Tidur selamanya, adalah hal pertama yang paling di inginkan seseorang saat tengah menghadapi duka.
____________________
Happy Reading
”Assalamualaikum,” salam Zaina dan langsung masuk ke dalam rumahnya, ia menatap Zahdan yang berdiri di depan pintu dengan tatapan sulit di artikan. Cowok itu bahkan belum menjawab salamnya.
”Abyaz baik-baik aja?” tanya Zahdan, air muka Zaina kembali sendu. Mungkinkah keluarganya juga sudah mengetahui segalanya?
Zaina tak mampu menjawab sehingga hanya gelengan yang terlihat di sana.
Zahdan menghela.”Yaudah yuk masuk, ganti baju lu. Abang mau nanya sesuatu,” ucapnya, lagi dan lagi Zaina tak menjawab dan langsung masuk, atau lebih tepatnya berjalan masuk ke kamarnya.
Zaina sempat memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin, kejadian tadi mungkin akan menjadi trauma dalan hidupnya. Di tambah, bekas darah Abyaz yang tercetak jelas di pakaian nya menjadi momok menakutkan tersendiri bagi Zaina.
Bau anyer selalu menusuk dalam indera penciumannya meski bekas darah itu telah sepenuhnya mengering.
Zaina menghembuskan napas pelan kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kepalanya sakit saat ini, dia pun merasa sudah tak memiliki semangat hidup lagi.
Dia hanya ingin cepat menerima kabar Abyaz. Dan, kabar itu adalah kabar baik bukan sebaliknya.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Zaina kini terduduk melamun sambil menyender di kepala ranjang, matanya sembab. Mungkin karena terlalu banyak menangis.
Gadis itu memejamkan mata perlahan, sungguh tidak ada kenyamana sekarang. Tapi, ia juga lelah dan reflex beralih pada alam bawah sadar.
Ya, dimana disana mungkin akan lebih menenangkan.
***
Tok.. Tok.. Tok
Netra hitam Zaina perlahan terbuka, ia sedikit menyipitkan nya guna menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelah merasa nyaman, gadis itu bangkit dan berjalan pelan ke arah pintu kamar.
Knop pintu terputar dan terbuka menampakan Zahdan yang tersenyum tipis di sana.
”Abang?” monolog Zaina. Zahdan menghela, cowok itu mengelus puncak kepala Zaina dan masuk berjalan ke arah kasur dan duduk di sana.
Zahdan tersenyum,”sini duduk bentar.”
Gadis itu mengangguk dan duduk tepat di sebelah sang Abang.
”Bunda sama Ayah mana, Bang?” tanya Zaina dengan suara pelan tercampur serak.
”Mereka lagi ke rumah sakit, tadi Ayah Abyaz yang minta.” Zaina merunduk, mungkin kah orang tua Abyaz akan menuduhnya lagi di depan Ayah dan bundanya?
Zaina menggeleng pelan, ia menggigit bibir bawahnya dan kembali pada Zahdan.
”Za? Gue mau nanya sesuatu sama lo.” Zahdan mendekati Zaina. Gadis itu hanya diam.
”Za?” Zahdan kembali menyahuti.
”Hm,” jawaban dari Zaina begitu pelan sehingga mungkin hanya dia yang dapat mendengarnya.
”Jawab jujur, tentang yang laporin Aby ke polisi bukan lo, kan?”
Muka Zaina berubah, ia menatap Zahdan dengan tatapan tak percaya.”Jadi Abang juga ngira Zaina bakal tega lakuin itu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Cinta yang Tertunda (Selesai)
Espiritual⚠ Warning! || Awas Baper ~ Memang, jika berbicara tentang takdir mustahil manusia dapat mengetahuinya. Karena, takdir baik dan buruk itu bisa datang kapan saja... Namun, apa mungkin takdir yang buruk adalah akhir dari segala kemanisan dalam hidup? I...