"Babe, ngapain ke sini?"
"Kenapa? Gak boleh?"
"Boleh saja."
"Sepertinya kau masih sibuk, balik kerja lagi sana. Aku sama Azuhi mau makan siang di sini."
"Kau mengusirku hah?"
"Bukannya kau sibuk karena kedai cukup ramai?"
"Tenang saja. Kau mau rasa apa?"
"Salmon yang pedas tiga."
"Baiklah."
Osamu mengambilkan onigiri dengan rasa yang dipesan. Tak lama pria itu datang membawa enam onigiri. Azuhi sudah berada dipangkuan (Name) dengan kotak makannya yang terbuka. Osamu duduk di depan mereka. Sepertinya hari ini Azuhi cukup aktif.
"Diem dulu sayang," ujar (Name) memasang sleber di leher Azuhi, namun anak itu malah langsung mengambil mangkuk berisi makanannya.
Osamu mengambil mangkuk berisi kuah sayur itu, "Udah lapar ya, sayang?" Osamu tertawa pelan.
"Tadi baru bangun tidur langsung ke sini," ucap (Name) membenarkan posisi duduk Azuhi di pangkuannya.
"Kau makan saja, biar aku yang suapin Azuhi. Dari tadi kau pasti tidak istirahat." (Name) merebut sendok dari tangan Osamu.
Osamu tersenyum, "Baiklah."
Mereka bertiga menikmati makan siangnya. Beberapa kali Azuhi membuat kegaduhan, mulai dari menjatuhkan sendoknya, nampan lauknya sampai meremas onigiri di meja. (Name) menghela napas pelan. Osamu yang mendengarnya, langsung berujar.
"Sini Azuhi sama ayah."
Dia pun berdiri dan mengambil alih Azuhi.
"Kenapa, sayang?" tanya Osamu yang melihat Azuhi yang Nampak tidak nyaman dipangku olehnya.
"Sepertinya dia mau berdiri."
Osamu beranjak dari bangku dan membawa Azuhi keluar kedai. (Name) membersihkan mejanya yang sedikit berantakan akibat ulah anaknya.
"Lihat ada kucing."
Osamu mengalihkan perhatian Azuhi dengan menunjuk kucing putih yang berada di depan kedainya. Perhatian anaknya berhasil dialihkan. Osamu berjongkok di dekat kucing, nampaknya Azuhi malah ingin turun dan menyentuhnya.
"Gak boleh turun, sayang."
Anak itu tetap meronta-ronta meminta turun. Akhirnya dengan menghela napas pelan, Osamu menurunkan Azuhi. Pria itu memegangi tubuh Azuhi seraya anak itu berjalan pelan ke arah kucing. Osamu tidak memberinya untuk mengelus kucing tersebut.
Azuhi nampak kesal karena Tangannya terus ditahan oleh Osamu. Alhasil lama kelamaan anak itu menangis.
"Yahh jangan nangis, Azuhi."
Dengan cepat Osamu kembali menggendong Azuhi. Ditenangkannya anak perempuan itu.
"SStt ssttt, sayang. Kan ayah bilang, jangan disentuh. Ssstt ssttt, Azuhi. Anak ayah dan mama yang cantik."
Tangan Osamu mengusap-usap punggung Azuhi yang sampai sesegukan.
"Ssst ssstt. Azuhi sayang." Suara Osamu terdengar lembut.
Air mata membanjiri pipi anak itu. Osamu mengusapnya dan sesekali merapihkan rambut abu gelap Azuhi yang sedikit berantakan.
"Azuhi mau apa? Mau ke mama?"
Anak itu masih saja menangis, namun sudah sedikit reda.
"Mau biskuit?"
Tangisan Azuhi terhenti sebentar ketika mendengar biskuit.
"Yuk minta biskuit ke mama."
Osamu melangkahkan kakinya kembali masuk ke kedai.
"Mama, ada biskuit gak?"
(Name) menoleh dan terkejut melihat mata Azuhi yang berlinang air mata.
"Kenapa, sayang? Kok nangis?"
(Name) mengambil alih Azuhi.
"Biskuitnya dulu, babe."
"Azuhi mau biskuit?" tanya (Name) pada Azuhi dan tanpa basa-basi memberikannya beberapa keping biskuit.
"Akhirnya dia berhenti nangis," tutur Osamu menghela napas panjang.
"Kok bisa nangis, babe?"
"Tadi aku larang dia megang kucing."
"Hahaha, gara-gara kucing."
"Kau mau pulang sekarang?"
"Hmm sepertinya begitu."
"Aku antar pulang ya."
"Gak apa?"
"Iya."
"Arigatou."
***
See you next chapter!
#skrind🦊
Cr : pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Miya Osamu X Reader
Fanfiction(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -Miya Osamu x Reader- Complete : 8 Februari 2022