51. Selamat tinggal Alisa

304 26 0
                                    

Tak terasa, Alisa sudah di makamkan, banyak orang melayat mengenakan pakaian serba hitam dan payung. Queen dan anak-anak lainnya memeluk batu nisan Alisa, mereka menangis mencium batu nisan itu satu persatu. Tidak hanya mereka, banyak orang berduka dan ikutan menangis, apalagi melihat keadaan Agianta yang sudah tak kuat. Para keluarga dan kerabat dekat ikut hadir tentunya mengucapkan salam terakhir di makam Alisa. Dimana pukul 16.00 WIB tepat hujan turun dengan lebatnya usai Alisa di makamkan.

"Hiks, Alisa ... Hiks, Alisa ... Kenapa lo tinggalin gue dan juga putri kita, kenapa, Al? Gue, gue ... Hiks, gue gak tau harus apa tanpa lo. Gue takut hiks, gue takut jadi sosok ayah yang gagal di masa depan."

"Bagaimana bisa lo lakuin ini sama gue... Bagaimana lo bisa marah ke gua sampai sejauh ini ninggalin gue, bagaimana bisa... Hiks."

Berkali-kali, Maira, Alda, Queen, Dafa dan Fabian, termasuk sahabat dekatnya yang lain ikut berjongkok di sisi Agianta.

"Kak,"Queen menepuk pundak Agianta. Sebaliknya, Agianta memeluk Queen erat.

"Kakak yang kuat ya? Demi dede bayi, dnat demi kepercayaan Alisa,"katanya.

Kematian Alisa bukan untuk bersedih dan berputus asa, melainkan semakin menguatkan tekad balas dendam semakin tinggi dihati Queen dan juga Agianta beserta yang kehilangan dan menyayangi Alisa.

"Kak Agianta cowok kuat, papa yang kuat buat anak kakak. Kakak harus kuat!"

"Ketika duniamu telah berakhir menurutmu. Ingatlah mengapa tuhan belum menginginkanmu kembali kepadanya. Bahwa tugasmu, belum ada kata 'berakhir' hanya karena kesedihan itu. Jadi berjuanglah, sampai nafas terakhir mu tiba,"kata Laksa memeluk Agianta juga. "Itu kata-kata di diary lo, sewaktu usia lo 10 tahun. Jangan lupakan itu, Gian. Jangan lupa, ada tanggung jawab yang besar menunggu lo di masa depan."

Agianta mengangguk sambil meneteskan air matanya. Melihat keputusasaannya, pada sahabatnya memasang wajah datarnya menyimpan dendam. Bahwa mereka sangat marah karena penghianatan ini. Tak hanya satu, tapi Laksa sudah tahu siapa yang pantas dirinya curigai sebagai penghianat diantara para sahabatnya.

Yang berkhianat, dia akan segera datang ketika semua orang lengah. Kalau begitu ...

Laksa melirik Queen, wajah istrinya itu masih pucat, sebenarnya Queen belum di izinkan kemana-mana, tapi Laksa pun tidak mungkin menahan Queen untuk terakhir kalinya mengantarkan jenazah sahabatnya keliang kubur.

Queen. Mereka pasti mencari celah dimana Queen sedang sendirian, bukan?

Senyum Laksa terbit. Taktiknya akan menjadi sebuah bom besar untuk mereka, para musuhnya.

Arzos sendiri sedang menjadi buronan karena menjadi tersangka kematian Alisa. Pihak keluarga sendiri menuntut hukuman mati untuknya.

"Selamat tinggal Alisa."

"Selamat tinggal ...."

"Selamat beristirahat dengan nyenyak dan tenang."

"Selamat, selamat atas pengorbanan mu. Selamat jalan sobat."

Beberapa ucapan salam perpisahan dilontarkan oleh orang terdekatnya. Tapi untuk Agianta, ia hanya diam tak bergeming. Begitupun dengan Queen yang hanya menggenggam erat tanah kuburan yang masih baru sekali itu.

Kematian lo, gak akan jadi pengorbanan yang sia-sia. Gue, gak akan pernah nyerah sebelum mereka mendapatkan hukuman setimpal atas semua dosanya. Gue, bakal jagain putri lo seperti nanti gue jagain anak-anak gue sewaktu mereka lahir, Namira ...

Warm me with your love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang