"Pagi, Mey. Ini sarapan buat kamu."
Arga tersenyum manis seperti awal ia mengenal Meyra di pendaftaran sekolah sekitar dua tahun lalu. Bedanya senyumannya kini lebih lebar, bahkan rasa sukanya kepada Meyra semakin dalam.
"Makasih, kamu gak perlu repot-repot tiap pagi bawain sandwich, Arga."
"Kamu bosan sandwich terus? Mau aku bawain apa? Nasi goreng, mie goreng?'
"Gak perlu, Ga. Aku sebenarnya jarang sarapan."
"Kenapa? Nanti kamu sakit kalau gak sarapan sebelum berangkat sekolah."
"Gak bakal, aku udah terbiasa. Malah kalau sarapan tiap pagi aku gak biasa."
"Ya, udah. Minimal coba makan roti sama susu tiap pagi, Mey. Eh, kapan kamu mau aja. Gak perlu tiap hari."
Meyra tersenyum manis, ia tau cowok yang ada didepannya ini begitu perduli akan dirinya. Kenapa dulu dia tega mencampakkannya. Kalau tidak mikir soal keluarganya, Meyra pasti sudah jadian dengan Arga dari dulu.
"Mey?"
"Ya?"
"Aku cinta kamu."
Meyra mengerutkan kening, walaupun hatinya serasa mau meledak. "Jangan nge-gombal, masih pagi tau gak."
"Itu spontan keluar dari mulut aku. Sorry."
"Buruan masuk ke kelas, hampir setengah jam kamu disini. Bentar lagi guru masuk."
"Tapi aku masih pengen dekat sama kamu."
"Arga?"
"Iya, iya. Aku masuk kelas, dah."
Meyra menggeleng kepala melihatnya. Senyumannya yang dulu hilang kini mulai terlihat kembali.
***
"Makin aneh lo, Ga. Udah jadian sama Meyra bukannya makin benar, malah makin aneh."
Dirga menggeleng kepala melihat tingkah Arga yang baru saja tiba sambil tersenyum dan tertawa kecil.
"Namanya juga cinta, Dir. Lo mana ngerti perasaan gue sekarang kayak gimana."
"Cinta, sih, cinta. Kayak gue gak pernah jatuh cinta aja. Gue sama Indah gak gitu-gitu amat."
Arga terdiam, mengangkat satu alisnya sambil menatap Dirga penuh curiga. "Perlu gue ingatin atau lo yang ingat sendiri?"
"Ingat apaan? Gak jelas lo."
"Okey. Siapa yang jerit-jerit di lapangan kegirangan sampai nyanyi-nyanyi gak jelas? Terus siapa tiap jam, menit, detik bahas pacarnya mulu, mentang-mentang baru jadian? Terus siapa yang Bucin banget sampai relain hujan-hujanan demi jemput pacar? Terus..."
"Stop! Iya, iya. Itu gue! Puas lo!" kesal Dirga membuang muka masam menatap Arga yang menertawakan dirinya.
"Lain kali kalau mau ngatain orang lihat dulu diri lo kayak gimana. Ngeledek gue aneh, gak ingat lo seaneh apa waktu diterima Indah setahun yang lalu. Bahkan sampai sekarang Bucin lo gak ilang, yang ada makin jadi."
"Iya, Arga. Gue emang Bucin, puas lo!"
Arga menggeleng sambil meremehkan Dirga. "Belum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga & Cinta Pertamanya [SELESAI]
Novela Juvenil"Kau tak sepantasnya ku rindu, kau bahkan tak sepantasnya ku cinta. Karena bagimu aku hanyalah benalu, sedangkan bagiku kau lebih dari sekedar bintang di langit. Selain susah digapai, kau juga susah untuk ku miliki." -Argantara *** Start, 23 Januari...