Truth or Dare || 03.

5.3K 452 12
                                    

'Masa lalu tetap masa lalu, jangan kalian ungkit masalah yang dulu.'

~Anindira Rayline~

~•~

~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~

"Kak, ngapain kita berhenti di sini?" Anin mengerutkan kening heran saat Juan menghentikan motornya di warung pinggir jalan.

"Mau makan lah, laper gue." terpaksa gadis itu turun, melepas helmnya.

"Kenapa nggak nanti aja sih,"

"Gue lapernya sekarang. Lo mau gue mati kelaparan!"

Plak!

"Aww!" Juan mengusap lengannya yang panas akibat tangan mungil gadis di hadapannya.

"Kalau ngomong!" sungut Anin.

Juan tersenyum manis lalu merangkul pundak Anin, untuk ia ajak ke warung tersebut. "Enteng banget sih tangan lo, main mukul-mukul,"

"Kak Juan yang mulai!" balas Anin sewot.

"Pak, Mie ayamnya dua ya." pesan Juan.

"Siap Mas," penjual itu mengacungkan jempolnya, lalu segera membuatkan pesanan untuk pelanggan setianya.

Sambil menunggu Juan menarik kan kursi plastik untuk dirinya dan juga untuk Anin, menunggu pesanannya cowok itu memperhatikan gadis di hadapannya.

"Mana tadi yang di tampar," meneliti wajah cantik Anin.

"Apaan sih! Sudah nggak apa-apa!" tolaknya ketika tangan Juan menangkup pipinya.

Bukan Juan namanya jika tidak jail. "Nin," panggilnya.

"Ehm?"

"Lihat deh," Anin mengikuti jari telunjuk Juan yang mengarah sebelas kiri.

Cup!

Sebuah kecupan mendarat di pipi Anin yang tadi di tampar keras oleh Kaia. "Kak Juan!" kesal gadis itu, namun ada semburat merah di wajahnya.

Juan tertawa puas, Anin sendiri menunduk sambil menggerutu tidak jelas.

Pesanan yang Juan sudah tiba, aroma dari kuah mie tersebut, membuat keduanya kian kelaparan. Apalagi Juan yang memang sedang lapar.

"Jangan pedas-pedas," peringat cowok itu kepada Anin yang sudah siap menaruh sambal di mangkuknya.

"Iya,"

Truth Or Dare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang