Ingin berdamai

71 16 2
                                    

Mari berdamai dan lanjutkan kisah ini dengan keadaan yang berbeda. Keadaan, yang lebih dari baik-baik saja.

_____________________

Happy Reading 🍫












”Zaina?” panggil seseorang dari belakang, Zaina yang tengah duduk di kursi belajarnya kontan menoleh dan mendapati Zahdan yang tengah berdiri dengan tangan menyilang dada tepat di ambang pintu.

”Iya, Bang?” jawabnya, Zahdan menghembuskan napas dan menghampiri Zaina.

”Lo lagi apa? Sibuk banget kayaknya.” Zahdan memperhatikan beberapa buku yang ada di hadapan Zaina.

Gadis itu tersenyum dan kembali fokus pada kegiatannya.”Cuma lagi kerjain tugas yang belum siap.”

Zahdan mengangguk, cowok itu kemudian berjalan pelan ke kasur milik Zaina dan langsung menghempaskan tubuhnya di sana.

”Za?” lagi dan lagi Zahdan memanggil.

Zaina membalikkan badan kembali menatap Zahdan yang sudah nyaman di atas kasurnya.”Iya?”

”Lo kecewa, ya?” tanya Zahdan dengan posisi yang masih sama, Zaina mengerutkan dahi.

”Maksudnya?”

Cowok itu menghela dan merubah posisi menjadi duduk, ia tersenyum pada Zaina.

”Dari muka lo tadi keliatan banget kalau lo sedikit kecewa sama keputusan Ayah dan Ayah Abyaz, gue bener gak?”

Zaina merunduk. Kenapa Zahdan sangat tahu, padahal ia tidak pernah mengatakan apapun.

Zaina menghela kemudian mendongak menatap lekat wajah Zahdan.”Hehe gak tau, Zaina bingung sama perasaan sendiri.”

”Sini,” ucap Zahdan sambil menepuk pelan sisi kanan kasur yang dia duduki. Zaina bangkit dan menghampiri cowok itu.

Setelah duduk tepat berhadapan, Zahdan tersenyum tipis.

”Tenang aja, ini hanya ketunda. Btw, lo udah jatuh cinta ya sama Abyaz?” pertanyaan dari Zahdan sukses membuat mata Zaina membulat. Dengan cepat gadis itu menggeleng.

”Kok bilangnya gitu, sih, Bang?!” protes Zaina, ia saja masih bingung dengan dirinya yang tiba-tiba merasa kecewa karena keputusan sang Ayah. Namun, Zahdan malah tambah membuatnya pusing dengan pertanyaan seperti itu.

”Ck, kalau suka dan cinta bilang aja,” imbuh Zahdan, membuat Zaina menghela pasrah.

”Terserah Abang aja lah, yang penting bukan Zaina yang bilang langsung,” jeda sekian detik.”Abang sendiri? Gimana sama perasaan nya ke Hanifa?” tanya Zaina setengah menggoda.

Zahdan membuang pandangan kesembarang arah membuat Zaina tertawa puas. Dia sangat tahu betul jika Zahdan dan juga sahabatnya Hanifa mempunyai rasa yang sama.

Dari yang awalnya Zaina membawa Hanifa untuk pertama kalinya ke rumah untuk mengerjakan beberapa tugas seperti nya membuat sang sahabat dan Abangnya sama-sama menumbuhkan cinta pandangan pertama.

”Cieee, nanti kalau Abang udah lulus langsung lamar, ya. Karena setahu aku, Hanifa itu incaran di sekolah.” Zaina cekikikan sendiri karena berhasil membuat Zahdan terpojok disini.

Jalan Cinta yang Tertunda (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang