Batal

54 14 0
                                    

Kenapa luka itu seakan lebih besar dari sebelum nya?

__________________

Happy Reading🍫


”Hah? Kok bisa?!”

Keterkejutan itu terlihat sangat jelas di wajah Jihan. Ibu mana yang tidak kaget jika mendengar anaknya di bawa pihak berwajib, apalagi Jihan juga Belum mengetahui apa yang Abyaz telah lakukan.

Zaina diam seribu bahasa, ia bingung harus menjelaskan bagaimana. Apa ia harus mengatakan jika Abyaz telah menganiaya seseorang?

Tidak, Zaina saja belum bisa memastikan apakah itu benar atau tidak. Dia tidak mau gegabah.

”Tante, mending sekarang kita susul Kak Abyaz aja,” ucap Zaina menatap wajah Jihan. Wanita paruh baya itu tak mengubris. Tak berselang lama, Afdal datang dari arah dalam.

”Om?” panggil Zaina, Afdal mengernyitkan dahi dan memutuskan menghampiri sang Istri dan Zaina.

Jihan spontan menoleh saat merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.

”Mas, Aby.” Jihan langsung terisak, Afdal yang notabenenya masih tidak tahu apa yang terjadi menatap Zaina.

”Ini kenapa?” tanya nya.

Zaina menarik napas dan menghembuskan nya pelan.”Om, tadi Kak Abyaz di bawa polisi.”

Deg!

”Apa? Kok bisa?”

”Za—”

”Yaudah, kita kesana sekarang!” potong Afdal, tanpa menunggu waktu, ia masuk ke dalam rumah dan mengambil kunci mobil.

”Yuk, naik,” ajak Afdal dan langsung memasuki mobil lebih dulu.

Zaina menghapiri Jihan dan menutun wanita itu untuk masuk mobil, tangan Jihan sangat dingin. Ia pun dari tadi diam.

Di perjalanan, Zaina melihat setetes air mata turun di pipi kiri Jihan. Zaina sangat tahu, pasti wanita itu sangat mencemaskan Abyaz. Ibu mana yang tidak khawatir anaknya di tahan tanpa sebab, kan?

”Kita berdoa aja semoga Kak Abyaz gak sampai di tahan, ya, Tan.” Zaina mengusap pelan bahu wanita itu nencoba memberi ketenangan.

Jihan menghembuskan napas pelan, ia menatap Zaina.

”Abyaz gak pernah lakuin hal salah, Za. Ini pasti ada yang keliru,” ucap Jihan sambil terisak, Afdal melirik sang istri dari kaca spion depan.

”Ma, tenang aja. Semua akan baik-baik aja, jangan nangis,” imbuh pria baru baya itu, Zaina mengangguk mengiyakan.

Mobil masih setia melaju membela jalan raya malam ini, perasaan campur aduk pada Zaina tiba-tiba muncul begitu saja. Juga, mungkin sedikit khawatir pada cowok itu.

***

”Aby!” Jihan histeris saat menangkap sempurna sosok Abyaz, ia langsung menghampiri sang putra yang duduk tepat berhadapan dengan salah satu polisi di sana kemudian menghambur pelukan.

Zaina memperhatikan raut wajah cowok itu, tidak ada yang berubah. Abyaz masih terlihat tenang.

”Pak, ada apa ini?” Afdal menghampiri seorang polisi yang tadi membawa Abyaz. Di baju tugasnya tertera nama Hamid di sana.

”Maaf, Pak. Bisa tolong tenang dulu, kami masih sedang memproses data-data yang dikirim pelapor.” Hamid terus mengotak-atik laptop di hadapannya. Afdal langsung duduk di kursi yang tadinya di pakai sang putra.

Jalan Cinta yang Tertunda (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang