29. Maaf

296 29 0
                                    

Drama panjang ternyata belum membuat dua pasutri itu berbaikan. Nyatanya saja Laksa tidak pulang sudah tiga hari, sedangkan Queen sendiri kalo ketemu Laksa di sekolah pura-pura cuek alias gak lihat. Hubungan mereka semakin merenggang. Alisa yang tau soal itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menasehati Queen, dan Agianta yang menasehati Laksa. Selain mereka berdua tidak ada yang tau Queen dan Laksa sudah menikah.

Dafa dan Fabian merangkul Queen dikoridor kelas sepuluh.

"Btw, siap-siap lusa bakal ujian nih!"ujar Dafa. Fabian mengangguk." Gak nyangka besok hari minggu aja,"kekehnya juga.

"Btw, Queen, Senin nanti nyontek ya?"kata Dafa dengan senyuman memohon. Sedangkan Queen tak ambil pusing. Ia malah bersedekap menonyor kepala Dafa. "Mangkanya pinter!"cibirnya.

"Jidat lo beneran tuh, gakpapa??"tanya Dafa menatap jidat Queen yang masih membekas ulah Laksa tiga hari lalu. Queen mengangguk mengiyakan. "Its okay!"angguknya tersenyum.

"Queeennn!!"Maira dan Alda berlarian sambil membawakan bola basket kearah Queen.

"Main basket skuy!"ajak Maira.

Queen mengangguk girang. Ia hobby banget main basket, serius!

"Gue ganti dulu,"ujarnya berpamitan kepada para sahabatnya.

"Yoi jangan lama-lama Queen!"teriak Alda dibalas lambai'an tangan oleh Queen.

Queen mendengus saat bertemu Salsa diruang ganti. Namun malas lama-lama, Queen langsung mengambil baju basket di loker memilih pergi ke toilet untuk ganti saja disana.

"Males banget ketemu nenek lampir!"gumamnya.

Setelah berganti pakaian Queen langsung melangkah menuju lapangan basket. Menguncir rambutnya acak-acakan saking malasnya dia.

"Eh, Eh, Eh! Queen dkk tuh!"kata Bayuan menepuk-nepuk pundak Jorden. Laksa menoleh kesumber yang sedang jadi pusat perhatian. Banyak yang bergerumun sekedar melihat Queen dkk main basket. Laksa berdecih.

"Aksa, gak mau semangat'in cewek lo tuh?"goda Delon.

Laksa mengabaikannya. Ia hanya berdiri dengan kedua tangannya berada disaku celana. Memperhatikan Queen yang begitu bersemangat untuk main basket. Ada jengkel pun kesal karena Queen tidak ada inisiatif berbicara padanya bahkan meminta maaf.

Queen mengambil handphonenya yang berdering di atas bangku pinggir lapangan basket. Menatap kaget layar ponselnya bahwa yang menghubungi dirinya adalah Devan.

Queen menerima panggilan tersebut. "Hm, kenapa, Devan?"tanya Queen malas. Ia tidak sadar diseberang sana Laksa mendengarkan dia menyebut nama Devan. Seketika aura dingin cowok itu kembali keluar. Mengepalkan tangannya meninju tembok dinding. Sekawanan-nya  memegang dada karena kaget.

"Queen. Gue tau pelakunya. Kita bisa ketemu?"ucap Devan diseberang sana.

Queen pun tersenyum. "Oke. Share lock, gue bakal kesana,"ujarnya.

Tut. Queen mematikan sambungan telepon sambilan tersenyum lebar. Akhirnya ia bisa segera menyelesaikan kesalahpahaman di masalalunya.  Paling tidak ia sangat ingin melihat siapa orang yang sudah berani membuatnya dalam masalah dulu.

Warm me with your love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang