chapter 24

7.5K 545 9
                                        

Jalan setapak yang Bram dan Iro lalui seperti jalan kenangan saat mereka masih muda dulu. Rasanya seperti dejavu. Setelah dirasa cukup mengumpulkan tanaman obat, mereka bermaksud kembali.

"Aduhh..." Bram yang tak sengaja terpeleset jatuh. Satu kakinya terperosok ke dalam lumpur. Di tepi hutan itu memang banyak lumpur yang terbentuk karena hujan.

"Hati-hati, sayang. Kenapa jalanmu sangat cepat, lihat kakimu luka." kata Iro saat membantunya berdiri.

"Aku ingin cepat sampai." kata Bram dengan terpincang. Iro langsung mengangkat dan menggendong tubuh Bram agar tak jatuh.

"Aku berat." katanya lirih. Tujuan yang awalnya hanya untuk mencari obat seperti tidak akan berakhir dengan itu saja.

"Aku kuat. Kamu gak tahu." Iro setengah berbisik di telinga.

"Kamu sengaja." Bram melotot. Jelas sekali Iro sengaja memancingnya.

"Apa maksudmu? Aku gak tahu. Apa jangan-jangan kamu yang berpikiran aneh-aneh."

Blush! Tentu saja wajah Bram merah padam. Iro seperti menerawang pikirannya. Ia sendiri malu dengan apa yang terbersit di pikirannya.

"Ap...apa.. enggak. Aku gak mikirin apa-apa."

"Wajahmu merah." kekeh Iro. Bram mati kutu.

"Ayo cepat pulang, Romi menunggu." ucap Bram asal.

"Ada Surya dan Jenderal yang menjaganya."

Gulp!! Bram menelan ludahnya. Sepertinya dia keliru mengajak Iro untuk mencari obat sekarang. Di tempat yang luas ini hanya ada mereka berdua. Berdekatan tanpa penghalang.

Cuppp!!! Iro mengecup lembut bibir Bram. Setelah membeku sedetik kemudian Bram juga terhanyut dan membalas ciuman itu.

"Aku pasti bau." ucap Iro.

"Aku tak peduli." Bram membalas ciuman itu semakin dalam.

Akhirnya mereka berhenti pada sebuah pohon besar yang daunnya sangat rimbun. Akal sehat keduanya sudah terkalahkan oleh kerinduan akan kehangatan masing-masing. Iro mendudukkan Bram di pangkuannya dan menciumi lehernya. Sebuah gundukan menekan pantat Bram. Ia tahu Iro sudah mengeras.

Iro segera membuka bajunya dan menjadikannya alas. Iro dengan perlahan menyusuri tubuh Bram semakin ke bawah. Bram menutupi penisnya yang mengeras dengan tangan. Pikiran yang tadi terbersit seperti akan terjadi.

"Iro...ahhh..." jari Iro yang memasuki lubang itu membuat Bram mengerang.

"Aku akan merenggangkannya."

"Hmm... Iya." Iro menahan kaki Bram akan terbuka lebar. Ia melanjutkan ciumannya yang ganas. Sesekali menghisap puting yang indah itu juga.

"Sudah cukup, Iro. Itu sudah renggang. Bisakah kamu memasukkannya." Bram memegangi kakinya dan memperlihatkan pose yang erotis bagi Iro.

"Kamu harus bertanggung jawab. Tanggung jawablah untuk permintaanmu ini." Iro langsung menekan penisnya ke dalam lubang itu.

Jleb!!! Dalam sekali hentakan ia menusuk ke dalam lubang Bram yang sudah basah.

"Nggghhhh.... Iro...hahh... Aahhhh ..."

Thwop thwop thwop...
Iro menggenjot Bram yang berada di bawahnya.

"Ahhh... Ahhh terlalu cepat."

"Ssttt... Ini yang kamu suka sayang." Iro semakin menumbuk titik sensitif Bram.

"Ahhh...ngghhhh... Iro..rasanya nikmat"

"Mendesahlah lebih keras, aku suka." bisik Iro di telinga Bram.

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang