Tak terduga

50 14 2
                                    

Kenapa saat ingin memulai kisah baru, takdir justru memaksa untuk memutar dan membawa kembali kisah dulu.

-Zaina Nur Azhila-

___________________

Happy Reading 🍫








"Lo udah sarapan kagak? Nanti pas di rumah Abyaz ngerengek minta makan, malu gue!" Sahut Fadly pada Yuda.

Cowok itu memperhatikan sang sahabat kemudian mengedikkan bahu yang justru membuat Fadly geram.

Hari ini, keempat teman Abyaz yang tak lain Fadly, Yuda, Dani dan si kalem Erwin berinisiatif untuk bertamu ke rumah Abyaz.

Dengan modal papan permainan bernama Psp dan satu kantong kresek camilan kering, keempatnya berencana untuk nostalgia dengan bermain game sampai malam.

Dani menatap Yuda,"kalau lo tiba-tiba minta makan, jangan lupa mintain gue juga, oke?"

Yuda menyengir pada Dani."Siap!" Cowok itu langsung nengacungkan jempol membuat Fadly dan Erwin geleng-geleng kepala.

Iya, antara gemas dan ingin membuang dua sahabatnya itu ke planet pluto agar tak membuat malu.

Setelah beberapa saat, Fadly langsung nemarkirkan mobil berharga sultannya di depan gerbang rumah Abyaz. Erwin pertama turun diikuti Yuda, Dani dan Fadly yang terakhir.

"Kira-kira Aby ada di rumah gak, ya?" tanya Yuda, ke tiga cowok itu mengedikkan bahu.

"Kayaknya sih ada, lagian ini hari minggu. Mau kemana coba dia," imbuh Dani.

"Kalian ngapain?"

Ketiga cowok itu kontan menoleh kebelakang dan mendapati Abyaz yang tengah berdiri dengan sepeda di sampingnya.

"Lo dari mana?" tanya Erwin, Abyaz tersenyum dan masuk menyimpan sepeda terlebih dulu.

"Dari sepedahan," jawab Abyaz, keempat cowok itu mengangguk.

"Sendiri? Kok gak ajak kita, parah lu!" Yuda memukul pelan lengan kekar Abyaz, cowok itu malah tersenyum.

"Tadinya gue mau ajak kalian, tapi nanti jadi obat nyamuk. Kan sayang."

"Obat nyamuk maksudnya?" Dani angkat suara, Abyaz tertawa kecil.

"Iya, tadi kan sepedehannya bareng calon istri. Asekk!" Tawa Abyaz pecah begitu saja membuat ke tiga teman nya mengerutkan dahi, lain dengan Yuda yang malah ikut tertawa. Meski ia tak tahu apa alasan di balik tawa Abyaz.

"Calon istri?" tanya Erwin, Abyaz menghentikan tawa dan mengangguk.

"Iya, Zaina," jawabnya.

"Kok bisa? Kirain batal, kan lo it-" ucapan Dani menggantung setelah mendapat tatapan aneh dari ketiga temannya, dan juga Abyaz.

"Kok lo bisa tahu?" Abyaz memandang penuh tanya pada Dani.

"Ah, Aila yang kasih tahu."

Abyaz mengangguk-anggukan kepala.

"Emang ada apa, By. Kok kita doang kayaknya yang gak tahu?" sahut Fadly tiba-tiba. Ya, cowok itu tidak pernah sekalipun mendengar tentang Abyaz lagi beberapa hari ini, ia pun jarang bertemu di kampus. Tetapi malah Dani yang sepertinya tahu banyak tentang kehidupan Abyaz.

Abyaz menatap nya,"suruh Dani tuh buat jelasin."

Dani hanya menyengir mendapat tatapan aneh dari semua sahabatnya.

"Masuk dulu lah, itu nanti aja kapan-kapan gue jelasin. Lagian, kita hari ini mau main, kan?" ucap Dani, keempat sahabatnya kompak menghela.

"Yaudah yuk, masuk. Tapi gue mau mandi dulu, kalian main aja duluan," imbuh Abyaz, keempatnya mengangguk kemudian berjalan beriringan masuk ke rumah untuk memainkan papan permainan yang mereka bawa.

***

"Kak Ilvan lepasin!" pinta Zaina untuk yang kesekian kalinya. Namun, tampaknya pria yang sedang menariknya menulikan telinga.

Kemudian, beberapa saat langkah Ilvan terhenti, Zaina pun reflex mengikuti nya. Namun genggaman cowok itu masih melekat, sama dengan tatapan yang kini mendarat tepat di wajah Zaina.

"Za, kamu udah tunangan?" tanya Ilvan dengan nada dingin. Zaina tak menjawab melainkan mengambil kesempatan melepaskan diri dari cowok itu.

Ilvan mengalah kemudia melepaskan cengkramannya pada Zaina.

Mata gadis itu berkaca-kaca."Kak Ilvan kenapa sih?" Zaina balik bertanya, Ilvan menghela prutasi.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku, Za. Kamu udah tunangan, iya?"

Zaina menarik napas panjang."Iya, kenapa?"

"Za, kenapa? Aku kira kamu juga punya perasaan yang sama kayak aku," ucap ilvan. Zaina mengerutkan dahi.

"Perasaan?"

Ilvan mengangguk,"iya. Perasaan yang aku punya ke kamu ternyata bukan hanya rasa sayang untuk seorang Adik, Za. Ada keegoisan yang bertarung dalam diri aku saat tahu, kamu udah terima orang lain."

"Gak mungkin!" sanggah Zaina.

"Mungkin aja, kan, Za? Kita udah lama sama-sama. Dan, ya, kamu tahu sendiri. Gak ada pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang sungguhan," lirih Ilvan. Setelah sekian lama ia berani mengunggapkan isi hatinya.

"Terus cewek yang sama Kakak waktu itu siapa?" gumam Zaina yang terdengar di telinga Ilvan.

"Cewek siapa?"

"Waktu itu aku liat Kak Ilvan sama cewek di samping rumah mewah dekat sini, itu calon istri Kakak, kan?" perasaan yang sudah lama Zaina tahan pun mencuat begitu saja.

"Raita yang kamu maksud?" tanya Ilvan memastikan.

"Aku gak tahu siapa namanya, tapi yang pasti. Waktu itu Kakak bilang mau lamar dia," jawab Zaina.

Ilvan menghela kemudian menatap lekat manik mata Zaina."Kamu salah paham, Za. Yang aku bilang mau lamar dia itu mksudnya, mau lamar dia buat sepupu aku."

Deg!

Zaina mematung di tempat, apa ini? Kenapa Takdir seperti mempermainkannya. Jujur saja, ia masih menyimpan harapan besar pada Ilvan. Namun, itu dulu sebelum ia mulai dekat dengan sosok Abyaz.

Ilvan mengacak rambutnya prutasi."Za, apa semua itu gak bisa di putar?" ucapnya pelan. Zaina sendiri masih diam, mencerna semua Takdir kehidupan yang saat ini menghampirinya.

Kenapa saat ia ingin memulai semuanya dari awal lagi. Takdir justru memaksanya untuk memilih, melanjutkan kisah dengan berlayar di kapal baru, atau berenang dengan sisa keegoisan untuk kembali berlayar pada kapal bernama masa lalu.

Sejahat inikah Takdir?

































Assalamualaikum 👋

Vote + Commentnya jangan lupa :)

See you next partt 💙

Jalan Cinta yang Tertunda (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang