"Kita cuma butuh waktu buat pulih dari luka."
-Meyra.
***
"Wah! Benaran gak habis pikir gue, Mey. Lo mutusin Arga?!"
Indah berdecak pinggang, wajahnya sangat kesal menatap sahabatnya yang menatapnya dengan tatapan kosong.
"Itu yang terbaik untuk saat ini, Ndah."
"Terbaik apanya? Semuanya malah makin runyam, makin rumit, apa lo tau kondisi Arga sekarang. Kacau."
"Lama kelamaan pasti kembali kayak dulu, kita cuma butuh waktu buat pulih dari luka."
"Omong kosong lo gak ada arti, Mey. Gue tau hati lo sesakit apa. Tapi masih pura-pura sok hebat!"
"Lo gak bakal ngerti, Ndah. Kalau lo berada di posisi gue sekarang, gue yakin lo bakal ngelakuin hal yang sama."
"Kalau gue berada diposisi lo, gue gak bakal ngelakuin hal bodoh kayak gini!"
"Terserah. Gue capek."
Indah begitu kesal, beranjak pergi meninggalkan Meyra sendiri diruang kelas yang kosong.
***
"Aku minta maaf. Selama ini bukan sengaja gak mau ngabarin, tapi emang waktunya aja yang kurang tepat."
Indah duduk berseberangan dengan Dirga di kantin. Wajahnya yang kesal bertambah kesal. Dirga susah payah menjelaskan dan membujuknya.
"Beberapa hari jarang kelihatan. Jarang ngirim pesan, dan sok cuek. Maksud lo apa?! Kalau lo mau putus bilang, jangan bikin gue emosi tiap kali khawatir sama lo, Dirga bego!" Mata Indah mulai berkaca-kaca, selepas dari masalah Meyra, Indah benar-benar kesal dengan semuanya. Hubungannya, persahabatannya, entah apa yang menimpanya kali ini.
Dirga kaget bukan main, selama berpacaran dia tak pernah melihat Indah menangis karena dirinya. Segera bangkit, Dirga duduk di samping Indah, mencoba menenangkannya sebelum ia meledak kapan saja.
"Gak biasanya kamu sesedih ini, aku benar-benar minta maaf, Indah. Aku bahkan gak tau masalahnya bakal serunyam ini."
"Kenapa, sih? Kamu, Meyra, Arga. Kalian benar-benar ngebuat aku khawatir sekaligus sedih. Aku gak pengen kita kayak gini, aku lebih suka kita yang dulu. Sering ngumpul, ceria, gak canggung kayak gini. Aku benar-benar bingung sama kalian."
"Aku bingung ngejelasinnya."
"Ngejelasin apa? Jelasin sekarang sebelum aku benar-benar kecewa sama kalian semua."
"Okey, aku bakal jelasin. Sebenarnya Papanya Arga difitnah dikantornya, dengan tuduhan menghasut klien dari perusahaan Papanya Meyra untuk tidak lagi bekerja sama dengan perusahaan mereka. Padahal itu semua gak benar, dan cuma gara-gara fitnah gak jelas itu, Papanya Arga dipecat oleh atasannya. Jelas semuanya itu jadi gak masuk akal, aku dan Papaku menyelidiki semuanya. Makanya aku gak sempat buat ngabarin kamu. Sorry, Ndah. Waktunya emang kurang tepat, tapi Arga udah ku anggap lebih dari sekedar teman. Dia saudara sekaligus Abang buat aku. Ngelihat keluarganya kesusahan aku gak bisa tinggal diam, apalagi Papanya Arga teman SMA Papa aku. Aku harap kamu ngerti sama keadaanya."
"Kasian Arga, pantes selama ini dia tertekan banget. Aku jadi ngerasa bersalah."
"Gak perlu ngerasa bersalah, semuanya juga udah selesai. Dan Papanya Arga sekarang bekerja sama dengan perusahaan Papaku. Dalang di balik permasalahan ini Papanya Meyra, sudah aku duga. Hubungan antara Arga dan Meyra pasti jadi tantangan berat untuk mereka. Aku gak bisa bantu kalau soal masalah hubungan Arga dan Meyra, karena itu menjadi urusan mereka berdua. Aku cuma agak khawatir sama kondisi Arga yang mulai kacau. Dengar Arga diputusin Meyra, aku udah mulai khawatir."
"Meyra juga gitu, dia kayak terpaksa buat mutusin Arga. Aku tau Meyra masih cinta sama Arga. Tapi selalu bilang udah gak ada rasa tiap kali aku tanya."
"Ini kenapa aku sering bilang sama Arga buat ngelupain Meyra dan cari cewek lain. Aku takut hal ini terjadi. Aku takut kondisi Arga memburuk."
"Kenapa kamu secemas itu sama Arga? Dia cowok, pasti kuat kok. Mungkin enggak sekarang, tapi lama kelamaan pasti bakal biasa aja."
"Kamu gak ngerti, Ndah. Meyra itu cinta pertama Arga. Aku tau banget perjuangan dia buat dapatin Meyra kayak gimana. Bolak-balik di tolak, tapi dia tetap kejar sampai dia dapat."
"Tapi aku gak yakin hubungan mereka bakal semulus apa, dan Arga sendiri udah kecewa banget waktu di putusin Meyra. Aku benar-benar gak habis pikir sama Mahesa yang nantangin Arga," sambung Dirga diakhiri tangannya yang tergepal kuat pertanda geram.
"Mahesa?" tanya Indah bingung, Dirga hanya mengangguk pelan.
"Arga itu tipe orang yang gak suka cari masalah sama orang lain. Tapi orang emang suka cari masalah sama dia, bahkan dari kita SD."
"Hubungannya sama Mahesa apa?"
"Mahesa dulu sempat satu kelas dengan kami, waktu SD kelas enam. Aku tau banget Mahesa gak suka ngelihat Arga, dari dulu sampai sekarang. Anehnya sewaktu SMP gak satu sekolah, dan berjumpa lagi di SMA. Ngebuat rasa tidak suka Mahesa terhadap Arga muncul lagi. Salah satunya masalah Meyra."
"Meyra?"
"Iya, Mahesa ternyata suka sama Meyra. Karena Sewaktu SMP Meyra sempat satu kelas dengan Mahesa. Aku gak tau pasti gimana ceritanya, yang aku tau Mahesa pagi tadi datang ke kelas kami dan menantang Arga untuk tanding bola basket."
"Jadi, Mahesa yang nantangin Arga buat tanding basket?"
"Kamu gak nyangka, 'kan? Sama. Tapi aku tau betul Arga bakal nolak. Dan disitulah Mahesa mulai mencari masalah."
"Dia mukul Arga?"
"Bukan. Tapi Mahesa bilang, kalau dia nolak tantangan dari Mahesa. Mahesa bakal nembak Meyra tepat di depan Arga. Arga tau jelas kalau Mahesa suka sama Meyra, dan Arga benci itu."
"Terus?"
"Arga terpaksa mengiyakan. Dan sempat bilang sama Mahesa, kalau dia menang, Mahesa siap-siap untuk ngejauh dan ngelupain Meyra selamanya. Aku pikir walaupun tim kami kalah Meyra bakal tetap disisi Arga, tapi dugaan aku salah. Mereka berdua malah putus gitu aja. Arga kaget bukan main, dia bahkan gak nyangka bakal putus dari Meyra secepat itu. Aku gak tau apa yang ada dipikiran Meyra tiba-tiba mutusin Arga tanpa alasan yang jelas."
"Aku yakin Meyra pasti punya alasan yang berat sampai gak bisa cerita. Aku tau betul Meyra itu benaran sayang sama Arga."
"Alasan apa yang kamu maksud, Ndah?"
"Aku juga gak tau pasti, aku harap semuanya kembali seperti semula."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga & Cinta Pertamanya [SELESAI]
Teen Fiction"Kau tak sepantasnya ku rindu, kau bahkan tak sepantasnya ku cinta. Karena bagimu aku hanyalah benalu, sedangkan bagiku kau lebih dari sekedar bintang di langit. Selain susah digapai, kau juga susah untuk ku miliki." -Argantara *** Start, 23 Januari...