chapter 2

21.1K 1.6K 49
                                    

Deru truk yang berjalan menembus hening malam. Bulan sabit di peraduannya. Surya. Pemuda yang ditangkap oleh tentara Jepang kini masih belum sadarkan diri. Tadi ia mendapat pukulan sampai ia pingsan. Ia tergeletak di pojok trus. Dinginnya semilir angin membelai pipinya.

Sebuah gerbang besar dibuka. Truk besar itu melenggang masuk. Tak butuh waktu lama hanya untuk memindahkan satu pria ramping seperti Surya. Kini ia sudah ada di ruangan pribdai jenderal Maeda.

Jenderal membolak balik dokumen di depannya. Menunggu kelinci kecil itu untuk bangun. Ia seperti serigala kelaparan. Sesekali ia melirik tubuh itu.
Ini kali pertama, ia tertarik pada sesuatu sejak ia datang ke negara ini. Biasanya hanya wanita saja yang para bawahan sodorkan padanya. Jujur saja ia tak terlalu berminat pada wanita. Tapi darah berdesir ketika melihat pemuda ini. Memang apa istimewanya dia? Aku harus memastikan batin jenderal itu.

"Sudah bangun rupanya!" suara seseorang di balik kegelapan membuatnya kaget. Ia ingin bangun tapi tangannya terikat, mulutnya disumpal dan lagi matanya tertutup kain. Dengan kasar Jenderal itu membuka penutup matanya.

"Ah , benar. Kau jadi tak bisa berbicara." langkah kaki semakin mendekat.

Surya mencoba berontak tapi tamparan mendarat tepat di pipinya. Kelopak mata itu terbuka perlahan. Langit-langit asing yang belum pernah ia jumpai. Dimana ini batinnya.

"Kemari" tangan yang lebih besar itu menarik tangannya tanpa ampun.

Pria yang dipanggil Jenderal itu duduk pada sofa sedangkan Surya terduduk di lantai. Ia menghadap tubuh bagian bawah jenderal itu. Dengan cepat tangan itu membuka resleting turun. Sebuah benda besar menyembul keluar. Surya terkejut. Apa itu? Jelas dia tau apa itu, tapi kenapa pria menunjukkan padanya.

"Buka mulutmu!" perintahnya sambil menarik rambut Surya. "Hisap ini!!! Cepat. Jangan buat aku berkata dua kali ."

Surya kebingungan ini kali pertamanya.
"Jangan gunakan gigimu, huh. Jilati dulu!!!"

Surya mulai dengan menjilati ujung penis itu dengan kaku. Aneh ! Rasanya aneh. Itu sangat besar dan panjang. Tak seperti miliknya. Tanpa babibu, penis itu langsung ditekan masuk oleh Maeda ke dalam mulutnya. Surya kaget. Air matanya keluar. Benda yang sedang keras itu menyentuh tenggorokannya. Maeda menekan kepala Surya dengan dua tangannya. Penis itu leluasa masuk dan keluar. Dengan gerakan maju mundur Surya harus mengikuti ritme Maeda.

"Mmmhhh..." mulutnya penuh dan dia sulit bernafas.

"Cepat hisap lagi!!!" perintahnya dengan marah. Surya asing dengan hal ini. Ia belum pernah sekalipun. Tangan itu terus menekan wajahnya. Maeda sangat menikmatinya.

"Uhhhh...." Maeda keluar di mulut Surya. Surya yang kaget terbatuk-batuk. Sebagian cairan itu tertelan olehnya.

"Uhuk uhuk uhuk" wajahnya merah dan penuh air mata.

Segera Maeda menarik tubuh Surya ke atas sofa itu. Maeda menindihnya. Surya tak bisa bergerak. Ia hanya merintih karena badan Maeda yang lebih besar darinya. Tangannya yang terikat semakin tak berdaya. Tubuhnya menggeliat , memberontak dengan sisa tenaga. Maeda menghujamnya dengan ciuman tanpa ampun. Lidah itu menyusuri Surya. Maeda sangat horny sekarang.

Surya sesekali menggigit bibir Maeda karena ia tidak pernah tahu cara berciuman sebelumnya.

"Ah sial!" Maeda mengumpat. Ia semakin bernafsu dengan tubuh Surya di bawahnya.

Tangannya dengan liar menggerayangi tubuh Surya. Ia merobek baju & celana murahan yang Surya pakai. Surya memberontak ketakutan. Perbuatan apa ini? Apa dia salah sangka aku sebagai wanita. Surya mengerang. Lidah dan tangan itu menyusuri tiap inci tubuhnya. Hingga sampai pada bagian penis Surya. Maeda mengocoknya. Surya merintih. Ia tak pernah sekalipun merasakan sensasi ini. Darahnya berdesir. Suhu tubuhnya naik. Badannya terasa panas. Air mani Surya mengudara.

"Hah? Kau keluar duluan? Pasti keenakan," kekeh Maeda.

"Tidak." Surya menggeleng. Entah mengapa tubuhnya tak menurutinya. Ia tenggelam juga dalam kenikmatan itu.

Dua jari itu meraba lubang milik Surya. surya mendelik kaget.

"Sakitt... Auuww... Sakit"

" Hushhh ... Apa kau ingin membangunkan semua tentara di sini. Apa kau ingin mengisi lubangmu dengan cairan mereka semua, hah!!!"
Surya menggeleng takut.

"Mmmmhhh... " Surya menggigit bibirnya. Tanpa ampun Maeda masukkan jarinya terus. Ia memutar-mutar jarinya di dalam. Tubuh itu menggeliat. Seperti goa yang membutuhkan penis memasukinya.

Jleb!!! Penis besar itu langsung masuk ke dalam dalam sekali tusukan.

"Sakit!!! Aahhh ... Sakitt!!!" rintih Surya. "Keluarkan. Benda itu tak muat."

"Berisik, dasar jalang!" Maeda tak menggubris ia terus menerjang masuk hingga semua penisnya tertelan oleh lubang itu.

"Mmmhhh..." Surya mendesah. Maeda makin ganas. Ia menggila. Desahan Surya sangat erotis.

"Kau pasti menikmatinya. Lihat betapa sempitnya lubangmu menjepit penisku! Uhhh... aahhh. Itu menyempit tiap kali aku menciummu atau memainkan putingmu ini.. kau juga pasti menikmatinya" Maeda mencapai klimaksnya juga.

Penis itu memuncratkan banyak mani di dalam lubang Surya. Surya mengerang. Ahh sangat nikmat batin Maeda. Ia mencabut penisnya lalu membalik tubuh Surya memposisikan tubuhnya menungging. Maeda menggosok penisnya pada bokong ranum itu. Sangat hangat. Air maninya mengalir ke paha dan kaki Surya.

"Mmmhhh..." Surya ingin menolak.

"Shhhttt.. malam masih sangat panjang," bisiknya pada telinga Surya. Penis itu tegak lagi. Ia segera mencari tempat untuk bernaung.

Entah berapa kali mereka berdua saling menyatu dalam keintiman. Sungguh malam yang sangat panas dan penuh candu.

-------------
Halo.
Jangan lupa vote dan komennya. Kalau ada kritik dan saran boleh yuk disharing ke aku. Sampai jumpa di next chapter.

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang