20. Egois

2 1 0
                                    

Beberapa minggu sebelum kejadian putus...

"Ndah, lo ngerasa gak, sih. Sikap Arga akhir-akhir ini aneh gitu?" Meyra mengaduk jus jeruknya sedari tadi tanpa menyentuhnya sedikit pun.

"Aneh gimana maksud lo?"

"Wajahnya gak seceria dulu, sering ngelamun, terus sok sibuk gitu."

"Sebenarnya Dirga ada cerita, tapi dia ngelarang gue buat ceritain ini ke elo."

"Please, lah. Gue benar-benar khawatir sama, Arga."

"Okey-okey. Lo jangan kasih tau, Dirga. Lo harus janji."

"Iya, iya. Gue janji."

"Dua hari yang lalu Dirga sempat cerita soal Arga yang ambil kerja paruh waktu. Makanya dia jarang banget bisa ngumpul bareng kita, karena selesai sekolah langsung kerja di kafe milik keluarganya Dirga."

"Kerja paruh waktu?" tanya Meyra, Indah mengangguk cepat.

"Dirga bilang, Papanya Arga dipecat dari kantornya, belum lagi Mamanya Arga yang jatuh sakit. Disitulah semuanya dimulai, Arga mutusin buat bantu keluarganya. Gak heran dia jarang banget kelihatan, dia gak mau cerita takut lo khawatir. Ini alasan kenapa Dirga larang gue buat cerita. Gue harap lo ngerti posisi Arga sekarang kayak gimana, kita cukup bantu doa aja kata Dirga. Karena Arga gak bakal senang kalau di bantu dengan uang, lo lebih tau dia kayak gimana."

Meyra mengepal kuat tangannya, hatinya ikut sakit mendengar penderitaan Arga selama ini. Ini jelas perbuatan Papanya. Meyra benar-benar kesal kali ini.

***

"Pa, Papa! Pa, Papa! Papa dimana?"

Meyra berlari setelah sampai di rumah megahnya, mencari keberadaan sang Papa yang entah ada dimana.

"Pak Adi, Papa kemana?" tanya Meyra kepada salah seorang kepercayaan Papanya.

"Papa anda sedang dalam perjalanan kerumah. Sebentar lagi akan tiba."

"Non, Bapak baru saja tiba," ucap pembantu rumah.

Meyra segera menghampiri Papanya yang juga masuk kedalam rumah. Mereka berdua beradu pandang, bahkan pandangannya tak pernah hangat. Selalu ada kekesalan yang tak bisa di ungkapkan.

"Apa yang Papa lakuin sama keluarganya, Arga?" Meyra to the point, dirinya sudah panas dingin sedari tadi.

Papanya Meyra berjalan melewati dirinya, dan duduk di sofa besar dengan tatapan tenang. Meyra benar-benar tak habis pikir dengan Papanya yang begitu tega.

"Mereka sama sekali gak salah, Papa jangan seenaknya menyalah gunakan kekuasaan Papa buat jatuhin orang lain."

"Apa maksud kamu, Meyra? Aku sedang tak ingin berdebat dengan omong kosong mu itu."

"Papa masih bisa mengelak setelah apa yang Papa lakuin sama keluarga Arga, Papa gak tau se-menderita apa mereka atas perlakuan Papa yang egois itu!"

"Tutup mulutmu, anak tidak tau diri! Aku membiayai mu sekolah sampai sebesar ini, memberi fasilitas mewah, dan memberikan semua yang kamu butuhkan. Yang perlu kamu lakukan hanyalah belajar, menjadi juara, dan tidak memalukan keluarga! Apakah sesulit itu bagimu, Meyra?!"

"Ya, sangat, sangat sulit. Keinginan Papa bahkan tidak sesederhana itu. Aku harus merelakan waktu-waktu ku dengan mengikuti perintah kalian ini dan itu. Apa kalian pernah berfikir aku merasa bahagia atau tidak? Yang ku alami selama ini hanyalah ketakutan dan kesedihan. Padahal impianku sangat sederhana, bisa memiliki keluarga yang selalu mendukungku setiap saat, dan keluarga yang bisa sarapan bersama dan makan malam bersama."

"Terserah dengan pikiranmu, aku bahkan tak ada waktu untuk terus melawan omong kosong mu itu. Jauhi anak itu, akan ku kembalikan semuanya seperti semula. Dan ingat, peringkat pertama! Aku sudah cukup muak untuk mengingatkan mu belajar, dan fokus belajar. Setelah lulus SMA akan ku kirim kamu kuliah di luar negeri."

Arga & Cinta Pertamanya [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang