22. Atap

3 1 0
                                    

"Aku lupa rasanya untuk bahagia. Pukulan darimu terlalu menyakitkan sampai meninggalkan bekas di dada."

-Argantara.

***

"Mey, sorry udah ngebentak lo semalam."

Indah duduk di samping Meyra yang sedang membaca buku sastra di perpustakaan, Meyra tak menoleh hanya fokus dengan bukunya. "Gak masalah, lagian wajar kalau lo kesal sama gue. Kalau gue jadi lo pasti gue bakal ngelakuin hal yang sama."

"Gimana keadaan lo?"

"Seperti yang lo lihat. I'm fine."

"Tapi menurut gue gak seharusnya lo ambil keputusan secepat itu, Mey. Gue tau lo masih sayang sama Arga."

"Tapi maaf, dugaan lo salah kali ini. Gue bahkan gak kepikiran soal dia."

"Gue tau itu pilihan lo, tapi gue harap lo gak egois sama diri lo sendiri. Lo pantes bahagia sama pilihan lo."

"Thanks, Ndah."

Indah mengangguk paham sebelum pergi meninggalkan Meyra. "Oh, iya. Gue sampai lupa. Arga pesan, selesai pulang sekolah dia mau ngomong sama lo di atap sekolah. Dia bakal nunggu lo sampai lo datang katanya."

"Gak bisa, gue sibuk."

"Ini ketiga kalinya dia pengen ngomong empat mata sama lo di atap, Mey. Jangan sampai ketiga kalinya ini lo nyesal biarin dia sampai sore nungguin lo di atap. Dengerin aja penjelasannya, baru lo bisa ambil kesimpulan. Gue cabut."

***

Jemputan sudah tiba, tapi Meyra masih ragu. Kata-kata penyesalan selalu memenuhi pikirannya.

Okey, kali ini. Meyra bakal turuti, hanya hari ini.

Meyra tiba di atap, tapi tak mendapatkan seorang pun disana. Apa Indah berbohong?

"Aku senang kamu kali ini benar-benar datang. Sangat susah untuk bicara berdua denganmu, Meyra."

Meyra terlonjak kaget, Arga tiba-tiba sudah ada dibelakangnya.

"Bicara cepat, gue gak punya banyak waktu."

"Okey. Langsung ke intinya, aku mau kita balikan."

"Gue gak mau."

"Keputusan seharusnya disetujui oleh kedua pihak. Sedangkan aku gak akan pernah setuju putus dengan kamu. Berarti kita belum resmi di bilang putus."

"Berhenti mengatakan omong kosong, gue kesini cuma gara-gara takut Indah merasa gak enak hati sama lo. Kalau omongan lo gak ada yang penting, seharusnya sedari tadi gue udah balik ke rumah. Dan gak ngeladenin orang bego kayak lo."

"Apa yang ngebuat kamu se-benci ini sama aku? Bahkan alasan putus dari kamu gak masuk akal. Tiap hari aku terus berfikir, apa kesalahan yang aku perbuat sampai kamu setega ini sama aku."

"Berhenti ngebuat gue seperti orang yang brengsek! Lo cukup ngejauh dan lupain gue. Anggap kita gak pernah kenal, gue yakin lo bakal ketemu cewek yang lebih cantik dan kaya dari pada gue."

"Apa kamu pikir selama ini aku suka sama kamu karena fisik kamu? Karena harta kamu? Kamu tau aku suka kamu dari awal masuk sekolah, bahkan aku baru tau Papa kamu seorang pemilik saham terbesar di kota sejak kelas dua SMA."

"Itu semua hanya alibi lo aja. Gue yakin kalau gue dari keluarga biasa dan punya wajah pas-pasan, gue yakin lo gak bakal pernah suka sama gue. Rendah banget harga diri lo sampai ngejar-ngejar gue tiga tahun ini."

Arga membulatkan mata tidak percaya. Perkataan Meyra kali ini benar-benar menyakitkan. Bahkan Meyra sendiri tau Arga tidak seperti itu.

"Kamu bahkan jadi sekasar dan setega ini. Aku gak tau kamu itu Meyra yang aku kenal atau bukan. Kamu benar-benar jahat mikir aku yang bukan-bukan, Mey. Aku benar-benar kecewa sama sikap kamu yang sekarang."

"Bagus, bagus kalau lo benaran kecewa. Gue harap lo sadar diri, dan jauhi gue mulai sekarang!"

Meyra beranjak pergi, meninggalkan Arga yang terduduk menahan kekecewaan. Dadanya rasanya sakit dan sesak. Air matanya sudah tak dapat ia bendung sedari tadi. Apakah itu perempuan yang selama ini ia cinta? Ia kagumi? Dan yang selalu dia kejar? Yang akhirnya membuat dia jatuh sejatuh-jatuhnya. Bahkan sampai tak sanggup untuk bangkit kembali.

Arga & Cinta Pertamanya [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang