44. Death demon

252 31 0
                                    

Happy reading!!!


Seperti-nya ceritaku menunggu tahun baru bakal UP lagi teman-teman. Untuk saat ini istirahat sejenak guna menetralkan pikiran dan juga menjaga kesehatanku yang kurang vit beberapa bulan terakhir. Dan pastinya akan memikirkan semenarik apa beberapa part kedepannya nanti untuk ku berikan sebagai kejutan besar kepada kalian semua! Nantikan lah akan ku persembahkan segera. Jadi untuk kalian yang penasaran episode selanjutnya silahkan di list ke perpustakaan supaya tidak ketinggalan update ya!

Sebelum novel ini tamat cerita lain aku HIATUS-KAN! demi melatih fokus dicerita ini sampai menuju ending.

Terimakasih banyak untuk yang selalu memberikan support padaku☺️

Semoga ditahun baru kita bisa berjumpa kembali dengan versi yang lebih baik☺️



✖️

Kadang bahagia berlalu sangat cepat. Ia memberi sedikit ruang untuk bisa melupakan ketakutan-ketakutan yang belum pasti. Hanya saja mimpi menjadi sebuah kunci bahwa setelah bahagia pasti akan diakhiri dengan derita dan luka. Atau mungkin sebaliknya.

Hidup yang orang-orang jalani terkadang hanya sebagai pertahanan untuk mencapai tujuan hidup. Jika kegagalan datang, banyak dari mereka memilih menyerah dan mengakhiri kepercayaannya pada diri sendiri. Alhasil melukai banyak hati yang berharga..

Contohnya Devan.

Ia yang haus akan kedamaian terpaksa melibatkan banyak orang demi mencapai impiannya.

"Ketahuilah Devan, menyesali perbuatan diakhir bukanlah hal yang baik. Akan lebih baik berhenti saja sekarang, maka kau akan ku pertimbangkan kedepannya nanti. Lagian, kau sudah tidak di perlukan,"ujar seseorang misterius yang duduk di kursi single membelakangi Devan. Devan hanya diam memperhatikan sosok yang tidak ia ketahui wujudnya itu sambil memikirkan maksudnya.

Devan mengepalkan tangannya kuat. "Aku sudah kehilangan segalanya. Sudah terlalu terlambat jika menyesalinya sekarang."Ujarnya.

"Kalau begitu jangan salahkan aku. Jika suatu hari nanti ... Nyawamu dijadikan sebagai kunci."

* * * *

Queen kembali ke sekolah mabuknya juga sudah berkurang semenjak hamil. Namun yang mengetahui Queen sedang mengandung hanyalah teman terdekatnya saja, orangtuanya bahkan tidak diberi tahu demi menjaga agar tidak ada yang khawatir.

"Keadaan lo udah baikan?"tanya Maira dibalas anggukan oleh Queen.

"Oh ya. Semalam Alda telpon gue, katanya lo terlalu sulit untuk di kabarin. Orangtuanya ... Meninggal."

Queen terhenyak mendengar penuturan Maira. Kemudian menghentikan aktivitasnya yang sedari tadi membaca buku. Maira menunduk dengan tatapan sendu. Begitupun dengan Alisa yang nampak agak murung.

"Handphone gue disita kak Laksa. Katanya buat jaga-jaga. Ntar gue telpon dia,"kata Queen sambilan menghela nafasnya. "Gue jadi bersalah gak bisa hadir disaat dia lagi berduka. Harusnya...."

"Gak usah merasa bersalah Queen. Gue juga udah jelasin sama Alda, dia juga ngerti keadaan lo yang sekarang kok. Dan juga lo sekarang gak bisa pergi kemana-mana dulu, masalah ini belum beres. Mending pikirin bayi lo dan kesehatan lo juga."Ucap Alisa disetujui oleh Maira.

Warm me with your love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang