"Tahta dan kedudukan, lebih penting dari pada harga diri."
• Truth or Dare •
.
.
.
.
.
.
.
.~•~
~•~
***
Entah sudah berapa lama Anin bergeming di depan cermin, usai wajahnya di rias oleh MUA yang Oma Heni sewakan untuk dirinya.
Wanita itu memilih berdiam diri di kamar dan duduk di depan meja rias.
Dengan menggunakan gaun hitam, berenda di depan dadanya dengan panjang hingga mata kaki, Anin terlihat begitu cantik.
"Hush_" terdengar suara berat napas yang keluar dari mulutnya, begitu sangat menggambarkan tentang perasaan dan pikirannya, wanita itu menunduk memainkan ruas jari jarinya.
Sangking asyiknya dengan dunianya sendiri, Anin tidak sadar jika ada Juan yang memperhatikannya, Juan yang sedang berdiri bersandar di daun pintu sambil melipat tangan di dada, itu pun juga sudah sangat tampan, menggunakan kemeja putih di balut jas hitam.
Perlahan ia menghampiri istrinya, suara sepatu pantofel yang mengiringi langkah Juan, tak mampu menyadarkan lamunan sang istri. Hingga ketika dia berlutut di hadapan wanita itu.
Barulah Anin tersentak, menyadarkannya akan dunianya. "Kak Juan, sudah selesai?" pertanyaan pertama yang Anin keluarkan terdengar begitu gugup.
Juan tak menjawab pertanyaan istrinya, ia meraih tangan dingin dan berkeringat milik Anin, menggengam erat di tangan besar miliknya.
"Ada sesuatu yang lo pikirin?" tanya Juan matanya menelisik ke mata hitam Anin.
Anin diam sesaat, melumat bibirnya terlebih dahulu. Sebelum akhirnya menjawab.
"Ak_ aku takut di acara nanti Kak." jawab Anin, bersamaan air matanya yang luruh membasahi pipinya.
"Apa yang lo takutin?" ujar Juan begitu lembut, jari jempolnya mengusap air mata di pipi wanitanya.
Anin menggeleng, ia pun tak tau apa yang di takut kan, namun ada rasa cemas yang dia rasakan.
"Lo nggak usah takut apa-apa. Nanti di sana cukup ada di samping gue, Nggak ada satu orang pun yang akan nyakitin lo,"
"Sekalipun orang tua gue sendiri. Gue pastikan, lo aman sama gue," ucap Juan begitu yakin dan mantap.
Anin berusaha menarik napas sedalam mungkin dan membuangnya secara pelan, perlahan ia mencoba tersenyum dan mengangguk menatap suaminya.
Juan ikut tersenyum lega, ia kembali menghapus air mata di kedua pipi Anin lalu memeluknya, memberikan ketenangan untuk wanita itu.
"Buruan, gue tunggu di luar." ujar Juan seraya melepaskan pelukan dari Anin dan berdiri meninggalkan kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare
Fanfiction.Sebagian part di hapus proses penerbitan. .𝘗𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦 𝘋𝘰𝘯'𝘵 𝘊𝘰𝘱𝘺 𝘔𝘺 𝘚𝘵𝘰𝘳𝘺. ... Anindira Rayline, Adalah gadis baik, dan pendiam. Tapi sayangnya tidak mempunyai seorang teman, sekali punya teman, ia justru hanya di manfaatkan saja...