Andai waktu bisa terputar, selama nya aku akan menolak mengenal rasa yang kini telah berakhir kecewa.-Zaina Nur Azhila-
_______________________
Happy Reading 🍫
Zaina berbalik pada Abyaz, tatapannya kini telah berubah tajam. Ia berjalan menuju cowok itu.
"Egois? Coba aja nanti liat siapa yang paling egois!" tandas Zaina dan benar-benar pergi dari sana. Abyaz yang masih mematung di tempat tersenyum smirk.
"Oh masa?" gumam cowok itu dan masih setia memperhatikan jalan yang baru di lalui oleh Zaina. Anggap saja dia gila karena mengejar wanita yang pernah di ajak berdebat beberapa kali, akan tetapi Abyaz punya alasan untuk itu semua.
***
Zaina berjalan sedikit cepat menuju ke kelas dengan bibir yang mengerucut, gadis itu masih saja kesal dengan Abyaz. Bisa-bisanya cowok itu mengatakan jika dia menyakainya? Tidak masuk akal.
Setelah sampai di sana, Zaina langsung duduk tepat di samping Hanifa dan Ririn yang berada di belakang keduanya. Kedua gadis itu memperhatikan raut wajah milik Zaina.
"Kenapa?" tanya Hanifa, Ririn menyimak. Toh, apa yang ingin dia tanyakan telah di utarakan oleh Hanifa.
"Kesel aja," balas Zaina sembari membuka buku.
Hanifa melirik ke arah Ririn sebentar kemudian kembali pada Zaina."Iya, kesel gara-gara apa?"
Zaina menghembuskan napas pelan, gadis itu sedikit melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul 06.35 masih tersisa setengah jam lagi sebelum mata pelajaran di mulai, sepertinya juga waktu yang pas untuk nya bercerita pada dua sahabatnya.
"Kamu masih ingat cowok yang mobilnya hampir nabrak kita gak?" tanya Zaina, Hanifa menatap Ririn sebentar dan mengangguk.
"Dan kamu percaya gak, kalau aku udah sering ketemu dia dan ujung-ujungnya pasti debat. Tapi, cowok itu kayaknya ada masalah kesehatan jiwa deh," lanjutnya, Hanifa dan Ririn tampak mengerutkan dahi mereka.
"Maksudnya tuh?" sahut Ririn, Zaina melirik dirinya.
"Iya, dia tadi bilang suka aku coba. Padahal kemarin-kemarin kita kalau ketemu selalu ribut loh, aneh gak sih?" ucap Zaina setengah bertanya. Hanifa dan Ririn melongo.
"Mungkin aja dia bercanda, yekan?" timpal Ririn yang kemudian di setujui oleh Hanifa. Zaina mengedik'kan bahu.
"Gak tahu. Tapi, dia berhasil buat aku jadi badmood pagi ini!" geram Zaina, gadis itu menumpuh dagu dengan tangan kirinya.
"Yaudah, jangan pikirin. Dan kalau itupun benar, berarti bentar lagi kamu laku, Za. Iya kan?" Ririn sedikit menahan tawa atas ucapannya. Zaina menatap sahabatnya itu.
"Laku apanya? Ngadi-ngadi!" sahut Zaina, Ririn tertawa puas sementara Hanifa hanya menggeleng-gelengkan kepala.
***
"Za, tolong beliin Bunda gula ya. Soalnya Ayah nanti pasti mau minum kopi tapi gulanya habis." Saida berjalan menuju sang putri yang saat ini tengah berleha-leha di atas sofa.
Zaina menatap bundanya, gadis itu berdiri dari duduknya kemudian mengulurkan tangan kanan."Uangnya, Bun?"
Dengan segera Saida merogoh saku gamis santainya memberikan uang lima puluh ribuan pada Zaina. Mata gadis itu berbinar.
"Bun, ini lebihnya buat Zaina, ya?" tanya Zaina dengan cengiran, Saida menghembuskan napas pelan.
"Iya, tapi jangan di ambil semua. Sisain buat jajan kamu besok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Cinta yang Tertunda (Selesai)
Spiritual⚠ Warning! || Awas Baper ~ Memang, jika berbicara tentang takdir mustahil manusia dapat mengetahuinya. Karena, takdir baik dan buruk itu bisa datang kapan saja... Namun, apa mungkin takdir yang buruk adalah akhir dari segala kemanisan dalam hidup? I...