Why?

48 13 0
                                    

Takdir tak pernah salah. Yang salah adalah, ketidak-siapan kita untuk menerimanya.

___________________

Happy Reading 🍫

”Kak Ilvan aku mau pulang,” lirih Zaina. Ilvan mendongak menatap manik mata teduh itu.

Setelah terdiam beberapa saat, keduanya masih bingung dengan keadaan yang saat ini menghampiri. Namun, tiba-tiba di otak Zaina tercetus satu hal, dia yakin untuk tidak mau dan tak akan pernah meninggalkan Abyaz.

”Za—”

”Kak Ilvan aku mau pulang. Assalamualaikum,” ucap Zaina dan langsung melenggang pergi meninggalkan cowok itu.

Ilvan sendiri masih diam, ia kemudian merunduk dan menarik napas panjang. Entah sejak kapan matanya berkaca-kaca, dia hanya tidak ingin kehilangan Zaina.

***

Zaina melangkah dengan wajah datarnya. Ia sedih, namun tak tahu cara mengexpresikannya.

”Za!” sentak Zahdan dan berdiri tepat di depan sang Adik. Zaina menatap nya.

”Lo gak apa-apa?” tanya cowok itu. Namun, hanya gelengan yang dia dapat dari Zaina.

”Za, jawab. Ilvan tadi ngapain lo?” Zahdan kembali bertanya. Terdengar helaan berat dari gadis itu.

”Bang, Zaina mau pulang. Mau istirahat,” ucap Zaina pelan, ia merunduk dan tanpa sadar matanya berkaca-kaca.

Zahdan menghela.”Yaudah yuk pulang,” imbuhnya. Zaina tak mengatakan apapun lagi melainkan langsung melenggang duluan.

Zahdan diam menatap punggung sang adik yang kian menjauh, dalam hati dia berdoa. Semoga Ilvan tak berbuat hal salah pada Zaina.

Di satu sisi, Zaina langsung memasuki rumah tanpa mengucap salam. Untunglah rumah itu dalam keadaan kosong.

Ia kemudian melangkah tergesa pergi ke kamarnya. Setelah sampai di atas, Zaina langsung membuka pintu kemudian masuk dan mengunci kamarnya.

Gadis itu diam sebentar di balik pintu untuk menenangkan hatinya. Saat di rasa cukup, Zaina langsung melempar tas selepang kesembarang arah kemudian melangkah menujuh kamar mandi.

Beberapa saat kemudian gadis itu keluar dengan wajah polos karena make up tipisnya telah hilang.

Zaina menarik napas dalam, menutup mata sejenak. Namun, tak terasa butiran bening itu kembali luruh tanpa dia minta.

”Kenapa sih, semua ini harus terjadi?”

***


Ilvan mengusap wajahnya kasar. Ia kemudian menghempas paksa tubuh ke atas sofa kamarnya.

Cowok itu menghela kemudian mengambil ponsel dari saku celananya, tangan nya bergulir dan berhenti tepat di Aplikasi berkirim pesan berwarna hijau. Setelah terbuka, ia langsung membuka room chatnya dengan kontak yang tersematkan.

Terakhir berkirim pesan dengan kontak itu, minggu lalu. Ya, itu kontak Zaina.

Ilvan sengaja menyematkan kontak gadis itu, tentu saja karena segala yang berhubungan dengan Zaina istimewa. Beberapa saat kening Ilvan berkerut melihat Zaina menghapus profil nya. Info pun tidak ada begitupun dengan terakhir di lihat, tidak biasanya.

Jalan Cinta yang Tertunda (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang