7. Sincerity [Listi]

25 15 0
                                    

Bayangkan betapa cemasnya Listi ketika melihat Nindy menangis sesenggukan sendirian di kamarnya. Tadinya dia ingin meminjam charger dan masuk ke kamar Nindy seperti biasa. Sahabatnya itu jarang mengunci pintu dan hanya Listi yang punya kehormatan--lebih tepatnya, Nindy sudah terlalu lelah menegurnya--untuk keluar-masuk kamarnya tanpa mengetuk pintu. Oke, ini memang kebiasaan buruk yang tidak sopan.

"Kamu kenapa?" tanyanya panik dan buru-buru menghampiri Nindy yang tengah tengkurap di atas tempat tidur. "Apa yang--"

Tatapan Listi tertuju ke laptop di hadapan gadis itu, lebih tepatnya ke film kartun yang tengah tayang di layarnya. Dia langsung memberi Nindy tatapan capek.

"Kamu sudah nonton ini sebanyak … lima kali? Enam kali?"

"Baru empat kali!" Nindy berseru protes. Tangan kirinya meraih tisu dan membuang ingus.

"Ya. Ya. Kamu sudah menonton 'Stand by Me Doraemon' ini empat kali, sudah tahu alur dan ending-nya, tapi kok masih nangis kayak gini siih?" Listi berteriak gemas. "Ganti film yang lain kek!"

"Tapi sedih banget pas Doraemon mesti ninggalin Nobita." Nindy masih bersikukuh. "Bayangkan, Lis, ada orang yang selama ini di sisimu, yang bersedia ngelakuin apa pun buat bantu kamu. Terus dia tiba-tiba harus pergi! Bayangkan gimana hancurnya perasaan orang yang ditinggal."

"Nin …." Listi menepuk-nepuk bahu sahabatnya pelan. "That's just a cartoon. A fiction. Enggak nyata."

"Ah, kamu nggak mungkin paham perasaanku."

Oke. Listi menyerah. Dia sudah biasa melihat Nindy begini. Seandainya saja seisi sekolah tahu betapa absurd-nya kepribadian sebenarnya dari putri orang nomor satu negara ini.

"Seandainya aku punya seseorang kayak Doraemon."

"Itu keinginan semua anak." Listi ikut duduk di atas kasur. "Aku juga mau punya akses menggunakan 'pintu kemana saja' secara bebas."

"Bukan itu. Maksudku orang yang tulus yang selalu ada sebobrok apa pun aku."

Kali ini Listi terdiam.

Dia tidak pernah jadi anak presiden, tapi sedikit banyak dia bisa memahami perasaan Nindy. Pasti rasanya menyesakkan dikelilingi orang-orang palsu yang mendekatimu hanya karena status orang tuamu. Lalu secara sepihak mereka akan menaruh ekspektasi tinggi dan ketika kamu tidak bisa memenuhinya, mereka akan dengan santainya bilang: "Wah, enggak nyangka ya dia begitu. Padahal dia anak bla bla bla "

"Dari pada ngegalauin tokoh dua dimensi," Listi beranjak dari duduk. "yuk ikut aku ke mall. Mumpung libur."

"Nggak, deh." Nindy menyeka sisa air matanya dan kembali fokus ke layar laptop. "Habis ini mau lanjut streaming 'Stand by Me 2'."

***

TEMA 7:

TEMA 7:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[End] When The New Day ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang