Quattuordecim punctum nulla: he has flashbacks of the past, just like me
__________Hari kedua stase anestesi.
Yang bilang bagian anestesi cuma ngurusin masalah bius-membius ... wah parah! Perlu di ruqyah sepertinya yang ngomong seperti itu. Tidak habis pikir, karena kenyataannya jauh bahkan sangat jauh.
Di awali dengan suasana yang sedikit mendung, aku dan Jul hari ini akan bekerja sama di ruang OR, tahu kan artinya apa jika kami bersama? Right, aku harus memasang telinga dan agak sedikit menjauh dari dia supaya terhindar dari mulut ngaco dan gaya slengekannya ... walaupun enggak yakin bisa jauh sih.
Sekitar pukul tujuh kami sampai di RS, bergegas ke ruang koass menaruh barang dan berganti kostum khusus ruang OR. Kemarin sebelum pulang aku dan Jul ditarik dokter Hadi untuk mengikuti operasi yang di operatori oleh dokter Shava dengan dokter asistennya yakni dokter Adrian, pada pasien yang menderita Epidural Hepatoma.
Setahuku dan Jul, pasien ini adalah seorang bapak-bapak dengan kisaran umur empat puluh tahunan. Bapak ini adalah korban kecelakaan lalu lintas kemarin malam. Aku sempat menangani beliau bersama dokter Adrian sebelum hasil CT Scan dan MRI nya keluar. Aku kira keadaannya tidak begitu parah, namun setelah melihat hasil pemeriksaannya aku cukup terkejut.
Bapak itu mengalami Epidural Hepatoma kepala atau pendarahan extradural. Beliau tiba di rumah sakit sekitar pukul sepuluh malam dengan keadaan tidak sadarkan diri dan TTV nya yang cukup lemah.
Kemudian, saat dokter Adrian mulai mengambil alihnya. Beliau sadar, membuka mata hanya beberapa menit setelah itu kembali pingsan.
Epidural Hepatoma ini bisa terjadi di kepala atau dibagian tulang belakang seseorang. Namun, untuk bagian tulang belakang memang sedikit jarang di temui. Dan kondisi yang terjadi pada bagian kepala, biasanya disebabkan oleh cedera kepala yang kemudian menyebabkan keretakan pada tengkorak seperti pasien bapak ini.
And then, darah yang muncul karena benturan tersebut akan menggumpal dan membentuk hematoma lalu menciptakan sebuah tekanan pada jaringan otak. Akibatnya, otak akan kekurangan asupan darah serta dapat memicu kerusakan. Maka, dari itu jika masalah ini tidak segera ditangani bisa saja akan mengancam kehidupan pasien.
“Lo gapapa kan Ka?” tanya Jul tiba-tiba. Raut wajahnya sedikit berubah serius.
Aku mengangguk dua kali sembari memasang masker. “Yes, I'm okay.”
“Kalau ada masalah cerita aja sama gue Ka, gratis kok khusus lo. Mau konsultasi apapun gue terima.”
Aku terkekeh. “Iyain deh kalo gratis. But you should know, I'm very well dude! Thank you for your concern.”
“Ok.”
See! Jul ini sebenarnya nggak gesrek-gesrek amat, cuma ya kadang emang banyakan ngeselinnya. Walaupun Jul tipe orang yang sangat privat masalah kehidupannya, tapi ia cukup oke kok kalau buat bagi-bagi masalah ... Agas yang aku ketahui paling sering berceloteh ria dengannya.
Kabar panasnya juga kalau tidak salah dengar, sebenarnya kekasih Jul ini adalah seorang psikolog. Yang berarti usianya lebih tua dari dirinya. Kalau ini menurutku sangat oke, itung-itung membantu Jul memperbaiki psikologisnya yang at the same time kurang bener.
Duh! Sorry Jul! But that's reality of you.
Selesai kami menyalakan lampu, AC, monitor dan yang lainnya. Tak berselang lama, pasien dibawa masuk ke meja operasi. Aku segera mememeriksa kelancaran infus dan memasang oximeter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Helianthus: Aeternum [COMPLETED]
Romance"Kamu ngeselin banget ya ternyata," kataku sebal. Dia kembali menarik bibirnya ke atas. "Baru tahu kamu ... " " ... Habisin sarapannya. Aku mau siap-siap sebentar," lanjut laki-laki itu. Dia menggiring kakinya berjalan untuk mencuci piring kotornya...