Hari adalah hari yang bersejarah bagi Bram dan Iro. Akhirnya setelah sekian lama mereka bisa mengadakan pernikahan. Setelah berbagai rintangan yang mereka hadapi, mereka pun telah bersatu menjadi pasangan yang sah. Bahkan tahun-tahun yang mereka lewati dengan perpisahan seakan terbayarkan sekarang. Mereka sangat berbahagia. Apalagi Iro membuat pesta untuk memperkenalkan Bram sebagai pasangan resminya. Kini Bram bisa mengangkat kepalanya dengan tegak seperti halnya Surya.
Pernikahan berjalan lancar bahkan pesta perayaannya juga. Cuaca juga mendukung seakan langit merestui mereka berdua. Romi juga sangat senang ketika mendengar kata pesta. Karena itu artinya sekali lagi ia memiliki kesempatan bertemu dengan Tatsuya. Sekarang ini ia jarang sekali bisa bermain bersama Tatsuya. Ia ingin seperti dulu tinggal bersama-sama. Karena sekarang bahkan rumah mereka pun berbeda.
Romi mulai mengantuk sejak kepulangan Tatsuya. Ia merengek ingin segera tidur saja. Bram pun menyanggupinya dan berpamitan pada para tamu. Sedang Iro masih harus menemani beberapa tamu yang tak lain adalah rekan-rekannya. Mereka merasa lega saat Jenderal sudah pergi. Seakan keadaan terasa lega. Tak lagi seperti berjalan di atas kaca. Entah mengapa mereka sangat berhati-hati di hadapan Jenderal Maeda. Sedang Iro yang sudah lama bekerja di bawahnya merasa terbiasa dengan aura dan sikap Jenderal yang terkesan mengintimidasi itu.
Bram menemani Romi hingga ia terlelap. Ia memandangi putranya yang tertidur. Ia menyadari pasti Romi lelah dengan kegiatan yang penuh seharian ini. Bram mengelus perutnya dengan penuh kasih sayang. Ia pun harus beristirahat sekarang. Perutnya sudah terasa kaku. Ia juga harus segera berbaring di kamarnya. Ia mengecup kening Romi dan meninggalkan kamar itu.
"Mari kita minum hingga puas?" kata seorang diantara rekan Iro.
"Rasanya sangat lega saat Jenderal sudah pergi" timpa yang lain.
"Benar. Rasanya sangat tegang bukan? Apa lagi tatapan Jenderal seperti akan menerkam kita jika kita melirik pasangannya."
"Aku kira hanya aku saja yang merasa begitu. Aku lebih baik berada di medan perang daripada berpesta bersama atasan. Bagaimana kalau kita mabuk dan tak sengaja membuat keributan? Hah! Membayangkannya saja merinding! "
"Tapi... Pasangan Jenderal sangat cantik bukan? Aku heran ada pria yang cantik seperti wanita."
"Dia sangat hebat karena bisa menaklukkan Jenderal kita yang dingin."
"Lebih baik kamu menjaga mulutmu jika tidak ingin kehilangan matamu esok hari karena melihat yang tak seharusnya dilihat."
"Perkataanmu sangat menakutkan."
"Apakah memuji juga sebuah kesalahan? "
"Tidak. Tapi kamu harus melihat siapa yang kamu bicarakan sekarang."
Iro hanya tersenyum tipis mendengar ocehan mereka. Yang satu dan yang lain tak mau kalah.
"Aku heran bagaimana Iro bisa beradaptasi dengan Jenderal Maeda. Itu patut diacungi jempol, Iro" puji rekannya.
"Terima kasih, Jenderal adalah orang yang disiplin jadi kita juga harus disiplin. "
"Aku menyesal memujimu."
"Aku tak minta dipuji, kawan."
Dini hari, para tamu sudah pergi. Iro melonggarkan dasinya yang terasa sesak. Ia mulai merasa lelah dan segera menuju kamarnya. Bram berbaring sambil memakan hidangan pesta tadi. Apa dia terbangun karena lapar batin Iro.
"Kamu belum tidur, sayang? "
"Belum, rasanya masih belum mengantuk."
"Tidurlah. Kamu pasti lelah seharian ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK LOVE (BL) (Mpreg)
Fiksi SejarahBerlatar pada akhir penjajahan Jepang di Indonesia. Cinta ini salah. Bagaimana bisa mencintai pria yang menghancurkan hidupnya? Apalagi pria itu adalah Jenderal dari pihak musuh. Berawal dari hubungan fisik hingga mengakar ke hati. Lika-liku percint...