih kamu yang nyetir, aku lagi males Ram"

"Iya tuan, saya paham sedang menumpang" Sambil menangkap kunci yang dilempar Raka spontan

"nah sadar diri juga lo"

"Iya tuan hamba sadar diri, silahkan tuan.." Rama membuka pintu penumpang untuk Raka lalu segera berlari menuju kursi sebelahnya

"good boy,. " Jawab Raka acuh.

"buruann babu" Lanjut Raka saat Rama masih sibuk melempar ranselnya ke belakang lalu memasang seatbel

"Astagfirulloh, sabar kali Na. Babu-babu mata lo, gua turunin juga lo dilampu merah ntar"

"dih, numpang doang ngelunjak ya lo. Mobil siapa coba gua tanya?"

"Iya-iya aku cuma numpang, ini mobil kamu. Aku hanya sopir sekaligus babu kamu hiks hiks, maafkan saya tuan" Rama sedikit mendramatisir

"aku jijik mas, aku jijik liat kamu. Jauh mas, jauh jauh dari aku, aku jijik mass..." Mobil itu melaju dengan santainya , penumpangnya saja yang aneh bin ajaib, liat saja Raka, duduk menjauh hingga menempel ke kaca pintu disebelahnya dengan tangannya yang seolah mencoba melepaskan diri dari jamahan seseorang. Sedangkan Rama malah menatap Raka datar. Gila si Raka kumat menurutnya

"aku juga jijik Na liatnya. Astaga, sumpah deh lama-lama kita jadi bintang film juga kalo begini"

"hahahahaha, kamunya yang mulai. Dasar cowok drama lebay pula lagi" Sewot Raka

"please kaca tuh di depan anda, dipersilahkan dengan segala hormat" Rama mengarahkan cermin itu kearah Raka dengan tangan kirinya.

"oh I see, how gorgeous you are" Raka berpose lalu memuji dirinya sendiri

"tau deh, dark" Jawab Raka dengan muka datarnya.

"hahahahaha, duhh gemesin banget sih mas Rama ini haha" Raka mengolok Rama sambil menusuk-nusuk lengan Rama dengan telunjuknya

"apasih Na, aku lagi fokus nyetir nih"
Dengan tangan kanannya Rama mencoba menjauhkan tangan usil Raka itu

"hahaha dahla fokus-fokus , *plakk* Raka menampar paha kiri Rama setelahnya.

"ouchh, sakit begoo" Rama mengelus bekas tamparan Raka di pahanya. Sedikit perih btw

"bodo" Raka bodo amat

Perjalanan itu tampak biasa saja dan penuh drama bagi sebagian orang, namun begitulah mereka. Persahabatan yang sudah lama menjadi dasar mereka bersikap demikian. Udah biasa mah kalo kata Raka.

**/*

Jangan takut, berlarilah. Tak ada yang menarik dari masa lalu, luruskan pandanganmu ke depan

Tbc

Ramananda Caraka [NOMIN]  - [Season I] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang