47. Di siksa

243 28 0
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 16.23 Wib, keberadaan teman-teman Laksa masih tak lekang dari tempatnya. Mereka seolah melupakan waktu bahwa hari sudah sore, cerita yang kadang mereka bawa mengeruh suasana menjadi tawaan hangat. Queen dan Maira memilih untuk tidak berada diantara mereka, pergi kerumah tetangga tempat Alisa berada.

"Ini hari apa?"Alisa merengut jengkel. Memperhatikan wajah Queen yang tidak pernah membuatnya merasa santai, wajah itu sama saja menjengkelkan seperti suaminya.

"Lo ... Gak punya kalender dirumah? Atau handphone gitu, handphone lo? ATAU! ... jam ditangan lo yang lo pakai tiap hari itu udah mati bersama otak kakak lo, hm????"itulah jawaban Alisa.

Maira tersenyum, "judes banget sih Al?"katanya.

Queen menghela nafas berat, "nyesel sumpah! Kenapa bisa lo jadi ipar gue beneran?"

Alisa memutar bola matanya jengah. "Eh! Jangan lupa ya tuan putriku ... Elo alasan kenapa gue terjerat nikah muda kek gini sama kakak bangsad lo! Huft. Lihat noh! Ketawanya sampai terdengar kesini bikin kepala gue mau pecah dengarnya!"

"Lo-"

"APA?!"

Queen tak mampu berkata-kata karena kesensian Alisa. Ia menganga saja karena baru pertama melihat sisi lain Alisa. Bukannya takut Queen menatap Maira dengan isi pikiran yang sama, sedetik setelahnya mereka tertawa terbahak-bahak melihat raut bingung diwajah Alisa.

"QUEEN!! QUEEN TOLONG QUEENN!!!"pemilik suara seperti toa itu adalah Agianta.

Queen mengernyit heran melihat Agianta berlari kearahnya. Saat melihat Laksa dkk menyusul nyelonong masuk Queen paham, kakaknya pasti berulah dan membuat Laksa kesal.

Laksa berdecih, "Agian, gue gak suka mohon ya, jadi balikin cepet!"

Agianta menggeleng bersembunyi diketiak Queen. "Queen, Queen help me Queen!"

Ia berbisik,"lo tau kan? Kamera yang kemarin itu gue tunjukin sama lo punya Laksa! Rusak, gak sengaja jatuh dari atas kasur. Laksa bakal penggal gue kalo dia tahu, ya, ya, ya? please ... Bantuin gue, hm???"

"Itu urusan kakak lah! Dih, sana-sana!"usirnya. Queen mendorong jauh Agianta darinya.

"Queen,"Agianta merengek.

"Kak, apasih?!"

"Bantuin...."

"Apasih. Lepasin gue, ih, kak Gian apaansih! Kak, jauh-jauh dari gue."

Laksa menarik Queen kedekapannya. "Gak usah ganjen sama istri orang,"kata Laksa sinis.

"Dia adik gue ya, anjir!"tekan Agianta.

"Tapi sekarang istri gue."Jawab Laksa tak mau kalah.

"Meski istri lo, tetap aja dia adik gue!"

"Oh."

"Udah cukup."Lerai Queen.

"Boleh masuk?"itu suara Delon.

"GAK!"kompak semua orang.

Ditengah kesibukan para orang-orang yang sering ribut ini, ditempat Lain Devan pun dalam penyiksaan.

"Penghianat!"ujar seseorang yang bertopeng tersebut mencekik leher Devan. Walau sudah terluka parah, nyatanya orang itu tidak dikasihani sama sekali. Ia di kurung dalam ruangan pengap.

"Berani-beraninya kau memberitahu mereka tentang rencana kita. Kau pantas mati,"katanya lagi sambil mencengkram kuat pipi Devan.

Devan terkekeh, walau menahan sakit setengah mati. "Setidaknya jika aku mati tidak dalam penyesalan,"kata Devan.

Bayangan wajah Queen dan juga Laksa melintas dibenaknya. Dua orang itu tengah tersenyum manis di ingatannya.

Maaf... Terujar hanya dalam batinnya.

"Apa katamu? Ha, hahahahhaha, dasar bodoh!"

"Kau tau Dev? Namamu sudah terlanjur kotor untuk mereka kenang. Bahkan kau ini tidak berarti. Kau tau kan? Jika tidak ada diriku, kau tidak ada pihak yang dapat kau andalkan atau bela!"

"Tapi ... Berani-beraninya kau berkhianat dan berpihak pada mereka di belakangku, hm?"

Devan menyeringai menatap orang itu, "apa bedanya kita? Kau berkhianat demi harta dan berniat mencelakai Queen agar kedudukan tertinggi death demons jatuh padamu. Sebagai penghianat kita sama-sama tahu, bahwa kau dan aku berkhianat demi kepentingan pribadi. Aku ... Berkhianat padamu karena mencintai gadis itu, dan terlebih karena suaminya juga adalah saudaraku. Itu adalah kepentingan pribadi ku."Jelasnya.

"Selain mati, kau tidak pantas hidup."Tekan orang itu. "Sudah terlalu banyak yang kau tahu tentangku, sebaiknya kau mati saja."

"Ya. Aku akan mati walau tanpa kau minta,"jawab Devan tersenyum. "Jadi kau tunggu saja."

"Baik. Akan ku persembahkan kematian mu dihadapan mereka. Cih!"

"Siksa dia! Tapi jangan biarkan dia mati sebelum pertunjukan ini berakhir."

DEG

Seseorang yang menguping pembicaraan mereka menutup mulutnya. Sebelum ketahuan menguping ia langsung kabur dari sana.

"Sial! Gue harus lapor bos-umph!?"

Warm me with your love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang