"Arga, Meyra rindu kamu. Meyra butuh kamu disini..."
Arga terbangun dari tidurnya, bisikan itu terasa begitu nyata. Tapi di satu sisi terasa seperti mimpi. Tidak mungkin Meyra merindukannya, sedangkan Meyra selalu risih bila berada di dekatnya.
Jam sudah pukul sepuluh lewat, malam ini terasa begitu lambat. Walaupun bintang dan bulan sangat indah di pandang. Angin malam sejuk membuat Arga segera menutup jendela kamar, ia memilih duduk di bangku, dan membuka buku catatannya di meja belajar.
'Kau layaknya bulan purnama yang sempurna menggantung indah di langit malam. Kau tak pernah sendiri, bahkan para bintang-bintang pun ikut menyinari. Kau terlalu indah untuk ku pandang. Kau tampak jelas, tapi mustahil untuk ku gapai.'
-Argantara.
Arga menutup catatannya setelah menulis beberapa kata yang mewakili perasaannya. Mengambil seteguk air putih dan berbaring di kasur. Malam ini mungkin terasa begitu lambat, Arga memilih mendengar lagu sambil mencoba untuk tidur, karena besok dia akan pergi ke sekolah.
***
"Hai, my brother! Good afternoon!"
"Good morning, bego! Kalau gak bisa bahasa Inggris gak usah maksain buat bisa, Dir. Yang ada lo makin bego."
"Sewot amat lo, Ga. Lagi datang bulan lo?"
"Datang bintang! Candaan lo gak lucu, bego."
"Sorry, sorry. Sensi amat lo semenjak kejadian lo bilang suka ke Meyra."
"Gak usah di ungkit-ungkit. Orangnya risih kalau dengar."
"Makanya, Ga. Cari cewek lain aja, teman gue cantik-cantik kok."
"Teman atau selingkuhan lo?"
"Teman, njir. Cewek gue kan cuma my Boba, Indah," ucapnya bangga membenarkan dasi agar terlihat lebih keren.
"Mana ada cowok punya teman cewek cantik-cantik. Mana lo sering banget party bareng mereka, hampir tiap malam malah."
"Serius teman, Ga. Lo jangan buat cerita yang enggak-enggak. Kalau Indah dengar bisa abis gue."
"Nah, tu tau. Coba posisinya di balik, Indah sering keluar malam sama cowok lain. Dan cowoknya ganteng-ganteng, tapi cuma teman. Apa lo bakal diam aja?"
"Ya, enggaklah! Gue bakal labrak tu cowok, dan gue hajar ampe babak belur."
"Gak terima lo, 'kan? Sama kayak Indah, gak bakal terima kalau lo giniin. Hubungan langgeng itu seharusnya bisa percaya dan jaga perasaan pasangan masing-masing. Bukan hanya berlandaskan kata 'teman' lo bisa ngelakuin sesuka hati lo. Lo mestinya juga harus ngerti perasaan cewek. Jangan terlalu egois jadi cowok, gimana kita kadang gak dipandang rendah sama cewek."
Dirga mengangguk paham, "Benar juga, sih, kata lo. Gue seharusnya gak kayak gini."
"Ngumpul sama teman boleh, tapi setidaknya lo kabarin Indah. Gue yakin pasti tu anak gengsi mau nge-chat lo duluan. Makanya lo sebagai cowok peka, bego."
"Gak nyangka lo ngerti ginian, Ga. Pantes Indah sering ngambek tiba-tiba."
"Soal ginian gue mah paham. Lo aja yang lemot, pikiran lo gak dewasa. Makanya Indah sering marah-marah sama lo."
"Walaupun pikiran gue gak dewasa, setidaknya gue punya pacar. Lah, elo masih jomblo. Ha ha ha."
"Garing, Dirga bego! Gak usah ketawa!"
"Sok-sokan kasih nasihat soal percintaan, lo sendiri aja jomblo. Ha ha ha."
"Diem, Dirga bego! Besok-besok kalau Indah marah, gue gak bakal bantuin elo, njir!"
Arga bangkit dari tempat duduknya, lalu pergi keluar kelas. Membiarkan Dirga sendiri masih dengan tertawanya yang semakin keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga & Cinta Pertamanya [SELESAI]
Novela Juvenil"Kau tak sepantasnya ku rindu, kau bahkan tak sepantasnya ku cinta. Karena bagimu aku hanyalah benalu, sedangkan bagiku kau lebih dari sekedar bintang di langit. Selain susah digapai, kau juga susah untuk ku miliki." -Argantara *** Start, 23 Januari...