chapter 9

11.6K 880 23
                                    

"ahhhh... Ahhh...ahhh" desah Bram. Entah sejak kapan mereka sudah berbaring di tanah. Dengan baju seragam milik Iro sebagai alas. Dan langit malam penuh bintang sebagai saksi. Ilalang di sana cukup tinggi. Hingga saat ia berdiri di sana tak akan terlihat. Apalagi jika mereka tiduran.

"Ahhh ...mhhhmmm..." jari Iro meregangkan lubang itu. Ia memutar-mutar jarinya. Memberikan sensani yang selama ini tubuh mereka selalu rindukan.

"Aku masuk!" ujarnya. Penis itu sudah menegang di balik celana Iro. Zipper diturunkan dan penis itu Iro kocok dulu sebelum dimasukkan.

Jlebb !!! Sekali tusukan penis itu sudah bersarang di sana.

"Besar. ohhh sangat besar... Nikmat"

"Uhh ... Sangat sempit. Hangat dan nyaman. Ini tempat teryaman, sayang. Kamu adalah kampung halaman bagiku."

"Ahh... Nghhh... Terlalu cepat" gerakan Iro semakin cepat. Ia menggenjot Bram kesetanan.

Spruttt!!! Mereka muncrat bersamaan.

Iro menyusuri tubuh kekasihnya mengecupnya penuh cinta. Hingga ia berhenti pada goresan panjang di perut Bram dan berhenti bergerak.

"Apa ini? Bekas apa ini?"

"Itu.. aku... Aku hamil. Aku mengetahuinya sesaat setelah kamu pergi. Aku melahirkan anak kita, Iro" ucapnya lirih. Penis itu langsung tegak lagi, belum sempat Iro cabut sejak tadi.

"Apa? Anakku? Benarkah?"

"Aku tak tahu bagaimana? Tapi tubuhku sedikit berbeda dibanding pria pada umumnya. Ini langka."

"Aku sangat senang. Aku memiliki anak denganmu."

"Anak kita sangat tampan sepertimu. Namanya Romi. Ia sudah berusia empat tahun tiga bulan"

"Hiks" Iro meteskan air mata bahagia. Bram mengecup matanya agar berhenti menangis.

"Fokus padaku. Aku sangat merindukanmu." Bram melingkarkan tangan di lehernya.

"Sayang .. Bram... Uhhh.. Lubangmu menggigitku. Penisku akan putus saking nikmatnya."

"Ahh...nghhh...jangan . Jangan sampai putus. Aku menyukai itu juga. Panjang dan besar. Mmmphhhh..." erang Bram.

Flop flop flop
Thwop thwop thwop
Plak plak plak

Mereka berganti posisi beberapa kali. Ini sudah kali kelima sejak mereka menembakkan cairannya di udara. Malam masih panjang bagi mereka berdua. Sejenak mereka melupakan prahara di sekeliling mereka. Hanya menginginkan satu sama lain.

Flashback end.

Masa kini ...

"Pelan. Jangan banyak bergerak. Nanti kamu dan anak kita lelah."

"Tidak, tuan. Aku tidak lelah. Aku harus terbiasa dengan perut buncit ini." ujar sambil mengelus perutnya.

"Ngeyel kamu" Maeda mencubit hidung kekasihnya. Mereka terkekeh. Sudah sebulan sejak mereka tahu tentang kehamilan ini.

"Sayang... Tiga hari lagi aku akan kembali ke Jepang. Untuk mengahadiri rapat dewan. Aku ingin kamu ikut. Aku ingin kita menikah di sana. Aku akan menjadikanmu ibu dari anak-anakku."

"Bisakah aku?"

"Aku sudah bilang percaya saja padaku. Oke. Aku akan menyiapkan segalanya. Aku akan menjagamu selama perjalanan."

"Aku percaya. Percaya pada tuanku, kekasihku."

Cup!!! Kecupan mendarat di kening Surya. Mereka berpandangan seolah terhipnotis satu sama lain. Mereka saling melumat bibir dan lidah.

"Apa kamu mau? Mantri itu bilang bulan ini sudah aman untuk berhubungan." Surya tersenyum melihat Maeda yang menatapnya lekat.

"Aku mau tapi tak ingin menyakitimu dalam kondisi ini."

"Itu aman."

Setelah pemberitahuan itu, Maeda jadi tak bisa menahan diri. Penisnya menegang. Surya memasukkan tangannya. Ia mengocoknya sebelum melumat penis itu dalam mulut mungilnya.

"Mmmm..." Pipinya mengembung. Penis itu sudah masuk seutuhnya hingga tenggerokan.

"Ughh.. kamu lihai" puji Maeda. Surya tersipu.

Spruttt !!! Cairan kental itu sangat banyak.

"Kemari, sayang." Ia mengangkat tubuh itu agar duduk di atasnya. Sekarang Surya seperti sedang dipangku olehnya. Maeda membuka kaki Surya dan memeganginya agar ia bisa masuk lagi. Surya menggosok-gosok penis Maeda pada bokongnya hingga penis itu menegang lagi.

"Siap? Aku masuk lagi."

Jleb !!!

"Ahhh...tuan...nikmat. hgghhhh..."

"Surya kamu suka kan?" Maeda menarik perlahan penisnya hingga menyisakan pangkalnya saja. Syut! Lalu perlahan penis itu masuk lagi. Begitu seterusnya.
"Aku lebih menyukainya."

Surya menggeliat. Sama halnya Maeda juga sangat menikmati sensasi ini. Maeda keluar masuk dari lubang itu sambil mengecup dan menggigiti leher Surya. Mereka kecanduan satu sama lain. Perlahan tapi pasti.. seolah waktu hanya milih mereka berdua. Yang lain tidak ada artinya.

--------
Hello lagi.
Jangan lupa vote dan komennya.
Kritis & sarannya juga ya....
Biar makin semangat akunya.

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang