32. Sadar

1 1 0
                                    

Meyra berjalan melewati tumbuhan ilalang ditengah teriknya matahari. Ia jelas melihat Arga tengah menatapnya hangat diujung sana. Tak ada sedih, kecewa atau rasa sakit. Hanya senyuman hangat dari Arga yang selalu Meyra rindukan.

"Argaaa! Kamu udah sadar? Ka-kamu udah sehat?!" Meyra memeluk tubuh Arga erat. Senyumannya merekah lebar, merasakan hangatnya tubuh pria yang sangat ia cinta.

Tak ada jawaban dari Arga. Dia hanya membalas pelukan Meyra sambil mengelus lembut pucuk kepalanya.

Lama kelamaan pelukan terasa renggang, kilauan cahaya membuat mata Meyra terganggu. Sampai mau tidak mau ia membuka mata dan terbangun dari tidurnya.

"Mimpi?" gumamnya malas. Beranjak dari kasur dan segera mandi.

Ponsel Meyra berdering saat itu juga, untungnya Meyra dengar, segera mempercepat mandinya dan langsung keluar.

"Hallo, Ndah. Ada apa?"

"Arga, Mey! Arga baru aja sadar!"

"Hah? Serius lo?!"

"Iya! Buruan ke rumah sakit. Kita nungguin lo."

Tanpa menjawab Indah, Meyra langsung memutuskan panggilan dan segera bersiap-siap dengan senyumannya yang berbinar.

"Tungguin aku, Ga!" ucap Meyra semangat sembari keluar dari rumah dengan mobil mewahnya.

***

"Lo bohongin gue?" Meyra datang terengah-engah, masih dengan wajah yang bingung melihat Arga masih seperti sebelumnya, tapi nampak lebih tenang dan tak ada alat bantu seperti biasa.

Indah tersenyum kecil menarik Meyra untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu. "Duduk dulu, tenang. Arga udah sadar. Cuma karena feed nya kurang bagus, mungkin agak syok jadi dia ketiduran."

"Benaran ketiduran? Lo gak bohongin gue 'kan? Cuma perkara biar gue senang?" Meyra tampak ragu, hatinya bingung tidak karuan.

Indah menggeleng pelan, tetap dengan senyumannya yang seolah bisa dipercaya. "Lo pasti belom sarapan 'kan? Sarapan dulu, gih. Gue yakin bentar lagi Arga bangun, dan lo bisa sepuasnya ngomelin dia."

Meyra menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Segera bangkit dari duduknya dan beranjak pergi keluar. Tatapannya tak lepas menatap Arga yang tampak tenang seperti orang pada umumnya yang sedang tidur. Setidaknya ia bisa bernafas lega, akhirnya Arga sadar dari komanya yang cukup panjang.

Di kantin. Meyra mempercepat makannya. Ia sebenarnya tak begitu lapar, tapi karena omongan Indah, ia nurut. Yang dia inginkan adalah segera berbicara dengan Arga.

***

"Mana? Lo bilang setelah gue balik Arga bakal bangun, buktinya dia masih sama sebelum gue tinggal sarapan tadi. Lo jangan coba-coba buat nipu gue ya, Ndah. Di kondisi serius kayak gini gue paling benci buat becanda, lo tau itu 'kan?!" Wajah Meyra nampak marah. Ia benar-benar tidak suka dipermainkan saat kondisi genting seperti ini. Sekali dia serius, dia bakal serius. Baginya, gak semua hal harus dibuat becanda. Gak lucu!

Masih dengan senyumannya, Indah melangkah maju ke tempat Meyra berdiri. Di peluknya tubuh sahabat yang sangat ia sayangi seperti adiknya sendiri. "Sabar, gue tau ini berat buat lo. Tenang, jangan selalu panas hati lo. Gak baik buat tubuh. Gue juga tau waktu buat serius sama buat becanda. Gue gak pernah mau becanda soal kondisi hidup dan mati seseorang. Dia tengah berjuang selama ini, hargai ia untuk bernafas lega sejenak. Jangan takut, Tuhan lebih tau mana yang terbaik buat kita semua." Dilepaskannya pelukan itu menatap wajah Meyra yang bingung atas sikap Indah. "Udah jangan sedih-sedih lagi, gue sama Dirga selalu mendoakan kebahagiaan buat lo sama Arga. Selalu."

Indah melangkah pergi meninggalkan Meyra yang masih mematung sambil berdiri. "Lo mau kemana?"

"Ngedate sama Dirga, hari ini, hari jadi kami yang ke enam tahun. Gue harap tahun depan kami bisa melangkah maju ke jenjang yang lebih serius."

"Aamiin, gue bakal doa yang terbaik buat hubungan kalian berdua. Maaf kalau akhir-akhir ini emosi gue sering gak terkendali, gue cuma takut."

"Gak masalah, lo udah gue anggap kayak sodara sendiri. Makasih selalu support hubungan gue dari dulu sama Dirga. Sekarang lo bisa luangin waktu berdua dengan Arga. Have fun, Meyra!"

"Lo juga, Ndah. Makasih ya." Mata Meyra berkaca-kaca. Indah tersenyum kecil lalu menghilang dari balik pintu. Menyisakan Meyra dengan Arga dalam keheningan ruangan.

Arga & Cinta Pertamanya [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang