Meyra meminum pop ice nya sampai kandas lalu melemparkannya ke tempat sampah. Jam kosong hari ini membuat Meyra happy, dirinya berjalan santai bersama Indah.
"Baru kali ini jam kosong gue terasa hampa," ucap Indah.
"Belom baikan juga lo sama Dirga?"
"Gak tau, chat gue emang di balas. Tapi balasannya singkat banget. 'Ya, gak, oh, dan ok'. Gue gak tau tuh anak kesambet apaan."
"Gak biasanya Dirga kayak gitu."
"Iya, 'kan? Beberapa hari belakangan ini sikapnya aneh banget. Kayak bukan Dirga yang gue kenal, Mey. Benar-benar aneh."
"Dan lo juga ikutan aneh," sambungnya.
"Gue? Apa hubungannya gue sama Dirga?"
"Lo berdua sama, sama-sama aneh belakangan ini."
"Sikap aneh cowok lo, jangan lo sama-samain sama gue bego."
"Tapi lo ikutan aneh, Mey."
"Aneh gimana maksud lo?"
"Ya, aneh. Gak kayak lo biasanya."
"Perasaan lo aja kali."
"PERTANDINGAN BASKET, ANTARA TIM MAHESA VS TIM ARGANTARA AKAN BERLANGSUNG BEBERAPA MENIT LAGI!"
"Asik! Ada pertandingan basket, Ndah. Ayok kita nonton."
Meyra begitu antusias, Indah sampai heran. Sejak kapan seorang Meyra tertarik menonton pertandingan bola basket.
"Ada Dirga, Mey. Gue malas nonton."
"Yaelah, cuma nonton, Ndah. Gak ada yang nyuruh lo ikut tanding."
"Gue tau, gue gak bego kali. Tapi gue masih sebel sama dia."
"Lo gak perlu mandang dia, pandang yang lain. Misalnya Mahesa, dia lumayan ganteng tau!" bisik Meyra diakhiri cengengesannya yang membuat Indah menggeleng kepala.
"Benaran aneh lo, Mey. Ini pasti bukan lo."
"Diam, Ndah. Pertandingannya udah mau di mulai."
"Iya-iya."
***
Hampir sejam akhirnya pertandingan pun selesai. Tim Mahesa memenangkannya. Meyra bersorak kegirangan dan turun untuk menghampiri mereka. Sedangkan Indah hanya mengekori Meyra dari belakang.
Mahesa tersenyum sinis menatap mata lawannya dengan sombong. Arga geram, bahkan kedua tangannya mengepal kuat.
"Selamat, ya, Mahesa. Lo hebat!" ucap Meyra senang. Tak memperdulikan wajah Arga yang kecewa menatap dirinya.
"Mey, lo gila apa? Arga mandang Lo itu," bisik Indah sekuat tenaga, tapi Meyra tak mengubsriknya.
Arga kehilangan kesabaran, menarik tangan Mey sedikit menjauh dari mereka semua.
Meyra terdiam, wajahnya kembali dingin bila bersama Arga. Ini sudah terjadi hampir dua minggu belakangan ini. Bahkan Arga bingung apa kesalahannya hingga Meyra berubah drastis seperti enggan menatap dirinya.
Arga menarik nafas dalam, memegang lembut kedua tangan Meyra. "Mey, kamu kenapa? Kalau Arga ada salah, kamu bisa bilang. Kasih tau aku biar aku perbaiki. Kalau kamu diamin aku kayak gini yang ada makin bikin aku sedih."
"Mey?" panggil Arga lagi.
Bahkan suaranya lembut, walaupun hatinya sangat ingin berteriak menahan sakit.
"Kalau gue bilang gue mau apa, apa lo bakal turutin?"
"Kalau bisa, pasti Arga turutin. Asalkan kamu bisa kembali kayak dulu."
"Okey, kalau gitu ... Gue mau kita putus."
Mata Arga membelak kaget. Tak pernah terbesit di hatinya perkataan itu akan terlontar dari mulut Meyra.
"Kamu becanda, 'kan? Kamu gak serius kan, Mey?"
Arga masih bisa tersenyum, padahal matanya sudah berkaca-kaca.
"Gue serius. Gue, mau kita putus."
Meyra menekan kuat pada setiap katanya.
"Kenapa? Alasannya apa? Apa aku ada buat salah ke kamu?"
Meyra menggeleng pelan, melepas perlahan genggaman tangan Arga sebelum pergi meninggalkannya. "Gak ada, salah lo cuma satu. Lo terlalu baik dan lo terlalu bodoh buat jatuh cinta sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga & Cinta Pertamanya [SELESAI]
Teen Fiction"Kau tak sepantasnya ku rindu, kau bahkan tak sepantasnya ku cinta. Karena bagimu aku hanyalah benalu, sedangkan bagiku kau lebih dari sekedar bintang di langit. Selain susah digapai, kau juga susah untuk ku miliki." -Argantara *** Start, 23 Januari...