chapter 15

7.9K 614 6
                                    

Surya menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya pucat. Memang sejak hamil dirinya selalu lesuh. Ia memakai baju yang sudah di siapkan suaminya. Baju yang belum pernah ia pakai sebelumnya. Setelah dibujuk Maeda , ia pun bersedia ikut ke perjamuan itu. Maeda masuk ke dalam kamar dan melihat Surya yang termenung di depan cermin.

"Cantik." puji Maeda di telinga Surya. Ia sampai bergidik dibuatnya.

"tuan..." Surya menoleh, pipinya memerah.

Cupp!! Maeda mendaratkan ciuman ringan di bibir Surya. Lalu ia tersenyum manis di depannya.

"Sudah siap?"

"Sudah."

Mata mereka bertemu. Hembusan nafas masing-masing membuat bulu kuduk berdiri. Entah siapa yang memulai bibir mereka saling mendekat. Maeda melumat bibir Surya dengan lembut. Surya pun membalasnya.

"Hmmm... " Surya mencoba mengatur nafas.

"Kamu keras." goda Maeda.

"Tuan... Ini gara-gara tuan." Surya tersipu malu. Ditariknya baju itu untuk menutupi penisnya yang berdiri.

"Lalu aku harus bertanggung jawab untuk itu, sayang." Maeda mencium istrinya itu. Perlahan semakin dalam.

"Nanti bajunya kusut." kata Surya.

"Lalu? Kita bisa sambil berdiri saja"

"Mmmhhh..." jari Maeda sudah menyusuri tubuh Surya. Surya merinding dibuatnya. Terutama perutnya. Ia mengelus perutnya itu dengan lembut.
"Itu geli..." kata Surya.

Darah Maeda berdesir. Ia hanya menurunkan celana Surya dan celananya. Tapi bokong ranum itu menyambutmya. Ia menghadapkan Surya ke dinding dan memeluknya dari belakang. Kejantannya meronta. Ia ingin memasuki lubang itu. Maeda harus meregangkan lubang itu dulu. Ia menggosokkannya dulu penisnya ke bokong itu. Lubang Surya sudah basah. Surya memang sensitif terhadap sentuhan. Perlahan ia memasukkan jarinya.

"Ngghhh... tuan...sayang.... Ahhh..." Surya merintih ia menikmatinya. Surya sadar bahwa di bangunan utama banyak orang yang berkumpul. Mereka adalah para tentara yang mengawal Maeda. Ia jadi malu dengan suara yang dibuatnya.

"Ahhh...ahhh... Aku akan keluar kalau tuan terus memasukkan jari seperti itu. Bisakah masukkan penismu saja, sayang." Surya menggigit bibirnya agar tak bersuara.

Jlebbb!!!! Penis itu memasuki lubang Surya dengan mulus. Lubang itu sangat basah.

Maeda yang menyadari itu berkata,"jangan di tahan. Jangan menggigit bibirmu... Itu akan sakit sayang. Tak apa bersuaralah."

"Hhnngghh.. ahhh...ahhh.. aku malu"

"Tak perlu malu kita suami istri. Uhhh ... Lubangmu menyempit, sayang."

Mendengar kata suami istri tentu saja Surya spontan menggigit penis Maeda dengan lubangnya.

"Uhhh... Bertumpulah pada dinding! Aku akan bergerak perlahan."

"Ahhh... Ahhh... Rasanya nikmat tuan. Nghhhh... Sangat nikmat." Surya mendesah.

Pinggul Maeda maju mundur mendorong penisnya masuk. Itu sangat nikmat. Entah mengapa semakin hari rasanya makin nikmat. Bukannya bosan ia makin ketagihan untuk memasuki lubang Surya. Hanya Surya yang bisa membuatnya merasa begitu.

Thwop thwop thwop !!! Maeda menggenjotnya lagi.

"Nghhh... tuan hiks sangat enak..."

"Sayang... Aku akan lebih cepat oke? Kita harus segera berangkat ke perjamuan oke?"

"Ahhh...ahhh.. ahh.. terlalu cepat ...nghhh sayang..."

"Uhhh.. itu akan muncrat sayang. Sedikit lagi..." Maeda memanas. Bulir keringat membasahi dahinya.

Plop plop plop bunyi tumbukan penisnya dengan lubang Surya itu.

"Ahh...nghhh...ahhh...tuan... Aku juga."

Sppruuttt!!! cairan Surya muncrat ke udara. Sedangkan Maeda muncrat di dalam lubang itu. Hangat. Lubang itu semakin hangat dengan cairannya. Penisnya mengecil dan keluar dengan sendirinya dari lubang Surya. Kaki Surya lemas. Ia hampir merosot ke tanah. Maeda menahan lengannya dan menggendongnya ke ranjang.

"Tuan, aku ingin berhadapan. Aku ingin melihat wajahmu saat kita melakukannya."

"Baiklah... Nanti saat kita melakukannya lagi." Maeda menyanggupi. Ia menidurkan Surya ke tepi ranjang. Kakinya menggantung. Maeda mengambil air di kamar mandi dan menyeka tubuh bagian bawah Surya.

"Kita harus pergi ke perjamuan. Tapi bagaimana ini? Apa kakimu kuat sayang?"

"Sedikit lelah."

Cupp!!! Ia mencium Surya lagi.

"Bersandar padaku. Jangan lepas tanganku saat di sana. Mengerti?"

Surya mengangguk tanda mengerti.

Mereka berangkat ke perjamuan. Surya mengeluarkan tangannya dari dalam jendela mobil itu. Tiba-tiba butiran putih jatuh ke telapak tangannya. Surya dibuat takjub.

"Tuan apa ini?"

"Itu salju. Ahh pakai syalmu agar lehermu hangat. Udara malam akan bertambah dingin."

"Lihat. Itu semakin banyak tuan." Surya seperti anak kecil yang melihat keajaiban.

"Di Indonesia tak ada..." kata Surya lagi.

"Itu karena perbedaan musim."

"Musim?"

"Iya musim. Di sini ada salju, di sana tak ada."

"Aku suka salju. Itu indah tuan."

"Iya itu indah. Kamu lebih indah dari itu bagiku."

Blushh!!! Surya merona dibuatnya. Selalu saja mengatakan hal seperti itu dengan tenang seolah bukan apa-apa. Membuat jantung Surya berdetak kencang.

Maeda mendekatkan tubuhnya. Ia melingkarkan tangannya dan memeluk tubuh Surya agar ia lebih hangat. Surya pun menyandarkan kepalanya di dada suaminya. Ia mengelus perutnya sembari tersenyum. Momen ini sangat membahagiakan baginya seperti bukan kenyataan. Mobil itu terus melaju menembus rintikan salju yang turun. Langit malam tanpa bintang dan semilir angin menjadi saksi cinta mereka berdua.

---------

Happy reading.

Semoga suka ya... Vote dan komennya ditunggu...

See you 🥰

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang