48.

223 28 1
                                    

Queen duduk bersanggah tangan kiri di dagu menatap kaca rias dimana pantulan dirinya sendiri tengah bertatapan dengan dirinya. Kadang ia bertanya apakah bayangan itu hidup atau memang mati seperti boneka mengikuti setiap gerakkan yang pemiliknya lakukan. Ia melamun menatap dirinya di cermin, kosong, tidak menemukan sebuah jawaban yang sedang dia butuhkan.

Bayangan kakak tertuanya Saquina terlintas, "menyedihkan,"gerutunya menjambak rambut hampir setres memikirkan jalan hidupnya yang semakin hari makin ekstrim.

Membuang nafas berat, ia memakai cream malam.

"Non,"ketukan pintu kamar menghentikan kegiatan Queen.

Seorang perempuan masuk menghampirinya dengan senyuman, Queen hampir lupa bahwa orang itu pengawal baru suruhan Laksa untuk menjaganya jikalau Laksa tidak dirumah.

"Gue udah bilang, usia kita sama. Panggil Queen aja,"kata nya tersenyum kearah Kristal. Ia sedikit tahu riwayat hidup perempuan itu, mantan kekasih sahabatnya Laksa, Pasya, orang paling jarang menampakkan jati dirinya.

"Ba--baik. Queen, gue kesini mau bilang kalo di bawah ada Pasya,"ujarnya.

Queen mengangguk mengiyakan. "Temenin gue bisa?"

"Maaf. Gue ada urusan."

Rupanya masalalunya belum kelar ternyata, itu terlihat jelas dari raut wajah Kristal.

Apa dia masih mencintai Pasya? Tanya hati Queen.

Tapi ... Pasya kan sudah punya kekasih baru, bernama Kastanya. Queen menghela nafas, berdiri menepuk bahu Kristal.

"Menghindar bukan solusi. Sesekali emang harus dihadapi agar lo bisa hidup lebih baik kedepan nanti."Bisiknya menyentak Kristal.

"Yaudah. Gue temuin dia dulu,"pamit Queen langsung melangkah meninggalkan Kristal yang mematung.

Sepeninggalan Queen tatapan Kristal menjadi sendu, ia menunduk sampai tak sadar air matanya jatuh.

"Kau masih terlalu lemah, ternyata?"ujar seseorang yang sudah dari tadi menguping. Dia salah satu rekan Kristal yang menjaga Queen secara diam-diam.

"Jika seperti ini terus, bagaimana bisa melindungi penyelamatmu hm??"sambungnya. Masih saja meraih tubuh Kristal lalu mendekapnya.

"Maaf."Ucap Kristal disela tangisnya.

"Buat?"

"Semuanya."

"Its okay. Aku akan selalu menunggu sampai kau siap menerima ku, bukan sebagai pengganti tapi sebagai orang lain yang kau cintai."

Duduk di sopa kosong. Queen menatap wajah cowok itu lalu tersenyum.

"Hai Queen! Maaf mengganggu jam istirahat lo. Kedatangan gue kesini karena sebuah kebetulan,"ujarnya terlihat ramah.

"Kenapa berpenampilan seperti buron begitu? Apa lo habis jadi kriminal sampai pakaian lo aneh gitu??"tanya Queen meneliti penampilan Pasya yang serba mencurigakan.

"Sekedar perlindungan untuk membantu seseorang terbebas dari sekapan."

Queen berdecih. "Konyol! Memangnya siapa, sampai lo sendiri turun tangan gini datang ke kota ini?"

Pasya terkekeh. "Sungguh tidak ramah nyonya Laksa."

"Gue memang gak ramah. See, katakan?"

"Apa?"

"Bukannya lo kesini mau mengatakan sesuatu sama gue?"

"Sungguh manis,"Pasya terkikik. Dalam hati ia berkata; mengerikan, dari gerik saja dia tahu apa yang sedang aku pikirkan.

"Sebenarnya mengenai hal pribadi. Gue mau minta tolong sih, sama lo, cuman nanti, tiba waktunya."Kata Pasya. Kali ini ia terlihat lebih serius dari biasanya.

"Soal?"tanya Queen.

"Lo pasti udah tau kalau ini menyangkut Kristal, mantan gue."

Menyeringai, "oh. Jadi ... Sepertinya lo sama kayak dia."Katanya.

"Hmm. Sebenarnya gue mau nitip ini,"memberikan sebuah kotak kecil bewarna hitam kepada Queen. "Gue harap. Ketika waktu itu tiba nanti, tolong sampaikan ke dia ..."

Pukul 22.12 WIB.

Kepulangan Pasya dari rumahnya membuat Queen bertanya-tanya akan apa maksud ucapan tadi.

"Gue harap. Ketika waktu itu tiba nanti, tolong sampaikan ke dia ... Gue minta maaf."

Memperhatikan setiap sudut kotak kecil bewarna hitam itu, ingin sekali rasanya membuka untuk melihat isinya, akan tetapi Queen tidak sekepo itu. Ia menyimpannya ditempat yang aman.

"Begitu ya?"gumamnya sambil tersenyum. "Kristal ... Mungkin suatu hari nanti, ketika kotak kecil itu diberikan sama lo, lo ... Akan kehilangan kesempatan."

Queen memahami sesuatu dari yang terjadi tadi.

Pasya, tidak benar-benar melupakan Kristal, Pasya juga berbohong mencintai Kastanya di depan semua orang dengan topeng. Alibi mengatakan 'gue udah moveon', padahal kenyataannya bohong.

Pasya berbohong pada semua orang termasuk pada dirinya yang mengabaikan Kristal. Nyatanya rasa cintanya begitu dalam sampai setiap kata yang dibicarakannya selalu tertuju untuk Kristal dan bukan Kastanya.

Mana yang harus di kasihani? Kastanya? Atau ... Mereka bertiga?

"Konyol."Queen berdecih.

"Istri tercinta belum tidur hmm?"suara berat Laksa membuyarkan lamunan Queen.

"Ka--kamu? Kamu kapan pulang?!"jeritnya heboh.

Ia bahkan tidak sadar Laksa tiduran di atas ranjang tidur. Laksa menepuk-nepuk kasur menyuruh Queen menghampirinya kesana. Menurut, Queen berbaring di samping Laksa.

"Sekitar 10 menit lalu."Jawab Laksa membelai rambut istrinya.

Queen mengernyit keheranan. Paham, Laksa pun menunjuk ruang rahasia dikamarnya.

"Ooh...."

Paham sekarang. Laksa pulang menggunakan pintu rahasia. Tapi jantung Queen masih terus berdetak dua kali lipat.

"Kok, jantung aku gak baikan ya?"beonya.

"Oh ya? Kenapa?"tanya Laksa terkekeh geli seolah ia tidak mengetahui apapun mengenai situasinya.

"Gak tau, aneh banget."

"Mau tau hm??"

"Emang kamu tau kenapa jantungku berdetak gak normal gini?"

Laksa pun mengangguk tersenyum. Mencium istrinya sampai Queen melototkan matanya. Jantungnya makin gila ini!!!



See u!!!!!!!!

Warm me with your love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang