24. Benci

1 1 0
                                    

"Seandainya waktu bisa ku putar, kuharap aku tak pernah mengenal mu di masa itu."

-Argantara.

***

Pagi ini cuaca cukup cerah, sudah tiga hari ambil cuti sakit kini Arga kembali masuk sekolah. Sebagian orang menatapnya iba. Tentu, kisah cinta Arga dan Meyra sudah tak terdengar asing ditelinga murid-murid SMA Cendrawasih. Bahkan sebagiannya salut melihat sikap pantang menyerah dari seorang cowok tampan bernama Arga. Mendekati bahkan sampai menjalin hubungan dengan seorang gadis dingin anak dari pemilik sekolah. Satu sekolah saja tau bagaimana sikap angkuh, dingin, dan cueknya seorang Meyra. Makanya mereka bisa se-takjub itu melihat perjuangan Arga untuk mendapatkan Meyra. Tapi sayang sungguh sayang, percintaan mereka baru saja beberapa langkah sudah terhenti begitu saja. Kecewa, bahkan Arga sendiri tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini.

"Kak Arga, gimana kabarnya? Udah baikan?" tanya Gea, cewek manis bertubuh mungil dengan rambut sebahunya. Dia sangat mengagumi seorang Arga, lebih tepatnya Gea suka Arga sudah sejak lama. Arga tau, tapi Arga pura-pura tak tau. Dia hanya tak ingin mengecewakan Gea.

"Seperti yang lo lihat. By the way tumben lo jarang banget kelihatan akhir-akhir ini. Kemana aja?"

"Aku sempat ambil cuti beberapa minggu buat ikut tes modeling keluar kota. Aku senang banget bisa ikutan, walaupun pelajaran banyak ketinggalan. Jadi aku lebih banyak belajar sekarang."

Gea tertawa pelan sambil merapikan poninya ke samping.

"Semangat, Gea. Gue yakin lo pasti bisa, gue selalu dukung lo kok."

Gea terdiam beberapa saat menatap wajah tampan milik Arga tanpa berkedip. Bagaimana ia tak makin jatuh cinta dengan Arga.

Seseorang yang tak diundang datang dengan wajahnya yang memerah menahan cemburu. Tanpa sepatah kata apa pun langsung menarik tangan Arga menjauh dari Gea. Gea hanya menatap kepergian Arga dan Meyra dengan rasa sedikit kecewa.

"Meyra, lo apa-apaan, sih? Lo lihat gue masih ngomong sama Gea. Kenapa lo tiba-tiba tarik tangan gue!?" Arga melepaskan cengkraman tangan Meyra dengan kesal sambil menatap mata Meyra yang penuh amarah.

"Okey, maaf. Maaf buat perlakuan gue tadi, kemaren dan sebelum-sebelumnya. Lo mau maafin gue, 'kan? Kita bisa kayak dulu lagi, 'kan?"

"Ada apa sama lo, Mey? Sikap angkuh lo ilang? Apa lo mikirin perasaan gue? Enggak pernah! Karena apa, karena lo egois!"

Meyra membulat mata kaget. "Arga?"

"Apa? Kaget sama omongan gue? Omongan gue ini gak berarti apa-apa dibanding kata-kata lo beberapa hari yang lalu buat gue jatuh sejatuh-jatuhnya. Sampai akhirnya gue harus dirawat di rumah sakit. Apa lo tau sekecewa apa gue sama sikap lo yang kasar sama gue? Sakit, Mey, sakit. Gue, cintain lo tulus. Lo cintain gue cuma buat kesenangan lo. Lo egois. Lo jahat, Mey. Lo sama sekali bukan Meyra yang gue kanal. Lo bukan Meyra yang baik kayak dulu. Gue, benar-benar kecewa sama sifat lo yang sekarang."

Mata Meyra mulai berkaca-kaca, menarik nafas dalam-dalam sebelum berbicara lagi. "Gue ngelakuin semua itu ada alasannya. Gue gak bodoh mutusin lo gitu aja, gue juga sebenarnya nangis waktu ngata-ngatain lo beberapa hari yang lalu. Itu bukan keinginan gue, waktu aja yang belom berpihak sama kita."

"Terus, maksud lo apa narik gue ke atap terus ngajak balikan? Kan lo sendiri yang mutusin gue?"

"Gue gak pernah minta kita balikan, gue cuma pengen kita kayak dulu. Becanda, ketawa, makan bareng, walaupun hanya sebatas teman. Karena lebih dari itu gua gak jamin kita bakal bisa lalui untuk sekarang."

"Sorry, tapi sebaliknya. Gue gak pengen kita saling kenal. Seandainya waktu bisa gue putar balik, gue harap gue gak pernah kenal ataupun punya rasa sama lo."

"Tapi, Ga..."

"Tolong, biarin gue tenang dulu sama pikiran gue. Cukup buat masa pura-puranya. Gue juga pengen bahagia walaupun bukan sama lo."

Arga melangkah pergi meninggalkan Meyra terduduk dengan rasa penyesalannya.

Arga benar-benar kecewa, ia bahkan terlihat benci. Jadi apa yang harus Meyra lakukan sekarang? Di hati Arga sudah tak ada lagi namanya. Di fikiran Arga sudah tak ada lagi dirinya. Hanya yang tertinggal perasaan yang belum selesai.

Arga & Cinta Pertamanya [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang