1. Confused [Starla]

62 18 0
                                    

Hari ini ketika Starla terbangun, dia melihat langit-langit ruangan yang tidak biasa. Tanpa mengindahkan kepalanya yang terasa bagai ditusuk-tusuk jarum, dia mulai mengamati tempatnya berada. Bukan kamarnya, tidak salah lagi. Plafonnya berwarna putih kusam alih-alih putih cerah. Bentuk dan pencahayaan bola lampunya pun berbeda. Starla menoleh ke kanan dan langsung berhadapan dengan tembok. Tidak ada jendela yang seharusnya berada tepat di samping tempat tidur.

"Sanny ...?" Meski tahu sedang tidak berada di asrama, dia tetap refleks memanggil nama teman sekamarnya.

"Kamu mau aku manggil Sanny ke sini?"

Suara familiar itu membuat Starla memutar kepala ke kiri. Di sana ada Romeo, tengah duduk di samping tempatnya berbaring.

"Kok ada kamu, sih?" Starla berseru sebal. "Dosa apa aku pagi-pagi pas buka mata malah langsung lihat mukamu."

"Demammu kayaknya tinggi banget, ya?" Romeo mengalihkan fokus dari ponsel di tangannya dan memberi Starla tatapan tak percaya. "Pagi apanya? Sebentar lagi jam istirahat selesai."

"Masa' sih?" Starla melihat jam tangannya. Benar saja. Jam setengah sebelas kurang sepuluh. Sebentar lagi bel masuk berbunyi. "Terus aku ada di--"

Starla tidak melanjutkan kata-katanya. Dipan besi yang sedang dia tiduri, tirai putih di dekatnya, dan berbagai poster penyakit serta kampanye hidup sehat yang tertempel di dinding, sudah cukup untuk memberinya petunjuk.

"Kok aku di UKS?" Dia buru-buru duduk dan meringis sedetik kemudian lantaran kepalanya yang semakin berdenyut nyeri.

"Pingsan pas upacara," jawab Romeo sembari kembali berkutat pada game di ponselnya. "Lain kali kalau sakit nggak usah maksain diri ke sekolah."

Hal terakhir yang diingat Starla hanyalah lagu Indonesia Raya yang berkumandang dan bendera yang sudah naik setengah tiang. Namun, kalau yang dikatakan Romeo benar dan dia memang pingsan di saat-saat yang krusial itu ....

"Duh, malu banget!" Starla menutup wajahnya dengan kedua tangan dan merengek pelan. "Pasti tadi semua mata tertuju padaku."

"Serasa Miss Indonesia ya, La?" Romeo malah mengejeknya. "Oh, tapi kamu pasti bakalan suka dengar ini. Tadi pas kamu pingsan--"

"Starla?"

Sosok yang mendadak melongokkan kepalanya dari celah tirai sontak membuat Starla gelagapan.

"Eh ...? Kak Rocky?" Starla nyaris lupa kalau Rocky adalah anggota PMR. Jadi, tidak mengherankan melihatnya berada di UKS. Masalahnya, kenapa munculnya harus sekarang?

"Gimana keadaanmu?" Cowok yang sedang berusaha dia hindari itu melangkah mendekat dan tanpa permisi menaruh telapak tangannya di dahi Starla. "Demammu masih tinggi. Kamu izin pulang saja, ya?"

Starla mulai menimbang-nimbang. Rocky baru saja mengajukan ide yang sangat cemerlang. Dia jadi berkesempatan menghindari pelajaran Ekonomi di jam terakhir nanti.

Perlahan dia mengangguk. "Rom, ambilin tas--"

"Aku saja yang antar ke asrama."

"Hah?" Butuh beberapa detik bagi Starla untuk mencerna penawaran Rocky barusan. "Nggak usah, Kak. Biar Romeo saja."

"Gimana gimana?" Romeo menyeletuk. "Bukannya aku nggak mau bantu teman, tapi habis ini kan ada ulangan Geografi."

"Oke. Kalau begitu aku ke kelasmu sekarang buat ambil tas. Sekalian urus surat izin sama pinjam motornya pak Yadi. Biar kamu nggak perlu jalan jauh ke asrama." Rocky langsung berbicara panjang lebar, tidak memberi kesempatan bagi Starla untuk menyela. Sejurus kemudian, cowok itu meluncur keluar dari UKS.

"Cieee!"

Dan Starla tidak buang-buang waktu untuk menempeleng kepalanya Romeo. Sahabatnya itu benar-benar tertawa puas.

"Ulangan geografi apa?" protesnya. Jelas-jelas hari ini kelas mereka bebas ulangan. "Kok tega, sih?"

"Tahu nggak siapa yang tadi bawa kamu ke UKS?" Romeo malah mengalihkan pembicaraan.

"Anak PMR."

"Iyaa. Si anak PMR yang barusan datang. Kebetulan dia yang lagi stand by di dekat barisan kita." Romeo mengarahkan dagunya ke pintu masuk UKS. "Panik banget dia. Langsung bopong kamu ke sini. Bridal style."

Starla merasakan panas menjalari wajahnya. Pastinya itu bukan efek demam. "Ah, ngawur! Kayak nggak ada tandu aja."

"Tandunya lagi dipakai anak kelas sepuluh yang itu loh, yang langganan pingsan tiap upacara."

Tuhaan! Starla tidak bisa membayangkan. Dia bahagia, tentu saja. Seperti ada petasan yang tengah meledak-ledak di hatinya. Namun, di lain sisi, dia cemas setengah mati.

Kenapa Rocky harus membuatnya bingung begini? Starla tidak ingin merasa kepedean. Mungkin cowok itu hanya tengah bersikap baik pada tong sampah yang sudah bersedia menampung keluh kesahnya selama ini. Tapi apa harus seperhatian itu? Rocky bahkan sampai repot-repot meminjam motor milik penjaga sekolah hanya demi mengantarnya.

Menghadapi pelajaran Ekonomi yang membosankan beserta pengajarnya yang horor jauh lebih baik.

"Rom, terus gimana nasib move on-ku? Aku udah sejauh ini, Rom!"

"Lah? Bodoh amat. Bukan urusan jomlo bahagia sepertiku."

Starla pun menempeleng kepala sahabatnya itu untuk yang kedua kalinya.

***

TEMA 1:

TEMA 1:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[End] When The New Day ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang