Kenapa bisa ada jenis manusia dengan wajah tenang tetapi menyebalkan di Bumi ini?___________________________
Happy Reading 🍫
Hembusan angin sore menyeruak dan mengibaskan Khimar seorang wanita berusia sekitar 17 tahun bernama lengkap Zaina Nur Ashila.
Gadis itu tengah duduk di atas motor sambil melahab Ice Crem kesukaan nya.
Sesekali dia menatap pejalan kaki yang sibuk untuk kembali ketempat tinggal masing-masing. Ya, karena berhubung ini sudah hampir malam, tempat mereka mencari nafkah sudah memperbolehkan mereka pulang, meski ada yang juga harus menunggu malam hari tiba untuk berkumpul dengan keluarga tercinta.
"Hayy, Zaina sayang!" sebuah suara khas menyambar telinga Zaina, dia langsung menatap seseorang yang berada tidak jauh dari tempat dia duduk.
"Uyy!" sahut Zaina sambil melambaikan tangan kirinya ke arah seorang yang dia sebut sahabat.
"Kok baru nyampai?" tanya gadis itu sambil menatap orang yang sudah berada persis di hadapan nya.
Dia Hanifa Nadia, sahabat dari Zaina. Gadis berkulit putih itu adalah seorang anak pengusaha yang cukup terkenal di kotanya.
"Iya soalnya tadi ada urusan dulu," jeda sekian detik,"btw yakin kita naik Motor?" tanya nya sambil melirik motor berukuran cukup besar yang tengah diduduki oleh Zaina.
"Terus mau pake apa? Tenang aja aku bakal santai kok bawanya, gak usah khawatir, okay?" imbuh Zaina dengan gerakan ibu jari dan telunjuk membentuk huruf O.
Hanifa mengangguk meski dalam hati dia agak sedikit cemas dengan keadaan mereka berdua nanti.
Karena kejadian yang tidak diinginkan pernah menimpa mereka saat masih dalam bangku sekolah menengah pertama, saat itu Zaina mengenderai motor dan melesat tanpa beban.
Awalnya memang baik-baik saja. Namun, beberapa saat kemudian motor itu oleng dan menabrak pembatas jalan mengakibatkan tubuh keduanya terhempas. Beruntungnya mereka tidak cedera serius, hanya ada beberapa luka yang masih berbekas hingga sekarang.
Zaina mulai menghidupkan mesin motor kesayangannya dan melesat membela jalan raya, sementara Hanifa yang berada di boncengan hanya bisa menahan rasa ketakutannya.
Ia masih mengingat betul kejadian menyeramkan itu.
Zaina melirik sang sahabat dan menahan tawanya. "Santai aja kali, Fa. Aku udah tau kok, jangan panik." Sahut Zaina dari balik Helmnya.
Hanifa menarik napas lalu menghembuskannya secara kasar, berharap rasa cemasnya hilang.
Bruakk!!
"Astagaa!" pekik dua gadis itu secara serentak.
Motor yang mereka kendarai tidak sengaja menyenggol sebuah mobil BMW berwarna putih. Untung saja mobil itu tidak terlalu laju, kalau tidak kejadian lampau pasti akan menghampiri mereka kembali hari ini.
"Astaga, Za. Kan aku udah bilang hati-hati!" seru Hanifa sambil turun dan menetralkan wajah yang terlihat panik karena kejadian tadi.
Sahabatnya berkata dia sudah tau, tapi kenapa sampai seperti ini lagi? Untung saja jantungnya tidak berhenti berdetak.
"Maaf, Fa. Tapi bukan aku yang nabrak, tuh mobil yang nyenggol duluan." Zaina melirik mobil yang ada dihadapan nya. Tak lama kemudian keluar sosok pria dengan baju kaos putih polos yang di padukan kemeja kotak-kotak dan celana levis berwarna hitam.
Gadis itu memperhatikan nya dengan seksama. Tubuh tinggi, berkulit kuning langsat, alis mata tebal, bibir kemerahan. Apa dia pangeran? Itulah yang ada di pikiran Zaina.
"Bisa hati-hati tidak?!" gadis itu membulatkan mata. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa pria yang ia kira cool itu memiliki nada yang terdengar cukup galak.
"Lahh. Bukan nya Bapak yang nabrak duluan? Saya tadi belok kiri lah bapak ngikut!" Zaina tidak terima dengan tuduhan yang dilayangkan padanya. Hanifa hanya memperhatikan, karena dia juga tidak melihat persis siapa yang bersalah disini.
"Heum? Kok kamu nyolot sih? Jelas-jelas yang salah kamu!" jeda sekian detik. Pria itu sedikit mendekat ke arah Zaina,"dan saya peringatkan, jangan panggil saya bapak!"
Gadis itu langsung membuang wajahnya kesembarang arah."Terus saya harus panggil apa?" Zaina memperhatikan penampilan pria itu dari atas sampai bawah."Lagian kayaknya Bapak pasti juga udah punya anak, kan? Salah saya apa?"
Pria itu menyipitkan matanya."Kamu rabun, ya? Jelas-jelas saya masih muda gini kok, atau jangan-jangan, kamu buta?"
Zaina melongo. Enak saja dia dikatakan buta, mata nya masih sehat wal'afiat, dia kan tadi hanya bercanda mengatakan pria itu tua.
Zaina tau kalau cowok itu seumuran dengan Abangnya, kok malah di ambil hati? Aneh, kan? Pikirnya.
"Enak aja, itu mulut gak Bapak sekolahkan, ya?" geram Zaina. Sebenarnya ia sedikit menyadari jika ia juga salah. Tapi, masa wanita harus mengalah? Tidak mungkin!
"Mulut kamu sendiri, bagaimana?" cowok itu terus membela diri membuat Zaina juga lebih bersemangat untuk itu.
"Za. Udahlah ngalah aja, terus kita pulang." Setelah sekian lama terdiam, Hanifa bersuara. Ini sudah terlalu jauh.
Zaina beralih menatap sahabatnya dengan tatapan yang sulit di artikan."Gak bisa lah, Fa. Dia yang harusnya minta maaf, dia yang nyenggol motor kita duluan kok."
"Kenapa kamu keras kepala ya? Ya sudah, saya minta maaf. Saya mengaku salah, puas?" tandas pria itu dan langsung menaiki kembali mobilnya kemudian melesat tanpa memperdulikan Zaina yang tampak sedikit kesal.
"Tuh orang ikhlas gak, sih, minta maaf nya?"
"Udahlah, Za. Toh dia juga udah pergi gak usah di ungkit. Yuk, keburu tutup perpusnya." Sahut Hanifa sambil melirik jam yang melingkar di tangannya.
"Gak bisa, Fa. Lagian motor aku juga agak lecet, bisa-bisa di marahin Bunda kalau dia liat," imbuh Zaina, ia baru menyadari jika motor keayangannya itu sedikit tergores karena kejadian tadi.
Jika Ibunya mengetahui ini, sudah pasti dia tidak boleh membawa motor nya lagi.
Hanifa menghembuskan napas pelan,"nanti tinggal jelasin aja sama Tante Saida, tenang." Zaina menatap gadis itu.
Tenang? Dia tidak akan bisa tenang jika menyangkut motor kesayangannya.
Zaina menggaruk panggal hidungnya kemudian menghela,"Yaudahlah yuk, masih ada sekitar 30 menit sebelum perpus tutup."
Gadis itu kembali menaiki kuda besinya. Ya, apapun nanti yang akan dia terima, dia akan mencoba ikhlas. Yang terpenting bagi gadis itu sekarang adalah, membeli Novel yang baru rilis kemarin.
Soal kemarahan sang Ibu? Dia akan mencari alasan untuk itu.
***
Jangan lupa vote dan komen nya guys 💐
See you next part 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Cinta yang Tertunda (Selesai)
Spiritual⚠ Warning! || Awas Baper ~ Memang, jika berbicara tentang takdir mustahil manusia dapat mengetahuinya. Karena, takdir baik dan buruk itu bisa datang kapan saja... Namun, apa mungkin takdir yang buruk adalah akhir dari segala kemanisan dalam hidup? I...