Chapter 11

338 21 4
                                    

Dear Allah, I give it all to You
Bukan bermaksud pasrah, jujur hanya lelah
aku ikut segimana baiknya saja

***

"Hallo selamat pagiiii kesayangan Nana...." Raka membuka pintu rumahnya lalu berteriak seolah sudah lama tak pulang ke rumah, dia sendirian tentu saja. Masnya belum bisa pulang, walau tadi ada seseorang yang kekeuh ingin mengantarnya tapi untunglah tidak jadi, Raka sedang tidak ingin ditanya-tanya oleh orangtua nya. Ditambah lagi post-an foto di akun media sosialnya semalam semakin menambah chaos-nya situasi Raka saat ini.

"berisik Na. Buruan sini makan" Sang bunda balas sedikit berteriak. Suara kaki Raka semakin dekat terdengar hingga dia sampai di area dapur namun langkahnya terhenti sebelum benar-benar duduk di ruang makan

'ngapain Rama disini?' pikir Raka

"duduk sini Na, ngapain malah begong disitu" Sahut bunda lagi

"e..eh iya bun" Raka mengambil tempat di sebelah Rama yang tampak acuh akan kehadirannya. Ayahnya pun hanya diam menikmati sarapan bubur Ayam yang tampak tinggal separo lagi.

"ayah ga kangen Nana?, Kok Nana dicuekin?" Raka menatap ayahnya, dia pengen dipeluk actually.

".. Yah, ayah.. ish terserah. Nana ga mau makan" drama Raka di mulai. Dia merajuk, menatap ketiga orang di meja makan yang mengacuhkannya. Dia melipat tangan ke dada, menatap datar penuh kesal ke orang-orang di sekitarnya

"sarapan! habis itu ganti baju. Aku tunggu di depan. Yah, bunda makasih sarapannya." Rama tanpa menoleh pada Raka yang menatapnya kian bertambah kesal berlalu begitu saja

"orang-orang memang paling merasa benar dari sudut pandangnya , terimakasih sambutannya. Mending Nana ga pulang tadi" balas Raka turut melangkah ke kamarnya

"Duduk! Terus sarapan" Suara sang kepala keluarga terdengar tegas. Tanpa menoleh pada anaknya yang menatapnya hampir berlinang air mata

"aku tidak lapar! " Balas Raka tak kalah datar. Dia dalam mood yang kian buruk

"anak-anak memang paling merasa hebat dalam menyembunyikan masalahnya. Ga pulang sampe malam, ga ada kabar. Ngerasa paling benar ya" Ayah Siwon sedetik menolah pada anaknya yang masih terdiam dekat tangga. Ayahnya menatap Raka sinis karena tak merasa bersalah sudah membuat orangtuanya khawatir

"ayaaah... iish" Raka mulai jurus andalannya

"kamu makin gede makin bebal , makin bikin orang tua kesal saja" Omongannya memang pedas tapi tak selaras dengan tindakannya. Sejak Raka berlari memeluk dirinya hingga duduk dalam pangkuannya, sang ayah tetap membalas serta mengelus punggung Raka dan mengecup sayang kening hingga pucuk kepala anak kesayangannya.

"kan Nana udah bilangin mamas buat kabarin ayah sama bunda, Nana ketiduran capek nyetir. Eh mamas juga malah ketiduran lupa ngabarin. Maafin Nana ayah" Raka menatap ayahnya dengan tampang memelas, siapa yang takkan luluh. Terbukti wajah Raka dihadiahi banyak ciuman oleh sang ayah.

"alasan, besok-besok ga usah pulang sekalian" Bunda Yuna memang selalu kemusuhan dengan putra bungsunya itu

"Nana tau kok bunda kangen, ga usah bohong gitu lah" Raka menatap bundanya dengan senyum mengejek

Ramananda Caraka [NOMIN]  - [Season I] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang