chapter 30

5.5K 470 19
                                    

Hari sudah beranjak senja namun Surya masih termenung di taman sambil menimang Tatsuya dalam pangkuannya. Ia mempererat pelukannya pada selimut yang membungkus Tatsuya. Dengan sabar ia berusaha membuat anaknya itu tertidur. Tatsuya yang telah bersendawa kecil pun mulai memejamkan matanya. Ia sudah kekenyangan setelah tadi meminum air susu dan di ajak berjalan-jalan sebentar di taman. Semilir angin yang menerpa wajahnya membuatnya tersadar.

"Ah ini sudah senja."

Bias cahaya di langit senja itu seakan tanda berakhirnya hari. Satu hari lagi yang telah Surya lewati tanpa kehadiran Maeda di sampingnya. Sudah genap sebulan lamanya Maeda pergi bertugas tapi tak sepucuk surat ataupun kabar yang terdengar di telinga Surya. Ia memang mulai terbiasa namun kegusarannya tiap hari makin menjadi-jadi. Bagaimana tidak, semua pelayan terkadang berbisik dan menatap aneh padanya. Bahkan ia juga pernah tak sengaja mendengar percakapan antar pelayan tentang lamaran yang ditujukan keluarga kerajaan pada suaminya, Maeda. Walaupun semua orang berlaku segan padanya tetap saja ia merasa tak enak hati.

Saat ini ia hanya bisa berusaha fokus merawat Tatsuya saja. Bram dan juga Romi yang sesekali mengunjunginya tak membuatnya bisa bernafas lega. Sebisa mungkin ia terus menyembunyikan perasaan dan keresahan untuk dirinya sendiri. Tak mungkin ia berbagi masalah dengan kondisi Bram sekarang.

Ia pun teringat satu bulan lalu saat Maeda maupun Iro hendak berangkat bertugas sempat terjadi kehebohan di meja makan. Bram yang merasa mual dan tak nyaman dinyatakan hamil setelah di periksa dokter. Sontak saja kabar baik tersebut menjadi hadiah yang terduga bagi Bram dan Iro. Romi juga bersorak saking senangnya. Senyum bahagia yang mereka tunjukkan saat itu, Surya masih mengingatnya dengan jelas. Tentu saja ia ikut merasa senang atas kabar baik tersebut. Maeda yang bersikap seperti biasa padanya tak sekalipun menyinggung tentang rencana pernikahannya yang lain. Surya yang berusaha bersikap tenang.

Udara yang semakin dingin membuat Surya mempercepat langkah kakinya. Dengan perlahan ia menggendong Tatsuya menuju kamarnya. Setelah Maeda bertugas, ia terbiasa tidur dengan putranya di kamarnya. Baru beberapa langkah menapakkan kakinya di anak tangga tak sengaja ia mendengar perbincangan dua orang pelayan yang mempersiapkan meja makan.

"Kamu sudah dengar beritanya?"

"Apa?" tanya yang lainnya dengan wajah bingung.

"Berita tentang lamaran dari kekaisaran untuk tuan kita."

"Apa? Yang benar? Aku baru mendengarnya darimu."

"Iya. Apa kamu tahu kalau tuan kita itu akan dijodohkan dengan putri kaisar."

"Tidak..aku tidak tahu. Apa ini berita yang benar?"

"Tentu saja. Semua orang di pemerintahan ataupun pusat kota membicarakannya."

"Lalu? Apa tuan kita akan menikah lagi?"

"Entahlah. Tapi siapa yang akan menyia-nyiakan kesempatan yang bagus seperti ini. Bukankah begitu menurutmu juga?"

"Kamu benar. Tapi tuan kita sepertinya sangat mencintai istrinya yang dia bawa dari mana itu ehmm mana itu?" pelayan itu berusaha mengingat-ingat asal negara Surya.

"Indonesia. Siapa yang tahu pemikiran dan arti cinta yang dimiliki seorang bangsawan apalagi petinggi?"

"Ah, iya itu Indonesia. Kamu benar juga. Tapi aku yakin tuan kita itu setia."

"Setia apanya. Kalau setia mana mungkin dia beralih dari nyonya Naomi ke istri barunya sekarang!"

"Husshh !!! Jaga bicaramu kawan. Kamu sudah kelewatan. Kamu mau lidahmu dipotong atau mayatmu tiba-tiba tergeletak di tepi jalan?"

"Tentu saja tidak, membayangkannya saja sudah mengerikan."

"Maka dari itu, lebih baik jangan bicara macam-macam! Bagaimana kalau ada yang mendengar? Untung hanya kita berdua yang ada di sini. Ya sudah mari, semuanya sudah tertata rapi."

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang