Chapter 5

436 25 0
                                    

I let my self to let you go
Could you imagine how I feel?

* * *

Raka itu aneh, aku sudah cukup sering mengatakannya dan Raka emang mengakui itu.
Raka itu unpredictable, kayak sekarang entah bagaimana percakapan kali ini sangat serius. Raka sangat jarang mau berbicara seserius ini apalagi topik yang begini, dia selalu menghindari

"kamu dipeluk, ketawa bareng, bercanda bareng, kadang juga boncengan. Apa yang bisa aku simpulkan dari hal itu Ram?" Dengan begini artinya Raka sedang menikmati waktu ternyamannya

Kenapa waktu ternyaman? Karena Raka unpredictable + aneh, dia bisa saja tiba-tiba mood-ian begini lalu mulai terbuka tentang pemikiran atau perasaannya yang terasa mengganggu.

"aku tidak akan menyangkal, tapi tolong jangan simpulkan kalo itu mengarah pada hubungan yang sedang kamu bayangkan" Rama sedikit mendorong Raka untuk duduk di sampingnya. Raka tak menolak, dia mengambil bantal lalu memeluknya

"hubungan jenis apa yang cocok dengan kegiatan seperti itu?" Raka tak menatap Rama, dia fokus menyamankan dirinya duduk sembari memeluk bantalnya erat

"teman, hanya teman tentu saja"

"ah, benar. Aku kan juga diperlakukan demikian. Aku lupa padahal sedang menjalin jenis hubungan seperti itu. My bad Ram, sorry" Rama membeku di posisinya. Bukan begitu maksudnya, Raka tengah mempermainkannya lewat kata. Unpredictable kan?

"aku kalah terus sepertinya Na kalau debat sama kamu. Tetapi, bukan seperti yang kamu katakan" Rama menatap Raka tapi yang ditatap malah menyamankan kepalanya pada bantal yang sedari tadi ia peluk. Bahkan sandaran kepalanya tak menghadap Rama. Bagaimana Rama bisa tau ekspresi Raka.

"Na, lihat sini dong. Kali ini tolong jangan potong omonganku. Kasih aku waktu untuk menjelaskan"

"huh, haha kamu terdengar seperti seorang pacar yang tengah ketauan selingkuh Ram"

".. Apa pentingnya kamu ngejelasin hubungan kamu sama aku?" Raka kini menoleh ke arah Rama. Rama speeacless for a minutes.

"Ini bukan waktu yang tepat sepertinya. Maafin aku sudah mengganggu waktu istirahat kamu. Lain kali kita bicara lagi, yang pasti aku TIDAK sedang menjalin hubungan seperti yang kamu katakan tadi. Aku pamit" Rama memaki dirinya bodoh saat itu juga.

'tetep pengecut dan bodoh Rama bangsaat' bathin seseorang

"silahkan, terimakasih untuk tumpangannya tadi Rama" Raka mengangkat wajahnya menatap Rama yang akan membuka pintu kamarnya.

Raka tersenyum "Besok aku sibuk, jangan datang ke rumah"

"Humm" Rama tidak membalas senyuman Raka, tapi turut mengiyakan permintaan Raka. Dia sadar Raka sedang memasang lagi tembok diantara mereka.

*/

"Na, si Jenov ngapain ga ikut makan malam? Buru-buru amat tuh bocah, tumben" Jefryan bertanya saat mereka sudah berkumpul di meja makan.
Ayah dan bundanya tak begitu menanggapi, mereka teramat menikmati menu makan malam kali ini.

"belom mandi mas, Nana usir soalnya bau" jawab Raka seenaknya

"dih ngaco"

"Humm, tumben bun kali ini rasanya sama persis kayak pas lebaran kemaren?" Nana sangat menyukai sotong (cumi berukuran lebih besar) asam pedas buatan bundanya, tapi yang versi lebaran tahun lalu. Entah bagaimana rasanya berbeda setelah itu

"nah iyakan, ayah juga bilang gitu tadi sama bunda Na" Ayah Siwon menimpali

"perasaan sama aja deh" Raut muka Jefryan terliat aneh menatap dua orang yang sedang lahap menyantap cumi asam pedas buatan bundanya

Ramananda Caraka [NOMIN]  - [Season I] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang