Tahun 2301.
Begitu mendengar itu, orang-orang pasti akan langsung membayangkan suatu era dengan peradaban maju dan teknologi tinggi. Di zaman itu mobil terbang dan robot berkeliaran di mana-mana, kehidupan akan menjadi serba mudah, dan manusia pada akhirnya mencapai titik tertinggi evolusinya.
Aku hidup di tahun 2301 dan dengan pasti kunyatakan bahwa semua itu benar, tapi sayangnya tidak menjamin keberlangsungan hidup umat manusia dalam jangka panjang.
Alih-alih semua hal indah di atas, yang kami alami di sini dalam waktu lama adalah kepanasan, tanah tandus, pohon meranggas, langit kemerahan, dan air yang super langka. Kami pernah hidup dengan sangat baik--seperti asumsi manusia zaman dulu--tapi semua itu berakhir sekitar 100 tahun yang lalu. Diawali oleh ledakan reaktor nuklir raksasa dan ibarat efek domino, dilanjutkan oleh bencana lainnya. Baik yang disebabkan oleh keteledoran dan keserakahan manusia, maupun yang berasal dari kehendak alam.
Sekarang yang tersisa bagi penduduk Bumi--yang sekarang berada di ambang kepunahan--hanyalah ketiadaan.
"Mesin ini akan membawamu ke 279 tahun yang lalu."
Aku memperhatikan mesin rumit di depanku. Besarnya hampir memenuhi ruangan, dengan banyak tombol dan kabel yang saling tersambung pada bagian rangkanya.
Sisa kejayaan umat manusia.
Mesin waktu satu-satunya yang masih tersisa.
Seorang pria tua--yang baru saja bicara--tengah mengotak-atik sebuah layar tipis di tangannya. Beberapa orang lain juga tampak mondar-mandir di sekitar mesin tersebut. Dua orang tengah menyambungkan beberapa alat ke tubuhku.
"Kenapa bukan ke 113 tahun yang lalu?" tanyaku penasaran. "Ke saat sebelum reaktor itu meledak."
Sang pria tua--aku memanggilnya Profesor--menggeleng. "Kamu harus menemui penciptanya. 2022 adalah tahun di mana dia membuat rancangannya."
"Oh, begitu." Aku mengangguk-angguk paham. "Lalu aku hanya perlu membunuhnya, kan?"
"Tidak. Tidak. Bukan begitu." Profesor tampak panik. "Kamu hanya harus memberitahunya bagian yang salah. Itu misimu. Dan tolong jangan mengubah sejarah terlalu banyak. Ini kesempatan kita satu-satunya. Mesin waktunya sudah diambang batas."
"Aku mengerti."
Ya, dan aku juga mengerti kalau Profesor tidak akan mungkin bisa membawaku kembali. Ini adalah perjalanan satu arah. Berhasil atau tidaknya aku menjalankan misi, aku akan hidup selamanya di masa 279 tahun lalu.
Tidak ada salahnya. Aku sudah muak dengan dunia yang tidak lagi punya apa-apa ini.
Selanjutnya, dengan berbagai alat di tubuhku, aku dituntun ke sebuah ruangan kecil berbentuk tabung yang terbuat dari semacam kaca transparan. Dari sinilah aku akan dikirim ke masa lalu.
"Selamat jalan."
Itu adalah kalimat terakhir yang kudengar dari Profesor. Aku tersenyum tipis dan mulai memejamkan mata.
"Selamat tinggal, Profesor."
***
Aku membuka mata di sebuah tempat penuh pohon. Seumur hidupku, baru kali ini aku melihat deretan pepohonan berdaun hijau rimbun seperti ini. Layar jam tanganku menampilkan angka 2022. Aku berada di tahun yang tepat.
Setelah melepas berbagai peralatan di tubuh dan memasukkannya ke dalam tas punggung yang kupakai, aku mengaktifkan mode kamuflase yang ada di jam tangan. Dengan begini tidak akan ada yang bisa melihatku dan aku bisa berkeliling dengan tenang.
Di dekatku menjulang beberapa bangunan yang cukup besar. Di sekitarnya banyak orang berseragam--bawahan hitam dan blazer putih di atas kemeja berwarna gelap--berlalu lalang. Aku belum pernah melihat manusia sebanyak ini berkumpul di satu tempat.
Aku terus melangkah sambil mengamati sekitar, hingga akhirnya terdengar suara.
"Tunggu."
Spontan aku berhenti dan menoleh ke samping. Di bawah salah satu pohon, duduk seorang gadis berambut pendek yang tengah mencorat-coret sesuatu di bukunya. Sesaat kemudian aku tersadar. Bukankah aku sedang tak terlihat? Mustahil dia berbicara denganku.
Namun, gadis itu mengangkat kepalanya dan melihatku tepat di mata.
"Kamu tidak berasal dari sini."
***
TEMA 6:
Ini di luar dugaan ....
Gara-gara tema ini, genre work ini jadi rada melenceng dari teenfict dan slice of life
༎ຶ‿༎ຶDan lagi, premisnya yang tentang kembali ke masa lalu jadi mirip Nightfall.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] When The New Day Comes
Ficção Adolescente[Kumpulan Cerpen] #DWCNPC2021 #DWCNPC2022 Every day is a good day. There is something to learn, care, and celebrate. (Amit Ray) ================================= Karya ini diikutsertakan dalam "Daily Writing Challenge" yang diadakan oleh Nusantara P...