"Memberi lebih baik, daripada meminta."
• Juandra Abimanyu •
~•~
~•~
***
Maya tak bisa membohongi jika dirinya begitu terkejut, setelah membaca isi dari surat perjanjian yang Juan berikan, begitu banyak isi yang tertulis, dan semuanya berhubungan dengan Anin.
Namun bukan itu masalahnya, yang membuatnya keringat dingin, adalah isi pasal-pasal yang sudah di tulis. Semua bisa mengarahkannya kehukuman pidana, jika dia melanggar mungkin dirinya bisa menghabiskan hidupnya di dalam penjara, atau bahkan sampai mati ia akan ada di dalam jeruji besi.
"Kalau lo merasa berat, dan nggak sanggup. Oke, nggak masalah, tapi kembalikan uang gue sekarang!" suara berat Juan menyadarkan Maya dari lamunan tentang isi kertas tersebut, ia menatap Anin sekejap, lalu pada Juan yang menatapnya begitu tajam.
Dengan tangan bergetar, Maya mendatatangani surat perjanjian itu. "Gue setuju, gue nggak akan ingkar janji." Juan mengangguk beberapa kali sambil merebut kertas tersebut.
Ia tersenyum miring melihat sudah ada tanda tangan gadis itu di atas meterai. "Oke, gue akan coba untuk percaya sama lo. Walaupun nggak sepenuhnya, paling nggak gue udah punya kunci. Semisal lo suatu saat mau macam-macam," Maya tersenyum simpul mengangguk sekali.
Juan menarik napas beratnya. "Intinya gue sama Anin sudah lama nikah, bisa di bilang hampir satu tahun. Karena sebuah insiden di masa lalu." Kata Juan mulai membuka cerita tentang dirinya bersama Anin.
Kedua gadis itu tak henti hentinya membulatkan matanya, sebab. Mereka baru sadar jika apa yang orang orang katakan tentang Anin tidak benar, terlebih Maya. Sesal sangat terlihat dari wajah dan matanya.
"Intinya, Anin bukan anak pembunuh seperti apa yang kalian kira."
"Gue nggak pernah anggap Anin seperti itu, dari awal gue udah ngira. Kalau bukan kayak gitu ceritanya," saut Puput, dia memang dari pertama berteman dengan Anin tak pernah berpikir dan mempersalahkan tentang kehidupan Anin.
Walaupun kadang dia sering terpengaruh oleh orang orang yang selalu mengucilkan sahabatnya itu.
Maya memalingkan wajah saat air matanya jatuh, ia menangis lagi, menyesal atas perbuatannya. "May, lo kenapa?" tanya Anin khawatir.
Gadis itu menggeleng berusaha menghapus air matanya. "Gue nggak apa-apa," jawabnya bernada parau.
"Udah selesai kan? Nggak ada yang penasaran lagi?" Puput menggeleng menjawab pertanyaan Juan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare
Fanfiction.Sebagian part di hapus proses penerbitan. .𝘗𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦 𝘋𝘰𝘯'𝘵 𝘊𝘰𝘱𝘺 𝘔𝘺 𝘚𝘵𝘰𝘳𝘺. ... Anindira Rayline, Adalah gadis baik, dan pendiam. Tapi sayangnya tidak mempunyai seorang teman, sekali punya teman, ia justru hanya di manfaatkan saja...