Cuitan burung di pagi membangunkan Surya. Ia merasa tubuhnya terasa berat. Ah suaminya memeluknya sepanjang malam. Surya mengamati wajah Maeda yang terlelap. Tangannya hendak menyusuri wajah itu. Satu gerakan lembut pada pipi Maeda membuatnya terkejut. Ia langsung terbangun dan menekan tangan Surya ke atas. Surya juga terkejut dengan refleks tubuh Maeda.
"Maaf, apa anda terkejut, tuanku?" Surya menatap lurus pada mata Maeda. Maeda terpana pada tatapan itu pun mengecup bibir Surya dengan pelan. Bukan ciuman hanya kecupan kecil. Surya memerah karenanya.
"Tuan... sakit." Surya meringis.
Tanpa sadar Maeda masih meremas tangan Surya. Terlihat bekas kemerahan di pergelangan tangannya.
"Maaf, aku tak sengaja, sayang. Tanganmu pasti sakitkan? Sini aku lihat! Lihat ini, tanganmu jadi merah."
"Pfftt.. itu bukan apa-apa kok, tuan."
"Bisakah kamu berhenti memanggilku tuan? Aku ingin di panggil suami pokoknya." Maeda memelas dengan helaan nafasnya.
"Ah itu... Emmm.. iya aku belum siap sekarang. Apa tidur tuanku nyenyak?" Surya tersenyum polos.
"Baiklah. Aku pasti menantikan hari itu tiba di mana Suryaku ini memanggilku suami bukan tuan lagi. Iya sangat nyenyak karena kamu dalam jangkauanku."
"Aku rindu Tatsuya, tuan. Bisa kah hari ini aku menyusuinya?"
"Entahlah kita tanyakan pada dokter dulu ya? Kenapa? apa ada yang tak nyaman?"
Surya menggeleng malu. Bagaimana dia mengatakannya bahwa rasanya air susunya mau mengalir keluar. Sudah berapa hari ini ia tak menyusui putranya. Tentu saja rasanya sakit dan membengkak. Ah bahkan pakaiannya sedikit basah di bagian itu. Untung saja saat ini masih tertutupi oleh selimut.
"Wajahmu memerah? Apa kamu merasa sakit lagi?"
"Tidak, tuanku. Ini rasanya sakit sekarang." Dengan malu Surya menarik turun selimut yang menutupinya. Ah puting susunya memang basah.
Maeda membelalak. Huh? Air susu itu membasahi baju Surya dan putingnya terlihat di balik baju yang basah.
"Aku panggilkan dokter dulu." Maeda berdiri panik. Ia tak bisa membiarkan Surya melihat wajahnya yang memerah dan dirinya yang diluar kendali.
"Dasar gila! Dia baru saja selamat dari maut. Apa yang kamu pikirkan pria brengsek !" Maeda mengumpat pada dirinya sendiri.
Ia mengacak rambutnya. "Itu hanya puting. Kenapa sangat seksi? Dasar suami gila! Berhenti berpikiran kotor!"
Ia menutupi wajahnya yang merah dengan kedua tangannya. Ia memanggil pelayan dari balik pintu dan menyuruh memanggilkan dokter. Baginya Surya yang seperti tadi sangatlah seksi. Ia tak mungkin melahapnya kan, jadi ia harus mengalihkan pandangan secepat mungkin.
"Tenang, pikirkan hal positif! Suryaku sudah sembuh, yah bagus sekali! Sangat positif. Semua akan segera membaik..haha" Maeda bahkan tertawa sendiri.
Surya menatapnya aneh. Kenapa dengan suaminya itu. "Tatsuya sedang apa sekarang?" batin Surya menerawang.
Setelah pemeriksaan dokter akhirnya Surya bisa bertemu Tatsuya. Pengasuhnya membawanya ke kamar utama.
"Tatsuya...putra siapa ini? Sudah ganteng dan wangi di pagi hari"
Maeda mengambil alih Tatsuya dan mendekat ke arah ranjang."Apa tanganmu kuat untuk menggendongnya, sayang?"
"Tentu saja, tuanku." Surya meyakinkan.
Tatsuya bahkan tertawa kecil setelah mengenali aroma Surya. Surya sudah berganti baju bahkan sudah menyeka tubuhnya walau bagian atas saja. Ia harus memastikan semuanya bersih sebelum menyusui putranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DARK LOVE (BL) (Mpreg)
Narrativa StoricaBerlatar pada akhir penjajahan Jepang di Indonesia. Cinta ini salah. Bagaimana bisa mencintai pria yang menghancurkan hidupnya? Apalagi pria itu adalah Jenderal dari pihak musuh. Berawal dari hubungan fisik hingga mengakar ke hati. Lika-liku percint...